28. Her----u

3.7K 459 25
                                    

Aku gak paham. Sejak Sacy memutuskan pulang sendiri dari rumahku, ia seperti menjauh.

Segala pesan dan panggilanku tak ia balas atau jawab. Di kantor, dia sedang dalam silent mode, gak bisa diajak ngomong.

Bingung.

"Kenapa kamu, makan gak diabisin? Sakit gigi apa sakit perut?"

"Eh.. gigi graham bungsu Putra tumbuh lagi loh Ma, agak bengkak sih ini."

"Tapi tumbuh bener? Gak mengsol?"

"Gak, cuma ya bengkak gusinya, dia baru keluar setengah."

"Tapi bukan gara-gara gusi kan kamu gak abisin makan? Kenapa kamu Sha?" Tanya Mama.

"Gak apa-apa."

"Jangan bohong gitulaah."

"Yaudah, tapi Mama jangan marah ya? Jangan ngerasa kalau Putra ikut campur."

"Apaan sih?"

"Pak Heru, yang kata Mama mau ambil posisi Mama sekarang. Itu gak seperti itu kan Ma?"

"Kamu ngomong apa sih Sha?" Mama meletakkan sendok dan garpunya, berhenti makan.

Aku mengambil gelas, menyesap airnya sedikit baru mulai berbicara.

"Pak Heru, dia genitin Mama karena dia suka sama Mama, bukan karena dia nyari kelemahan Mama buat gantiin posisi Mama."

"Ngaco aja, jelas-jelas pas Ra-Pim dia jelekin Mama kok, bilang Mama gak cek surat, gak meriksa dengan benar. Sembarangan!"

Aku menarik nafas panjang. Aku percaya Vino, dan kalau Mama emosi gini, tandanya emang ada yang gak bener. Tapi aku yakin, info dari Vino gak mungkin salah.

"Putra gak tau di Ra-Pim dia jelekin Mama kaya apa, tapi Putra tau, orang ini gak ada niat ambil posisi Mama, dia cuma cari perhatian, pengin deket sama Mama."

"Gak mau, Mama!"

"Iya, itu hak Mama, tapi dari pada Mama misuh-misuh gak jelas, mending langsung omongin."

"Idihhhhh, nanti dia mikir mama ke-GR-an lagi."

"Heuu, tapi bagusnya begitu Ma."

"Mama mau ngomong sama Heru, tapi kamu nikah sama Sacy ya?? 6 bulan dari sekarang."

Walaah? Mau nikah gimana? Sacy-nya aja ngejauh gitu.

"Gimana? Mau gak?" Desak Mama.

"Yaudah iyaa!"

"Tapi kamu temenin Mama ya? Gak mau Mama dua-duaan sama dia, hih!!"

"Oke, oke Ma, siap!"

******

Siang ini, bahkan sebelum jam makan siang, aku udah ngacir ke kantor Mama.

"Ihh Bu Rani, anaknya ganteng! Kalo gitu mah mending jodohin sama Adek sepupu saya!"

Aku melirik sinis ke orang ini, enak amat ngomong jodoh-jodohan.

"Ehhh, gak bisa doong! Udah punya calon sendiri dia."

"Jaahh, yaudah atuh ditunggu yaa undangan hari patah hati sekantornya yaah?"

"Apaan sih??"

Yep! Mama menyuarakan pikiranku saat ini.

Apaan sih woeey?!

"Dah, saya mau makan siang dulu sama anak saya!" Ajak Mama.

Skenarioku dan Mama sudah matang, kita keluar lewat pintu belakang, kalau ada pak Heru kita tawarin ikut, kalau dia mau... bagus. Kalau gak mau? Paksa biar mau.

Singgah yang SungguhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang