Chapter 27. Pembatalan Janji

114 18 4
                                    

27. PEMBATALAN JANJI

"Kita berdua selalu sejajar, hingga tak sadar bahwa yang sejajar tak selalu dipersatukan."
- Seira untuk Aksara

Bel pulang SMA Pancasila berbunyi nyaring. Memekik telinga para murid yang ingin pulang kerumah masing-masing. Merasa terbebas dari penjara batin.

Aksara, cowok bertubuh jangkung itu berjalan tergesa-gesa disepanjang koridor.

"Semangat, Bray! Semoga berhasil!" teriak Daniel jauh diseberang sana pun tak dihiraukan oleh Aksara. Pemuda itu ingin ke kelas Seira. Belum ada beberapa jam, pemuda itu katanya sudah rindu saja.

Rindu, tapi gak ada yang balesin. Kasihan.

Tinggal dua ruang kelas lagi, maka Aksara akan sampai dikelas Seira. 11 Mipa 1.

Dengan keras Aksara membuka pintu kelas tersebut. Membuat beberapa siswa didalamnya terkejut.

"Ngapain lo?" Itu suara Fara. Gadis dengan rambut dikuncir kuda itu tersenyum sinis. "Mana hama tubuh lo? Udah lo basmi belum? Oh! Atau... lo mau minta pengobatan gratis disini?"

Omongan Fara benar-benar pedas. Tidak, Aksara tidak boleh terpancing emosi. Tujuannya hanya Seira, hanya gadis itu.

"Mana Seira?"

Fara melipat tangannya didada. "Ada urusan apa pohon mangga?"

Aksara menghela napas. "Nama gue Aksara, bukan pohon mangga." katanya penuh penekanan.

Fara melirik sosok laki-laki yang sedang merapikan bukunya kedalam tas.

Arga.

"Ga." panggil Fara pada cowok itu.

Fara bergeser ke arah Arga. Cewek itu menatap Arga. "Seira ada sama lo?"

Arga sempat bingung. Lalu akhirnya mengangguk. "Iya, itu dia lagi nunggu diparkiran. Gue baru ambil buku yang ketinggalan, soalnya gue mau minta diajarin sama dia."

Aksara yang mendengar itu membisu. Lalu tanpa aba-aba berlari disepanjang koridor, menuju arah parkiran SMA Pancasila.

Aksara mengedarkan pandangannya ketika sampai diparkiran. Hari sudah sore, sebagian tempat parkir telah kosong. Hanya asa beberapa motor dan mobil yang terparkir disana.

Pandangannya jatuh pada sosok perempuan yang bersandar disebuah motor sambil memainkan handphonenya.

Aksara menghela napas gusar. Kata-katanya tadi seolah hilang ditelan angin. Padahal, cowok itu sudah berlatih selama jam pelajaran terakhir hanya untuk mengajak Seira kencan.

Kencan? Haha. Seriously?

Aksara tidak bisa berpikir. Pria itu langsung merogoh saku celananya. Mencari-cari kontak line seseorang.

Aksara
Ra, kita bisa bicara?

Aksara
Bisa kita ketemu nanti sore? Gue jemput.

Aksara
Gue nggak akan minta maaf lewat chat. Gue mau kita ketemu, dan bicarain soal ini baik-baik.

Aksara Fenandio
Ra, gue mau-

Seira untuk Aksara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang