°Happy reading°
___
Awan kelabu lagi-lagi mengambang bebas di langit. Seperti kapal yang tengah berlayar di lautan lepas, awan-awan itu bergerak perlahan searah dengan si angin.Boruto mengetuk kemudi mobilnya dengan teratur. Iris birunya melirik papan suhu yang ada di persimpangan jalan. Tiga belas derajat celsius, cukup dingin.
"Asahi." Boruto melirih.
Ucapan Mitsuki kemarin masih bercokol di benak Boruto. Mitsuki benar. Boruto perlu berpikir lebih keras lagi jika ia ingin membantu Asahi.
Urusan biaya mungkin bukan masalah besar. Tapi, ada hati yang terlibat di sini.
Bukan hanya hati Boruto, tapi juga hati Rei dan Asahi.
🍁🍁🍁
Asahi duduk di ambang pintu. Kedua kakinya ia tekuk hingga ia bisa memeluk lututnya. Kepalanya bersandar pada bingkai pintu. Iris hitamnya terpejam rapat.
"Janjian di perpustakaan, 'kan? Ingat, nanti jam empat sore."
Asahi menghela napasnya. Wajahnya yang tampak tenang berbanding terbalik dengan benaknya yang terus melakukan perdebatan tidak jelas. Memang perdebatan tidak jelas. Tidak jelas karena Asahi tidak bisa membaca apa saja bayangan yang saling tindih di benaknya.
Bibirnya ia gigit dengan erat. Kini, semakin banyak lagi bayangan yang saling tindih di benaknya. Ditambah lagi dengan suara bisikan halus yang berputar-putar di indra dengar.
"Kenapa terlambat? Janjinya jam empat sore, 'kan? Ini udah jam empat lewat lima belas menit."
"Ya habisnya, tadi aku mampir dulu ke gerai okonomiyaki depan kampus. Yang beli ramai, jadi aku harus ngantre dulu."
"Okonomiyaki?"
"Aku tahu kamu suka okonomiyaki. Tadi aku beliin buat kamu, yang porsi spesial."
"Spesial?"
"Iya. Spesial buat orang yang juga spesial."
"Hei."
Asahi membuka kedua matanya. Ia berkedip agar pandangannya berubah jernih. Di bawah sana, Boruto tersenyum simpul kepada dirinya.
"Boruto?" Asahi belum bergerak dari posisinya. Tapi, bibirnya membentuk senyuman murni teruntuk Boruto.
Keduanya diam, hanya saling melempar senyuman yang entah apa maknanya. Lemparan manis yang tak bisa ditangkap oleh kedua tangan.
"Sedang apa? Wajahmu pucat. Apa ada yang sakit?" Boruto menaiki beberapa anak tangga dan segera bertemu dengan Asahi yang ada di ambang pintu.
Asahi menggeleng. "Aku baik. Hanya sedikit kedinginan, karena itu wajahku jadi terlihat pucat."
Boruto mengangguk percaya. Iris birunya berusaha memancarkan tatapan hangat. "Ayo masuk! Di dalam pasti suhunya lebih hangat," ajak Boruto.
Asahi mengangguk. "Iya."
"Oh iya." Boruto mengangkat plastik putih di tangan kanannya. "Aku bawa okonomiyaki, untukmu."
Iris hitam Asahi sedikit membola. Boruto bilang apa?
"Okonomiyaki?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Chūsei Kokoro [BoruSara Fanfiction]
FanficEND- Chūsei Kokoro [BoruSara Fanfiction] Ini, cerita tentang seseorang yang berusaha untuk menjaga kesetiaannya. Kata 'setia' yang terucap dengan sangat mudah, ternyata cukup sulit untuk dipertahankan. Bagi Boruto, kata 'setia' yang ia ucapkan beb...