24. Saling

3.1K 466 18
                                    

"Aku juga lagi proses move on kok, tapi udah jalan 90% sihhh."

"Kak Shad move on dari apa??" Aku agak kaget nih, seriusan Sacy manggil aku Kak Shad??

"Dari sahabat yang disayang." Jawabku jujur.

Sacy diam, dari matanya terlihat kalau pikirannya berkenala ke entah berantah.

"Kamu inget Kalya?" Tanyaku. Sacy langsung mengangguk.

"Nahh, aku naksir dia dari kuliah, tapi emang gak jodoh kali ya? Kita berujung sahabatan dan dia berakhir dengan cowok lain."

"Kak Shad pernah jujur soal perasaan ke Kak Kalya?"

"Sudah, dia ngerti, tapi tetep... perasaan gak bisa dipaksa, dan aku pun gak mau maksa dia."

"Maaf ya Kak kalo kesannya aku banyak tanya, tapi aku mau tanya lagi hehehe!"

"Iya sok mau nanya apa?" Kataku kalem. Bener kata Malika, buka diri aja, perihal siapa yang masuk, itu gimana kita seleksinya. Dan gak tau kenapa, aku mau buka hati buat Sacy, semoga sih masuk.

"Segimana sayangnya Kak Shad ke Kak Kalya dan udah sejauh apa move-onnya?"

"Kalo aku jawab gini kamu marah gak?"

"Jawab gimana?'

"Kalo kamu segimana?"

"Pertanyaannya dibalik gitu maksudnya?" Tanya Sacy, aku tersenyum menanggapi.

Sacy membalas senyumku, menyesap lagi minumannya kemudian terlihat bersiap menjawab.

"Okee, tapi Kak Shad jangan berubah ya pas tau?"

"Siap, aku malah seneng kalo kamu terbuka, jujur, jadi aku tahu apa yang harus aku lakuin."

Sacy tersenyum kembali, manis dan... entah lah susah dijelaskan, yang pasti sih aku senang melihat senyumnya.

"Aku pernah sayang sama dia di level... aku mau bohong demi dia, aku rela nutupin semua sifat jeleknya, dan aku pasrah badanku babak belur karena aku percaya, dia juga sayang sama aku dan suatu hari nanti dia akan berubah."

"Kalo aku tanya kenapa, kamu mau jawab?"

"Mau, jawabannya tadi udah aku sebut. Karena aku percaya dia sayang sama aku dan percaya kalau dia akan berubah."

"Dititik mana kamu sadar kalau dia gak kaya yang kamu harapkan?"

"Pas aku datengin dia, bilang kalau aku hamil anaknya dan dia malah tuduh aku main sama cowok lain makanya hamil, lalu 3 hari kemudian dia cari aku, minta maaf, minta maaf yang cuma alibi buat bisa tidurin aku doang, karena setelahnya saat aku bahas aku hamil dia malah pukulin aku, seret aku ke kamar mandi, siram aku pakai air panas shower bilang kalau aku kotor tidur sama orang. Dan pas usia kehamilan aku 8 bulan, aku datengin dia karena Rediza dan keluargaku tahu, disitu dia marah-marah, pukulin aku, nendang punggung aku dan bilang kalau aku gak bisa jaga rahasia sampe keluarga tahu. Di situ pikiranku kebuka, 8 bulan aku hamil dia gak pernah ada, dia cuma dateng dan baik saat butuh penyaluran doang, dia gak pernah sayang sama aku.

"Dan aku, aku punya orang yang seharusnya aku sayang... keluargaku dan calon anak yang sebentar lagi lahir dan butuh kasih sayang. Jadi, walaupun kondisi aku babak belur malem itu, aku nekat pulang sendiri, bilang ke Redi kalau cowok itu udah mati dan gak usah dicari lagi, dan... ya, dia mati buat aku, malam itu."

Aku hanya bisa menelan ludah, memandang tubuh kecil Sacy yang ternyata sangat kuat menahan segala sakit fisik dan sakit batin.

Kenapa orang sekecil dan sebaik dia harus mengalami cobaan yang besar?

Singgah yang SungguhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang