°Happy reading°
___
Mei menahan kedua sudut bibirnya yang hendak tertekuk ke bawah. Sebisa mungkin ia menjaga air mukanya agar tetap terlihat baik-baik saja. Tanpa sadar, sejak tadi kedua tangannya ia lipat di depan dada.Di depan sana, Boruto tampak tengah berbicara dengan seorang petugas rumah sakit. Boruto terlihat mengangguk beberapa kali ketika si petugas rumah sakit mengatakan sesuatu.
"Beliau ada di ruangannya. Anda bisa langsung menemui beliau di ruangannya, Tuan." Petugas yang berkewajiban untuk menjaga meja resepsionis itu menjauhkan telepon yang semula menempel di telinganya. "Anda tahu ruangan Dokter Rin, Tuan?"
Boruto mengangguk. "Iya. Apa saya bisa menemuinya sekarang?"
"Tentu. Silakan, Tuan."
Boruto mengangguk. "Terima kasih."
Asahi berjalan bersisian dengan Boruto. Di belakang mereka, Moegi dan Mei mengekor sambil menatap sekitar.
Boruto membawa yang lainnya membelok ke arah kanan. Iris matanya melirik Asahi yang terus menutup mulut.
Moegi menempelkan ponselnya ke telinga, ada telepon dari keluarganya.
Helaan napas dari Mei nyaris tak dapat didengar. Mei tidak fokus melangkah, ia bahkan hampir menginjak ujung belakang dari kaki kanan Asahi. Bola matanya menatap sekitar dengan tatapan gundah.
"Sampai." Boruto menghentikan langkahnya.
Asahi menatap pintu kayu yang berada di dekat dirinya. Di bagian atas pintu, ada selembar kertas yang menjelaskan kepada Asahi tentang siapa pemilik dari ruangan di balik pintu itu.
"Dokter Rin Nohara."
Boruto mengetuk pintu dengan tangan kanannya. Tangan kirinya bergerak cepat menggenggam tangan Asahi.
Asahi mengerjap bingung. "Boruto?"
Dari dalam ruangan, samar-samar terdengar suara seorang wanita membalas ketukan pintu Boruto.
Klek.
Boruto memutar knop pintu. Sedikit melongok, Boruto lalu melangkah masuk. "Siang, Dokter."
Seorang wanita tersenyum ramah di meja kerjanya. Wanita berperawakan mungil itu segera berdiri. "Siang juga, Boruto!" balasnya.
Mei menatap sang dokter dengan tatapan penuh gundah. Kedua tangannya terkepal di dalam saku jaket.
Moegi menyimpan ponselnya. Wanita berkepribadian hangat itu segera mengulurkan tangan kanannya pada Dokter Rin. "Siang, Dokter."
Rin tersenyum dan membalas uluran tangan Moegi. "Siang juga. Salam kenal, Rin Nohara."
"Namaku Moegi, Dokter."
"Baik."
Rin dan Moegi itu mirip, sama-sama ramah dan hangat.
"Ini Asahi, Dokter. Dia yang akan menjadi pasien Dokter," jelas Boruto.
Rin segera menoleh. Kedua manik hitamnya mengerjap cepat ketika ia dapat melihat Asahi. Bibirnya bahkan tanpa sadar terbuka dan membentuk celah tipis. Dari ekspresi yang ia bentuk, ia terlihat seperti kaget.
"Jadi, ini."
"Siang, Dokter. Saya orang tua dari Asahi." Mei, wanita itu entah mengapa segera berjalan maju. Ia memisahkan Boruto dan Asahi. Bibirnya mengukir senyuman untuk Rin.
Boruto dan Asahi serentak bergumam bingung. Tingkah Mei agak aneh.
"O-oh. Iya, Nyonya, salam kenal." Rin balas tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chūsei Kokoro [BoruSara Fanfiction]
Fiksi PenggemarEND- Chūsei Kokoro [BoruSara Fanfiction] Ini, cerita tentang seseorang yang berusaha untuk menjaga kesetiaannya. Kata 'setia' yang terucap dengan sangat mudah, ternyata cukup sulit untuk dipertahankan. Bagi Boruto, kata 'setia' yang ia ucapkan beb...