Chapter 33. Rasa Tanpa Jeda

103 19 5
                                    

33. RASA TANPA JEDA

NOW PLAYING | Yoriko Angeline ft Ari Irham – After Met You

Cinta bukan tentang memilikinya, tapi cinta itu masalah tulusnya.
— Seira untuk Aksara

Pagi-pagi sekali, Seira sudah terbangun dari tidurnya. Semalaman, tidurnya lebih dari sekedar kata nyenyak.

Suara getaran handphone membuat perempuan itu terpaksa bangun dari tidurnya.

Aksara: Ra, aku jemput ya?

Seira tersenyum senang. Tak bisa menyembunyikan raut bahagianya.

Kemarin, adalah hari ter–bahagia bagi Seira. Akhirnya, setelah menempuh lika-liku cobaan antara kejelasan hubungannya dengan Aksara, kedua muda-mudi itu telah menemukan titik terang.

Seira: Iya, sekalian ketemu sapa Papa. Kata Mama, dia mau ketemu kamu Sa. Kamu nggak keberatan kan?

Seira menghela napasnya. Kemarin malam, Papa tersayangnya telah pulang dari perjalanan bisnisnya ke luar negeri. Dan sialnya, Papanya itu sangat ingin sekali bertemu dengan Aksara. Laki-laki yang katanya bisa memikat Seira hanya dalam kurun waktu beberapa jam.

Aksara: Nggak keberatan kok. Malah seneng ketemu calon mertua. Ehehe^^

Seira: Ishhhh... Apaan sih.

Aksara: Udah ah, jangan bulshing gitu. Cepetan mandi, entar aku jemput.

Seira: Tau dari mana aku bulshing?

Aksara: Hati kita kan udah terikat. Jadi, apapun yang kamu rasain, pasti aku rasain juga. Karena hati kita itu satu.

Seira tersenyum malu-malu. Jangan sampai Aksara melihat rona merah di pipinya!

Seira: Iya, aku mandi. Jangan jemput dulu, entar kelamaan nunggu. Dadaa~

***

Aksara duduk di sofa keluarga Allenden. Keluarga kaya raya yang tercatat dalam sejarah keluarga yang paling berpengaruh di Asia Tenggara. Setidaknya, itu fakta yang baru Aksara tahu.

Aksara menunduk, takut bertatap muka dengan pria paruh baya yang tengah duduk di hadapannya.

“Kamu, Aksara?”

Pertanyaan itu membuat bulu kuduk Aksara meremang. Aura mengintimidasi seolah mengitari meja serta sofa yang sedang Aksara tempati.

“Kamu punya mulut, kan? Kenapa pertanyaan saya nggak dijawab?”

Pertanyaan itu mencelos dari bibir Papa Seira. Aksara mendongakkan kepalanya, memaksa untuk bertatap muka dengan orangtua laki-laki Seira yang kini juga menatapnya.

“Kamu yang namanya Aksara?”

Aksara diam, lalu akhirnya mengangguk. Ia perlahan menyingkirkan rasa takut yang menggerogotinya tanpa alasan.

Oke Aksara, rileks. Dia nggak akan makan lo!, Aksara membatin dengan dongkol.

“Saya tanya dengan mulut Aksara. Apa kamu bisu sampai nggak bisa membalas pertanyaan saya menggunakan suara?” tanya Alexvander.

Seira untuk Aksara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang