°Happy reading°
___
Boruto menatap jendela kamar Asahi. Jendela yang berjarak kira-kira satu setengah meter dari permukaan tanah itu tampak tertutup rapat. Cahaya membayangi celah-celah jendela, tanda bahwa lampu yang ada di dalam kamar Asahi tengah menyala.Moegi memasukkan kedua tangannya ke saku jaketnya. Ia berdiri di belakang Boruto dengan raut wajah khawatir. "Boruto, apa kau yakin?"
Boruto mengangguk tanpa menoleh. "Mendobrak pintu kamarnya adalah pilihan berisiko, Kak. Jadi lebih baik kita melihat keadaannya melalui jendela ini," jelas Boruto. "Kakak bisa lihat sendiri, jendelanya tidak dikunci, ada celah di sudut kanan."
"Tapi." Moegi bergumam ragu.
"Aku takut pintunya akan rusak jika kita mendobraknya, Kak. Makanya aku bilang, biarkan aku memanjat dan melihatnya dari jendela." Boruto menoleh pada Moegi dengan tatapan yakin.
"Model jendelanya adalah jendela sorong ke samping. Tingginya hanya sekitar tujuh puluh sentimeter, dan jika jendela itu dibuka, lebarnya hanya sekitar seratus dua puluh sentimeter. Kau yakin kau bisa masuk lewat sana? Kita bukan muda-mudi yang punya tubuh lentur lagi, Boruto."
Boruto menghela napasnya. "Kakak cukup diam dan lihat apa yang akan aku lakukan. Aku yakin ini akan berhasil." Mengabaikan ucapan khawatir Moegi, Boruto pergi ke belakang rumah untuk mengambil tangga.
"Tangganya kuat?"
"Iya, Kak." Boruto memastikan bahwa tangga yang ia letakkan di dekat jendela Asahi telah kuat menginjak tanah.
Tanpa aba-aba, Boruto mulai menaiki anak tangga. Ia hanya menaiki satu anak tangga untuk bisa tiba di sisi kanan jendela kamar Asahi. Ada celah di sisi kanan yang muat untuk Boruto masukkan jari telunjuknya.
"Benar, 'kan? Ada celah di sini," gumam Boruto.
Moegi menatap Boruto khawatir. Sesekali wanita itu melirik jalanan, memastikan bahwa Mei Terumi memang pulang terlambat untuk hari ini. Moegi kembali fokus pada Boruto di kala telinganya mendengar suara gesekan kayu.
"Eh? Berhasil?" Moegi mengerjap cepat.
Boruto mengangguk dan mendorong jendela agar terbuka lebih lebar lagi. "Jendelanya ringan untuk digeser, Kak."
Jendela terbuka, meski seperti kata Moegi, ini jendela sorong ke samping.
Boruto melongok ke dalam melalui jendela. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari keberadaan Asahi. Kamarnya tidak berantakan, tapi ada beberapa barang ringan yang jatuh ke lantai.
"Bagaimana?" tanya Moegi.
Boruto melongok lebih dalam lagi. Ia jadi jantungan sendiri, takut Asahi ternyata tidak berada di kamarnya. Lantaran hingga kini, Boruto tidak melihat keberadaan Asahi di sana.
Iris biru Boruto membulat ketika ia menyadari sesuatu. Tangannya ingin menggapai puncak kepala Asahi, namun segera ia urungkan.
"Boruto! Bagaimana?" Moegi berseru bahwa ia penasaran.
"Asahi ada, Kak. Dia ada tepat di bawah jendela ini."
🍁🍁🍁
Sumire memotong daging ayam dengan jantung berdegup kencang. Satu langkah di sisi kanannya, Himawari tengah mencuci seledri dan wortel sambil menekuk sudut bibirnya ke bawah. Dari air mukanya, Himawari tampak tengah merasa tak nyaman. Sumire takut Himawari merasa tak nyaman karena dirinya.
"Sumire, dagingnya kalau sudah selesai dipotong, tolong dicuci sekali lagi, ya." Hinata mengingatkan dari arah kulkas. Wanita itu tengah mencari bawang bombai di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chūsei Kokoro [BoruSara Fanfiction]
FanfictionEND- Chūsei Kokoro [BoruSara Fanfiction] Ini, cerita tentang seseorang yang berusaha untuk menjaga kesetiaannya. Kata 'setia' yang terucap dengan sangat mudah, ternyata cukup sulit untuk dipertahankan. Bagi Boruto, kata 'setia' yang ia ucapkan beb...