°Happy reading°
___
Boruto menginjak pedal rem mobilnya secara mendadak. Ia mengernyit, menatap bingung mobil putih yang berhenti secara mendadak di depan mobilnya."Ada apa?" Boruto dapat melihat jalanan yang tiba-tiba mengalami kemacetan. Satu per satu kendaraan berhenti, membuat beberapa barisan.
Boruto menurunkan kaca mobilnya. "Ada apa di depan?" Boruto bertanya pada pejalan kaki yang lewat di trotoar pejalan kaki.
"Ada kecelakaan di persimpangan jalan."
Di tengah dinginnya suasana pagi hari ini, tampaknya Boruto harus berdiam diri di sini untuk beberapa saat. Kecelakaan di depan sana adalah penyebabnya.
"Untung Rei sudah kuantar ke rumah ayah Sasuke. Kalau belum, pasti Rei bosan berlama-lama di tengah kemacetan ini," gumam Boruto.
Boruto melihat ke sekelilingnya. Ah, ternyata ia berhenti tepat di depan Orange Station. Ya, tempat dirinya bertemu dengan wanita bernama Ai kemarin.
Tanpa diminta, benak Boruto langsung berpikir. Kenapa wajah Sarada, Ai, dan Hoshi tampak amat serupa? Mungkinkah Sarada punya kembaran lain?
Bodoh. Boruto menghela napasnya. Sarada adalah anak tunggal, mana mungkin Sarada punya kembaran.
Sekarang, Boruto hanya bisa berharap.
"Kuharap, dengan munculnya perempuan-perempuan yang mirip denganmu, rinduku yang kemarin menebal perlahan bisa memudar, Sarada. Kuharap, kemunculan mereka tak akan membawa hal buruk."
🍁🍁🍁
Rumah berbahan dasar kayu itu tampak berdiri dengan kukuh. Rumahnya tak besar, tapi juga tak kecil. Tak ada sampah di halaman rumah itu, semuanya bersih.
Seperti rumah tradisional negara Jepang, begitulah rumah itu terlihat. Rumahnya tampak nyaman untuk ditinggali.
Semua pintu dan jendela tampak tertutup rapat. Lagi pula, Siapa yang mau membuka pintu dan jendela rumah mereka di saat musim dingin seperti ini?
Ranting-ranting yang ada pada pohon tampak saling bergesek, disebabkan oleh angin yang berembus melewatinya.
Set!
Pintu depan rumah itu tampak digeser oleh seseorang. Pintu itu kini telah terbuka setengahnya. Tak berselang lama, sebuah kepala menyembul dari balik pintu itu.
"Hufh." Orang itu menghela napasnya. Rambut hitam sebahunya tampak diikat satu. Sebagian rambutnya yang terlepas dari ikatan tampak menjuntai di kedua sisi pipinya.
"Poniku sudah panjang, ternyata. Panjangnya bahkan hampir sama dengan rambut belakangku." Ia bergumam, sambil memegang ujung rambutnya yang menjuntai di sisi kanan pipinya.
Ia mendorong naik kaca matanya, lalu mendudukkan dirinya di ambang pintu itu.
Senyuman tipis terukir di wajahnya, kala ia melihat butiran salju yang melayang di udara. Melayang, lalu jatuh. Ia suka menatap salju yang masih melayang di udara.
Kedua kakinya perlahan ia tekuk. Ketika kedua kakinya telah tertekuk, ia pun memeluk lututnya. Kepalanya ia sandarkan pada dinding kayu di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chūsei Kokoro [BoruSara Fanfiction]
FanfictionEND- Chūsei Kokoro [BoruSara Fanfiction] Ini, cerita tentang seseorang yang berusaha untuk menjaga kesetiaannya. Kata 'setia' yang terucap dengan sangat mudah, ternyata cukup sulit untuk dipertahankan. Bagi Boruto, kata 'setia' yang ia ucapkan beb...