Chapter 13. Bunga dan Telur

136 19 4
                                    

13. BUNGA DAN TELUR

“Gelap, tak selalu mencekam.”—AKSARA

“Babay Aksara!” pamit gadis itu riang.

Aksara tertawa geli. “Babay Rara yang cantikkk!”

“Udah sana masuk, jangan lama-lama disini. Entar kedinginan.” ujar Aksara.

Seira mengangguk, “Oke!”

Aksara baru saja mengantarkan Seira pulang. Melihat tawa gadis itu, membuat Aksara tak ingin berpaling.

“Eh, Ra. Tunggu bentar deh.” Aksara mencekal pergelangan tangan kanan Seira.

Seira berbalik, “Kenapa?”

Aksara menunjuk rumah Seira, “Kok rumah lo gelap banget sih?”

Seira menoleh, benar saja. Dimana para pembantunya itu?

Bahkan lampu taman dirumah ini pun mati, ada apa?

“Sa, kok perasaan gue nggak enak ya?” ujar Seira.

Aksara juga mengangguk, “Sama, gue juga.”

“Sa, temenin gue masuk.” ucap Seira ketakutan.

“Tenang, ada gue disini.”

Aksara turun dari motornya, lalu berjalan menggandeng tangan Seira yang ada di belakangnya.

Saat sampai di teras rumah, mereka mencium bau amis, sekaligus wangi.

Gimana wanginya coba?

“Ra, teras lo kok bau amis gini?”

“Gue nggak tahu, lah! Emang lo pikir gue dukun bisa tahu.” Seira mendengus sambil memegangi hidungnya.

Saat mereka sampai didepan pintu, mereka disambut oleh wangi bunga.

“Ma, Pa!” teriak Seira.

“Ma, Pa! Kalian nggak papa kan?”

Dep!

Lampu tiba-tiba menyala, membuat dua insan disana terkejut bukan main.

“Pinter ya lo sekarang, jam segini baru pulang!” ujar seseorang dari arah tangga.

Seira memperhatikan setiap inchi wajah pria itu. Iya, dia seorang pria.

“Kenapa? Lupa sama gue?” ketusnya.

Seira menerjapkan matanya. Mulai mengingat-ngingat siapa pria itu.

“BANG ARYAAAA!!” pekik gadis itu, lalu berlari menuju tempat pria tadi. Memeluknya bak anak kecil, sambil mengalungkan tangannya.

“Bang Arya kapan pulang? Ale kangen tauu!” lirih Seira.

Arya melepaskan pelukannya dengan malas, “Halahh! Lebay lo kutil anoa!” ujarnya sambil menonyor kening Seira.

Seira untuk Aksara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang