28 // Hati yang Memilih

1K 97 28
                                    

°Happy reading°
___

Boruto menatap seonggok pakaian basah yang belum ia jemur. Lelaki itu beralih pada ponselnya yang ia letakkan di atas meja kecil di sudut ruang mencuci pakaian.

Helaan napas dikeluarkan oleh Boruto. Ponselnya terus berdering, berseru agar Boruto menghampirinya.

"Iya, Bu?"

Boruto bersandar pada dinding dengan tangan kanan menahan ponsel di dekat telinga.

"Boruto, nanti malam datang ke rumah Ibu, ya. Ibu dan Ayah mengadakan acara makan malam keluarga. Pengganti karena malam tahun baru kemarin, kita tidak mengadakan acara apa pun." Hinata sepertinya sedang santai, terlihat dari nada bicaranya.

Boruto menatap kedua kakinya yang mengenakan sandal sorong hitam pekat. Lelaki itu diam dan berusaha mencerna ucapan Hinata.

"Hee? Boruto? Masih di sana?"

Boruto memasukkan tangan kirinya ke saku celana, celana pendek selutut yang terasa sedikit lembap. "Kenapa tiba-tiba sekali, Bu?" Boruto mendongak dengan mata kanan tertutup rambutnya sendiri. "Acaranya terlalu tiba-tiba."

Hinata tertawa kecil. "Ini kejutan untukmu, lho. Makanya ini semua terasa tiba-tiba bagimu."

Boruto memejamkan matanya, menikmati suara gemericik air yang disebabkan oleh keran. "Ayah Sasuke dan Ibu Sakura, tidak diundang, Bu?"

"Ee, tidak. Soalnya ini acara keluarga. Sasuke dan Sakura bisa kita undang di acara lain."

Boruto terdiam lagi. Kedua matanya masih terpejam. Dari dalam ponsel, ia samar-samar mendengar suara Naruto. Entah apa yang Naruto katakan pada Hinata.

"Boruto usahakan untuk datang nanti malam, Bu." Boruto akhirnya menjawab.

"Harus datang, jangan cuma diusahakan."

"Sebisa Boruto, Bu."

"Ah, kau ini. Ya sudah, Ibu tutup sambungan teleponnya, ya."

"Iya, Bu."

Bip.

Boruto meletakkan ponselnya di tempat semula. Lelaki itu lantas menarik napasnya.

"Hanya makan malam, bukan sesuatu yang buruk. Semoga aku bisa datang."

🍁🍁🍁

Asahi melirik jam dinding. Wanita itu berdiri di dekat meja dapur. Tangan kanannya memegang sebuah bakul berisikan potongan wortel dan kentang.

"Kenapa melihat jam?" Mei melepaskan mantelnya sambil melirik Asahi bingung.

"Masih jam sepuluh pagi, tumben Ibu sudah pulang. Ibu nggak kerja, kah?" tanya Asahi.

"Kerja. Ibu pulang sebentar untuk memastikan keadaanmu. Ternyata kamu baik-baik saja."

Asahi melanjutkan langkahnya menuju wastafel. Ia menghidupkan keran air, lalu membasuh potongan wortel dan kentang yang ada di dalam bakul.

"Aku baik-baik saja, Bu. Tak ada hal yang perlu Ibu khawatirkan. Lagi pula, Kak Moegi sudah berjanji, katanya dia akan datang ke sini sekitar pukul sebelas nanti."

Chūsei Kokoro [BoruSara Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang