°Happy reading°
___Angin menyapa. Menyapa semua hal yang ia lewati.
Boruto hari ini tampak mengenakan kemeja putih dan jaket hitam yang agak tebal. Cuaca saat ini memang lebih dingin dari biasanya.
Banyak orang yang keluar rumah dengan bergegas, karena tak ingin berada dalam suhu dingin itu lebih lama lagi.
Boruto mengeluarkan tangan kirinya dari saku jaketnya. Ia lalu menatap jam hitam yang melingkar di sana. "Pukul 14.45," gumamnya.
Boruto kembali memasukkan tangannya ke saku jaketnya. Manik birunya memandang lurus ke depan, menatap gerbang besi berwarna hitam yang masih tertutup rapat.
"Tidak mau duduk dulu?" Seorang pria separuh baya tersenyum. Ia menyapa dari arah belakang Boruto.
Boruto menoleh. "Ah. Boleh juga, Paman," balas Boruto, lalu berjalan mendekat pada pria itu.
Boruto mendudukkan dirinya tepat di sebelah pria itu. Boruto masih memandang lurus ke depan. Beberapa helai rambutnya jatuh menutupi pandangannya.
Pria yang duduk di sebelah Boruto tersenyum. Ia memandang wajah Boruto. "Berapa usiamu, Nak?"
Boruto menoleh. Diam sejenak, lalu menjawab, "Dua puluh sembilan tahun, Paman. Ada apa?"
Pria itu menggeleng. "Masih muda. Kau datang ke sini untuk menjemput anakmu?"
Boruto mengangguk. Boruto lalu menengadah, memandang langit putih hari ini. Awan tampak menutupi langit sejauh mata memandang. Hal itu membuat banyak orang berasumsi, bahwa hujan mungkin akan segera turun.
"Anakmu laki-laki?" Pria itu kembali bertanya.
"Iya, Paman."
Boruto kini menatap trotoar di bawahnya. Beberapa daun kemerahan jatuh berserakan di sana. Ia sebenarnya tengah duduk di bangku besi yang ada di seberang sekolah Rei.
"Paman sendiri, sedang menunggu anak paman juga, Paman?" tanya Boruto.
Pria itu mengangguk. "Anakku perempuan. Dia satu-satunya anak perempuanku. Dia punya dua kakak. Dan kedua kakaknya adalah laki-laki."
Boruto mengangguk paham.
Selanjutnya, tak ada lagi yang membuka pembicaraan. Hingga akhirnya gerbang hitam itu dibuka.
"Aku duluan, Paman." Boruto berdiri, menoleh pada si pria.
Pria itu mengangguk. "Ya."
Boruto menyeberang sendirian. Langkahnya mulai memasuki area sekolah Rei. Langkahnya terhenti di bawah sebuah pohon. Ia memutuskan untuk menunggu Rei di sana.
Senyum Boruto merekah. Ia dapat melihat Rei tengah melangkah ke luar dari kelasnya. Di sebelah Rei, ada seorang guru. Guru itu tampak sibuk membimbing murid-muridnya keluar dari kelas.
Boruto melambaikan tangannya. Rei tersenyum. Bocah itu melompat kecil, lalu ikut melambaikan tangannya.
"Pulangnya hati-hati, ya! Ayo, sekarang ucapkan 'sampai jumpa' pada teman-temannya!" jelas guru itu.
Anak-anak itu tersenyum, lalu berseru dengan serentak, "Sampai jumpa!"
Usai diperbolehkan untuk bubar, anak-anak itu berlari menuju keluarganya masing-masing.
"Ayah!" Rei tiba di hadapan Boruto.
Boruto tersenyum, lalu menyamakan tingginya dengan Rei. "Gimana tadi sekolahnya? Seru?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Chūsei Kokoro [BoruSara Fanfiction]
FanfictionEND- Chūsei Kokoro [BoruSara Fanfiction] Ini, cerita tentang seseorang yang berusaha untuk menjaga kesetiaannya. Kata 'setia' yang terucap dengan sangat mudah, ternyata cukup sulit untuk dipertahankan. Bagi Boruto, kata 'setia' yang ia ucapkan beb...