Chapter 26. Aksara Pecundang

130 19 3
                                    

26. AKSARA PECUNDANG

Now playing | Afgan - Bukan Cinta Biasa

Jatuh cinta bukan hanya sekedar rasa, jatuh cinta adalah tentang masa depan.
— Seira

“Gimana? Gue perlu jelasin apalagi?”

Pertanyaan Arya membuat Aksara terdiam. Diam sekali. Sama sekali tak berkutik. Setelah mendengar cerita kelam Seira, membuat jantung Aksara berdebar tak menentu. Aksara juga tak mengerti. Perasaan apa yang dia alami sekarang.

Mereka berdua sedang duduk disebuah bangku dekat hutan sekolah. Tempat ini jarang dijamah banyak orang. Hanya beberapa orang yang datang kesini untuk keperluan tertentu.

“Gue nggak minta lo buat minta maaf sama, Ale.”

Aksara menoleh. “Maksudnya?”

Arya menghela napas. “Gue nggak tahu apa istimewanya lo. Sampe-sampe Ale berani bawa lo kerumah.”

“Jadi ... Sebelum gue, nggak ada temen cowok yang dia bawa kerumah?”

Arya menggeleng. “Nggak ada. Cuma lo.”

Aksara merasakan jantungnya berdebar, berdegup sana-sini.

“Sejak kematian kembaran gue dan Nenek gue. Ale rentan depresi.”

Aksara menoleh, terkejut. “De—depresi?”

Arya mengangguk. “Sejak saat itu, hidup Ale suram dan gelap. Setiap hari, dia selalu ngurung diri dikamar sambil natap foto Ariya dan Nenek gue. Gue tahu itu berat. Ale harus bangkit. Tapi ... Semangat hidup dia udah nggak ada.”

Aksara meneguk ludah. “Terus... Apa masalah sama Kakeknya?”

Arya tertawa sumbang. “Gue tahu lo sayang sama, Ale.”

“Bang...” Suara Aksara penuh penekanan. Ia merasa dipermainkan oleh Arya.

Arya terkekeh menatap Aksara. “Jangan tanya gue. Tanya orangnya langsung. Ale emang tipe orang yang cepat maafin satu kesalahan. Tapi kalo untuk ngelupain kesalahan itu, dia nggak akan pernah bisa.”

“Dalam arti lain, Ale itu pendendam.”

Aksara meneguk ludah. Sedikit tak percaya bahwa Seira yang sangat ramah itu menyimpan pengalaman seburuk itu. Hampir diperkosa, bahkan melihat pembunuhan didepan matanya.

“Gue nggak minta lo buat minta maaf ke Ale. Tapi saran gue, kalo dari awal niat lo cuma untuk main-main. Lebih baik lo pergi dan tinggalin dia dari sekarang. Sebelum keadaan yang menenggelamkan kalian berdua.” ucap Arya pada Aksara.

Aksara terdiam.

“Bang... Gue egois nggak sih?”

Arya menoleh. “Maksudnya?”

Aksara menghela napas. “Gue cuma nggak mau Rara dikasih tanda hitam sama guru-guru. Udah, itu aja.”

Arya tersenyum simpul, lalu menepuk bahu Aksara pelan. “Cinta emang buta, Sa. Gue percaya dengan hal itu, karena gue udah lihat sendiri cara kerja cinta.”

Aksara balik terkekeh sumbang. “Ngomong sama lo unfaedah banget ya perasaan,”

Arya tertawa. “Gimana kabar Abang lo?”

Seira untuk Aksara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang