Chapter 3. To; Laviona

214 21 3
                                    

03. TO : LAVIONA

Aku takut, merasakannya terlalu jauh. Karena kejadian kemarin, masih terasa segar di ingatanku. —Laviona Seira A.

Seira sedang berjalan menuju kelasnya, pagi hari ini terasa cerah baginya. Karena tak ada lagi notifikasi dari mantan-mantan pengganggu.

Tentu, sejak kabar putusnya Zio dan Seira melebar dengan cepat, banyak mantan Seira yang mengajaknya balikan.

Semudah itu? Tentu tidak. Seira bukan tipe cewek yang akan menangis bombai jika putus. Inilah kelebihan Seira, dia bisa melupakan cowok itu hanya dengan waktu sehari. Apalagi, sekarang ada Aksara, pria dingin yang mengompresnya di UKS.

"Ra! Seira!" Teriakan tersebut memberhentikan langkah kaki Seira.

"Kenapa Far?"

"Gue, bisa ngomong sama lo?"

"Ngomong aja kali,"

"Oke!" seru Fara. Gadis itu tiba-tiba menarik Seira. Entahlah menuju mana.

"Far! Mau kemana? Jangan narik-narik dong!" Perkataan Seira tak dihiraukan oleh Fara, gadis itu hanya menghadap kedepan.

Seira menabrak siswa-siswi yang ada dihadapannya. "Aduh, sorry ya. Sorry semua, sorry."

Ketika sampai dikelas mereka. Sebelas IPA satu.

"NIH, LO LIHAT." seru Fara sambil menunjuk bangku Seira.

Seira membeku ditempat, dan menghela nafas pelan. Bagaimana tidak? Saat ini di meja Seira menumpuk puluhan coklat, buket  bunga, boneka-boneka berwarna pink, dan banyak sekali note yang tertempel disana.

"KENAPA MEJA GUE JADI PABRIK COKLAT GINI???"

"Tau tuh, semalem perasaan nggak ada. Gue tadi dateng duluan. Niat banget sih mereka ngasih lo beginian. Kali aja, mereka berangkat shubuh tadi." jelas yang lain.

Seira menghela nafas, lalu mendatangi bangkunya. Bukan hanya diatas mejanya yang dipenuhi coklat, bahkan lokernya pun sama. Tak ada sisa untuk dibuat duduk.

"Harus gue apain nih semuanya?" tanya Seira frustasi.

"Gue bahkan nggak bisa duduk." sambungnya.

"Tenang aja Ra, kan ada konsumennya di kelas kita." kata Fara.

"Siapa?" tanya Seira penasaran.

"YA KITA LAH!" seru teman-teman kelas Seira.

Seira tersenyum. "Yaudah deh, kalian apain aja coklatnya, bunganya, bonekannya, gue nggak masalah. Pokoknya pemandangan ini nggak gue lihat lagi."

"Ra, Ra. Baru sehari putus aja udah segini. Apalagi seminggu? Kelas kita bakal jadi kuburan dadakan gara-gara bunga-bunga lo." kata temannya sambil tertawa.

Seira terkekeh. Matanya melihat note-note yang tertempel dibangkunya. Ada beberapa nama yang dia kenal.

Seira menghela nafas lagi. Para mantannya masih saja memaksa untuk balikan. Seira pikir, dengan tidak ada notifikasi apapun dari mereka tadi malam, mereka akan menyerah. Tapi ternyata, tidak sama sekali. Mereka malah semakin gencar.

Seira untuk Aksara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang