01. PENGHIANAT DAN PENGGODA
Laki-laki, satu nama yang paling kubenci di dunia ini,
—Laviona Seira A.
Seorang gadis tertidur lelap diatas ranjang, tubuhnya berkali-kali menggeliat merasakan ada yang salah.
Gadis itu membuka matanya lalu menerjapkannya berkali-kali. Ia melirik jam weker yang ada diatas nakas.
"Jam lima," gumamnya. Gadis itu segera beranjak duduk, sambil sekali-kali meregangkan Otot-otonya.
Gadis itu mendesah ketika mendengar sebuah notifikasi dari ponselnya.
Kak Zio❤: Morning Seiraa! Udah bangun belom? Hayoo.. Belum sholat subuh ya?
Gadis itu tersenyum, lalu mengetikkan sebuah pesan.
Me: Ih.. Sotoy deh kak, aku mah udah bangun.
Kak Zio❤: Yaudah deh, langsung mandi, sarapan, terus berangkat sekolah ya? Nanti aku mau ngomong sesuatu sama kamu:*
Me: Siap kak! Bye:*
Valenzio, seperti dugaan kalian. Zio adalah kekasih Seira. Baru lima bulan ini menjadi kekasihnya.
Gadis itu segera beranjak ke kamar mandi. Selang beberapa menit, gadis itu keluar tampak lebih segar.
Ia beranjak memakai seragamnya, lalu sedikit memoleskan bedak tipis pada wajahnya.
Selesai, Seira selalu tampak cantik. Bahkan tanpa bedak sekalipun. Gadis itu segera mengambil tasnya dan turun kebawah.
"Pagi Pa, Ma." sapa Seira.
"Pagi Kak," serempak kedua orang tuanya.
"Ehmm... Hari ini Mbok masak apa?" tanya Seira pada asisten rumah tangganya.
"Masak sup kesukaan Non sama Bapak." ucap Mbok Inah sambil tersenyum. Wanita berumur setengah abad itu masih nampak sehat.
"Mbok Inah nggak capek? Sini Seira bantuin." Gadis itu mengambil alih piring yang ada ditangan Mbok Inah.
"Aduh.. Ndak usah Non. Nanti baju sekolah Non kotor." tolaknya.
Sedangkan Papa dan Mama Seira tersenyum, melihat anaknya kini tumbuh dengan baik.
"Udah nggakpapa Mbok, biar Seira aja yang angkat. Lagian cuma ngangkat piring, masa' bisa kotor sih?"
Mbok Inah mengangguk mengiyakan. "Makasih Non,"
Seira berjalan ke arah meja makan dengan dua piring ditangannya.
"Papa sama Mama, hari ini pulang malam lagi?" tanya Seira sambil menyendokkan sup kemulutnya.
Mama Seira tersenyum manis. "Iya sayang, kamu naik taksi aja ya?"
Seira mengangguk. "Kalo papa? Sibuk juga?"
Papanya mengangguk. "Iya sayang, hari ini berangkat bareng papa kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Seira untuk Aksara ✔
Roman pour AdolescentsMeski tak kenal patah, bukan berarti Seira bisa baik-baik saja saat mengenal luka. Baginya, menangisi yang sudah pergi, tak lagi ada gunanya. Di hari bertemu Aksara, Seira merasa sangat bahagia. Karena apa? Jangan tanya. Bahkan Seira sendiri tak ta...