Chapter 43. Enggan dan Bimbang (Putus?)

139 15 2
                                    

43. ENGGAN MEMBUKA SUARA

NOW PLAYING | Hanin Dhiya – Bimbang

“Jika kamu berusaha bersikap biasa saja hanya untuk menghindari luka, maka cara yang kamu gunakan salah.”
I

***:***

   SUARA laju motor salah satu murid SMA Pancasila menjadi pusat perhatian dari gerbang sekolah hingga parkiran.

Bukan, bukan suara motor itu yang menjadi pusat perhatian. Melainkan, dua orang di atas motor itu yang menjadi penyebab utamanya.

“Eh, itu bukannya Aksara sama si Vania?”

“Hah? Lo salah liat kali,”

“Bentaaar, liat dulu kek!”

“Gini ya, Aksara itu pacarnya Seira. Sedangkan Vania itu musuhnya Seira. Otomatis, mereka juga musuhan, dong?”

“Ish, enggak! Mata gue belom kena katarak. Itu bener-bener mereka,”

Aksara menulikan pendengarannya saat sekelebat pembicaraan itu memasuki telinganya. Laki-laki itu menyingkirkan tangan Vania yang melingkari pinggangnya dengan kasar.

“Jangan pegang-pegang gue,” desisnya.

Vania menampilkan muka kesalnya. Dengan terpaksa, gadis itu menuruti perintah Aksara.

Aksara memarkirkan motornya di barisan paling belakang.

“Turun,” titah Aksara pasa Vania.

Vania mengangguk senang, lalu turun dari atas motor itu.

“Makasih. Besok-besok, gue nebeng lagi ya.” Vania berkata sambil menyerahkan helmnya pada Aksara.

Aksara tak menjawab. Laki-laki itu menerima barang pemberian Vania, lalu meletakkannya di atas jok motor.

“Lo nggak nebeng. Tapi numpang,” Aksara berdecih.

“Besok-besok, jangan ngerendahin harga diri lo sebagai cewek cuma buat numpang ke sekolah. Itu bakal buat lo semakin kelihatan rendah, bukan malah narik perhatian mereka,” ucap Aksara.

Vania terkejut mendengar penuturan itu. Semua orang disana juga sama, terkejut dengan penuturan Aksara.

“Sa,”

Aksara menoleh ke belakang. Matanya membola saat mendapati Seira berdiri disana.

“Ra ...”

Seira menatap Aksara dan Vania bergantian.
“Kalian berangkat bareng?”

Aksara tak tahu harus menjawab apa saat Seira langsung menembakkan pertanyaan seperti itu.
Aksara memasukkan telapak tangannya ke dalam saku celana. Lelaki itu meremas tangannya pelan sebagai bentuk pelampiasan kebingungannya sekarang.

“Sa?”

“Yaudah kalo lagi nggak mau jawab. Kamu mau ke kelas? Mau bareng aja?”

Seira untuk Aksara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang