22 // Di Bawah Pohon Maple

964 98 22
                                    

°Happy reading°
___


Boruto merapikan tempat tidurnya. Sekilas, ia menoleh ke sekeliling, memperhatikan kamar lamanya. Warna biru gelap dan putih mendominasi segala hal yang ada di kamar ini.

Rei muncul dari balik pintu kamar. "Ayah, ayo salapan!" Senyuman lebar mengiringi ucapannya.

Boruto menoleh. "Iya, Rei."

Rei mengangguk paham. Bocah itu lalu berlari mendekati Boruto. "Ayah, Ayah kenapa kemalin pulangnya jam sembilan malam? Lei nungguin Ayah dali sole, tahu."

Boruto tertawa kecil, cukup kaget karena Rei tahu bahwa kemarin ia pulang tepat pukul sembilan malam. "Ayah lama, ya?"

"Iya, Ayah." Rei duduk di karpet sambil mengangguk lucu.

Boruto menghampiri Rei. "Habisnya, Ayah ada urusan mendadak kemarin. Maafin Ayah, ya," jelas Boruto.

Rei tersenyum. "Ayah jangan minta maaf. Lei nggak malah, kok. Hehe."

Boruto mendudukkan dirinya tepat di hadapan Rei. Lelaki itu mengusap kepala Rei dengan hangat. "Rei nggak nakal sama Nenek dan Kakek, 'kan?" tanya Boruto.

Rei menggeleng. "Nggak, Ayah. Kemalin, bekal dali Nenek Sakula juga Lei habisin. Bekalnya enak."

Boruto mengangguk. Lelaki itu lalu terdiam cukup lama. Hanya menatap wajah mungil putra kandungnya dengan sorot mata penuh makna. Boruto ingat, bagaimana gugupnya dirinya ketika ia akan menggendong Rei untuk pertama kalinya. Semua perasaannya meledak-ledak pada saat itu.

"Hari ini hari Sabtu, Rei libur sekolah. Mungkin, aku bisa mengajak Rei bermain untuk hari ini."

Boruto mengusap dahi Rei, lalu mengecupnya lembut. "Rei."

"Iya, Ayah?"

"Mau bermain di taman bermain?" tawar Boruto.

Rei diam sejenak. "Nggak, Ayah. Sekalang 'kan banyak salju, dingin. Lei mau jalan-jalan keliling kota aja, tapi naik mobil."

Boruto mengangguk setuju. "Kita jalan-jalan setelah sarapan, atau nanti sore saja?" tanya Boruto.

Rei berpikir sejenak. Ia menyingkirkan beberapa helai rambutnya yang jatuh ke pelipis. "Nanti sole aja, Ayah. Lei juga mau main sama Nenek Hinata dulu siang ini."

"Oke."

"Ayah, ayo salapan!"

"Ayo, Rei."

Sambil berjalan bersebelahan, Rei menggenggam jari-jemari Boruto. Senyuman murni miliknya terus mengembang.

"Oh iya, Ayah, kemalin itu Nenek Hinata datang ke sekolah Lei sama seolang Bibi, Ayah. Lei pelnah lihat Bibi itu. Bibinya punya lambut panjang walna ungu." Rei berceloteh ketika ia mengingat wajah Sumire.

Boruto menaikkan sebelah alisnya. "Rei kenal orangnya?"

"Lei pelnah lihat Bibi itu di dekat kafe, Ayah. Tapi Lei nggak tahu nama Bibi itu."

Boruto mengernyit. Tadi Rei bilang apa? Rambut ungu?

"Boruto! Rei! Ayo makan!" Seruan nyaring terdengar dari arah dapur. Itu suara Hinata. Mendengar itu, Boruto dan Rei pun mempercepat langkah mereka menuju dapur.

🍁🍁🍁

Asahi mengaduk semangkuk sup miso dengan gerakan pelan.

"Kenapa tidak dimakan, Asahi?" Mei mengambil tambahan sup untuk dirinya. Wanita itu selalu memerhatikan Asahi.

Asahi menoleh. "Iya, akan Asahi makan secepatnya, Bu," balas Asahi.

Chūsei Kokoro [BoruSara Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang