°Happy reading°
___
Rei duduk di kursi makan sambil mengayunkan kedua kakinya. Netra birunya menatap Boruto yang tengah mengaduk secangkir cokelat panas."Ayah, tadi malam Ayah ke mana aja? Kok nggak ikut makan malam di sini?" Rei meletakkan dua tangannya di atas meja. Ia menatap Boruto bingung.
"Oh, yang tadi malam, ya." Boruto mengangguk. "Tadi malam Ayah ada urusan dengan teman Ayah, Rei. Urusannya penting, makanya Ayah harus pergi dan nggak bisa ikut makan malam."
"Ulusan apa, Ayah?"
"Urusan penting, pokoknya." Boruto tersenyum hangat sambil menyentuh hidung mungil Rei.
Rei tertawa lucu. "Ayah kalau pegang hidung Lei, lasanya geli. Hehe."
Boruto mengambil tempat duduk di hadapan Rei. Meja makan menjadi pembatas di antara keduanya. Rei meraih segelas susu cokelat yang sebenarnya sudah Boruto buatkan sejak tadi, tapi belum diminum oleh Rei lantaran dirasa masih terlalu panas.
Rei mengendus-endus udara, merasakan aroma susu cokelat yang cukup menggiurkan.
"Tadi malam, makan malamnya lamai, Ayah. Bibi Himawali sama Paman Inojin juga datang. Sayangnya Ayah udah pelgi duluan sebelum Bibi sama Paman sampai di sini," cerita Rei. "Makanannya juga enak, Ayah. Lei makan ikan goleng pakai saus buatan Bibi Hima."
Boruto mendengarkan cerita Rei. Setiap kata yang terucap dari mulut mungil putranya benar-benar ia dengarkan dengan tulus.
"Tapi, Nenek mengundang temannya buat ikut makan malam kemalin, Ayah." Rei menegakkan posisi duduknya sambil menatap Boruto dengan serius. "Lei kaget, kok Nenek mengundang temannya, Yah."
Boruto menaikkan kedua alisnya. Hinata mengundang orang lain?
"Bukannya, itu makan malam keluarga. Kenapa Ibu mengundang temannya?"
"Lei lupa nama temannya Nenek, Yah. Pokoknya lambutnya panjang, walna ungu. Dia ikut masak juga, Yah." Rei bercerita dengan raut wajah kesal.
Boruto memiringkan kepalanya, penasaran kenapa Rei tiba-tiba memasang raut wajah kesal.
"Lei nggak suka sama temannya Nenek, Yah." Rei tertunduk sejenak. "Dia deket-deket sama Nenek Hinata. Gala-gala dia, Bibi Hima jadi nggak bisa banyak bicala sama Nenek."
"Kenapa gara-gara dia, Rei?"
"Habisnya, dia selalu ngikutin Nenek ke mana-mana, Yah. Bibi Hima jadi nggak bebas buat ngikutin Nenek lagi. 'Kan kasihan Bibi Hima, Ayah."
Boruto diam sejenak, lalu mengetuk meja dengan telunjuk kanannya. Sejujurnya Boruto penasaran, siapa teman Hinata itu?
Boruto tersenyum kecil. "Udah, Rei nggak usah mikirin itu lagi. Sekarang Rei minum susu aja. Hari ini hari Minggu, Rei mau main ke mana?"
Rei berbinar mendengarkan penuturan Boruto. Anak itu tersenyum lebar. "Lei mau belajal masak sama Ayah! Ayah Ayah, kemalin itu di sekolah Lei ada teman yang bawa bekal. Isi bekalnya itu kue dango. Kuenya enak, jadi Lei mau belajal masak itu sama Ayah!" jelas Rei.
Boruto mengangguk, memilih menuruti kemauan putranya. "Kita masak di sini, atau kita masak di rumah kita aja?"
Tadi malam, Boruto dan Rei menginap di kediaman Naruto. Jadilah pagi ini mereka masih berada di kediaman Naruto, belum pulang ke rumah mereka.
"Emm. Di lumah kita aja, Ayah."
"Oke."
"Kami pulang!" Suara Hinata dan Naruto terdengar serentak dari arah pintu depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chūsei Kokoro [BoruSara Fanfiction]
FanficEND- Chūsei Kokoro [BoruSara Fanfiction] Ini, cerita tentang seseorang yang berusaha untuk menjaga kesetiaannya. Kata 'setia' yang terucap dengan sangat mudah, ternyata cukup sulit untuk dipertahankan. Bagi Boruto, kata 'setia' yang ia ucapkan beb...