Chapter 34. Perasaan Ragu

101 16 2
                                    

34. PERASAAN RAGU

NOW PLAYING | Afgan – Cinta Tanpa Syarat

Rasa ragu memang terkadang melumpuhkanmu. Tapi mustahil untukmu membunuhnya, kecuali memupuknya dengan rasa yang baru.”
— Seira untuk Aksara

SEIRA keluar dari rumah bertingkat dua itu bersama Aksara. Mereka berdua berjalan beriringan sembari tertawa bersama-sama.

“Ra, emang Papa kamu emang gitu?”

Seira menghentikan tawanya. Perempuan itu sedikit geli mendengar Aksara menggunakan kata aku kamu. Hatinya sedikit tergelitik karena itu.

“Em..., Papa orangnya baik kok. Cuma, dia emang gitu. Dia sering introgasi siapapun temen yang dateng ke rumah. Entah karena apa,” ujar Seira sambil menerima helm yang diberikan Aksara.

Aksara diam, sebelum akhirnya menghela napas. Sekali lagi, laki-laki itu mengerti maksud dari ucapan Alexvander.

“Mungkin dia pengen kamu baik-baik aja,”

Seira mengangguk, lalu tertawa. “Iya, kali ya.” ujarnya. “Yuk berangkat, entar telat.”

“Tunggu bentar.”

Langkah Seira terhenti. Perempuan itu memperhatikan Aksara yang sedang terburu-buru mengambil sebuah benda dari saku celana batiknya.

Aksara menyinyirt ketika mendapat panggilan dari nomor yang tidak di kenalnya. Saat Aksara hendak mengangkatnya, panggilan itu dimatikan sepihak.

Saat Aksara hendak menelponnya kembali, satu pesan mendarat di handphone–nya.

From: +6289056725XXX
Jangan sakitin dia.

Tulisan di atas layar itu membuat Aksara berkerut heran. Memangya, siapa yang akan dia sakiti?

Mungkin cuma SMS nyasar, batin Aksara.

From: +6289056725XXX
Saya tahu kamu nggak terlalu bodoh untuk memahami apa resiko kamu menyakitinya.

“Hah?” Spontan Aksara membeo menatap pesan itu. Pandangannya beralih pada Seira yang menatapnya heran. Buru-buru pemuda itu mematikan handphone–nya.

“Udah, Ra. Yuk berangkat,” ujar Aksara.

“Tunggu, Sa.” Satu tangan bebas Seira mencengkram tangan Aksara. “Kamu kenapa?”

Aksara spontan menggeleng. “Nggak kenapa-napa.”

“Jangan bohong.” tekan Seira.

Aksara menatap mata Seira dalam. Tinggi Seira yang sedikit pendek darinya, memudahkan akses laki-laki itu untuk puas menatap mata indah gadisnya.

“Lo, bahagia sama gue?” tanya Aksara.

Seira terdiam. Mengapa Aksara menggunakan kata lo-gue? Apakah ada masalah?

“Kamu kenapa, Sa?” tanya Seira balik.

Aksara menggeleng pelan. “Apa gue bakal sakitin lo nantinya?”

Seira masih diam. Menunggu Aksara melanjutkan kalimatnya.

“Apa gue bakal bisa bikin lo bahagia?” lirih Aksara.

Seira menatap laki-laki itu dalam.

“Maksud lo apa?”

Hm.... Lo gue lagi:v

“Gue ragu, Ra. Apa gue bakal bisa bahagiain lo nantinya? Apa gue juga bakal bisa untuk nggak sakitin lo nantinya?”

Seira diam. Perempuan itu mulai mengerti perlahan-lahan.

Seira untuk Aksara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang