Chapter 3

4.1K 120 24
                                    

Peti mati Naruto sekarang ada di Konoha Cemetery. Tepatnya di region yang belum dimakamkan seorangpun.

Peti tersebut diletakkan di podium dekat mimbar. Di dekat sana ada sebuah liang kubur yang sudah disiapkan.
"Meskipun dia sudah meninggalkan kita, kita tak boleh lupa akan jasa - jasanya dalam Perang Dunia Shinobi Keempat. Marilah kita berdoa untuk almarhum Nanadaime Hokage, Uzumaki Naruto". Semua orang menundukkan kepala untuk mendoakan arwah Hokage Ketujuh.

Kemudian Shino, Sai, Lee, Kiba, Chouji, dan Konohamaru menurunkan peti mati Naruto ke liang kubur. Boruto menangis histeris di pelukan kakeknya, Hiashi Hyuuga.

Setelah peti itu diturunkan, keluarga Boruto mendekati liang kubur itu. Boruto melihat ke dalam, terdapat peti bertuliskan kanji angka tujuh, menandakan sang ayah telah pergi untuk selamanya.
"Sayonara, ayah. Aku janji akan menjadi ninja yang hebat seperti kau dan jii-san". Boruto menaburkan bunga ke dalam liang kubur tersebut.
"Sayonara, Naruto-kun. Terima kasih atas segalanya". Hinata menaburkan bunga ke dalam liang kubur tersebut. Mereka semua meninggalkan liang kubur tersebut.

Kemudian petugas makam menimbun liang kubur itu dengan tanah lalu memasang batu nisan di makam tersebut.

Dan langit pun juga ikut menangis, titik-titik hujan mulai turun dari langit, mengguyur desa Konoha dan patung pahatan kepala Hokage, dan di patung Naruto terlihat tetesan air mata yang mengalir dari salah satu matanya.

"Naruto? kau adalah muridku yang paling aku sayangi  diantara Sasuke dan Sakura, kau yang terbaik dari yang terbaik, menemukan murid dengan gaya sepertimu akan sangat sulit, kelangkaan sifatmu yang selalu mementingkan kepentingan orang lain itulah yang membuatmu sebagai Shinobi sejati dan sampai akhir hayat pun kau masih memegang teguh pendirianmu itu… kau benar-benar…. Murid yang terbaik", kata Kakashi dalam hatinya sambil mengenang lagi kenangan-kenangan indah bersama sang murid.

"Berhentilah menangis, itu memalukan", kata Sasuke dengan wajah stoic datar.
"Kau yang menangis", jawab senseinya, sambil melihat sebutir air mata yang keluar dari pelupuk mata tenangnya.
"Ini? aku hanya mengantuk". Kakashi tersenyum. Mendapati mode tsundere aneh Sasuke.

"Naruto, aku harap kau menemukan kedamaian di sana", batin Iruka.

Kemudian tampaklah sosok Naruto yang bercahaya. Ia mengenakan kimono putih dan bersayap.
"Maafkan aku, Hinata, Anak-anak, Ayah meninggalkan kalian begitu saja, Ayah menyesal". Tangan berbalut perban itu mendekap seluruh keluarganya menjadi satu.

Kemudian tampak sesosok Minato dan Kushina yang sama - sama memakai kimono putih dan bersayap. Mereka memegangi tangan Naruto.
"Jii-san? Baa-chan?". Boruto mengerjapkan matanya tak percaya.
"Ya, Boruto. Kami adalah kakek dan nenekmu", kata Minato tersenyum.
"Baa-chan, Jii-san, tolong jaga ayah dan Paman Neji di sana ya", pinta Boruto.
"Itu sudah pasti, Boruto", kata Kushina.

Kemudian ketiga arwah itu menaiki sebuah kereta kuda berwarna emas. Kereta itu langsung terbang ke langit.
"Ibu, Ayah, kita mau ke mana?", tanya Naruto.
"Ke tempat di mana Tuhan berada", kata Minato dan Kushina secara bersama. Naruto kemudian memeluk mereka berdua.

Di surga, Naruto dan kedua orang tuanya turun dari kereta kuda tersebut. Tubuh Naruto kemudian menciut seperti ia baru berumur 16 th. Mereka memasuki sebuah gerbang berwarna emas. Di sana ada para Akatsuki yang sedang bermain poker. Naruto melihat sosok pria berambut coklat panjang dan bermata byakugan.
"Neji?". Orang itu menoleh ke belakang.
"Naruto?". Neji mengerjap - erjapkan matanya.
"Naruto!". Neji langsung berlari kencang dan memeluknya.
"Aku merindukanmu".
"Aku juga merindukanmu, Neji".

Kembali ke dunia manusia, Semua orang yang melayat di pemakaman itu melihat ke atas, di sana terlihat sebuah lubang bercahaya yang berada di tengah - tengah langit yang mendung, bagaikan pintu menuju ke surga. Dan….

Tidak ada kata-kata lain yang bisa menjabarkan fenomena ini, awan membentuk lekukan indah, dengan dua titik awan. Wajah senyuman polos tergambar dengan jelas di antara lubang bercahaya itu, wajah Naruto kecil dengan sikap polosnya berusaha mencari - cari perhatian ke sana kemari, mengejek orang - orang hanya untuk mendapatkan kasih sayang.

Peristiwa itu dapat dilihat banyak orang, menandakan bahwa Naruto memang benar-benar anak yang baik. Masyarakat desa juga tidak mau ketinggalan, bahkan seseorang pedagang topeng pun teringat masa lalu itu, membuatnya menangis penuh penyesalan.
"Bagaimana bisa aku membentaknya, menyakiti perasaannya… hiks hiks".

Sekarang semua orang bisa melihatnya, titik - titik awan yang terhubung menggambarkan anak kecil yang tersenyum riang gembira, seperti anak kecil itu telah melindungi desa Konoha selama ini.

"Naruto?" ucap Hinata yang masih mendongak ke langit, ia melihat wajah kecil suaminya yang tersenyum.
"Itu Ayah ketika masih kecil, Bu?", tanya Boruto.
"Iya…".
"Ayah lucu ..", tambah Himawari yang masih diselimuti bekas air mata yang membasahi pipinya.

Ketika berbicara takdir, maka tidak ada orang yang akan tahu. Manusia pun tidak akan mengetahuinya. Ketika kematian menjemput orang terkuat sedunia, maka tidak akan ada lagi yang bisa mengalahkannya. Dan akhirnya Naruto bisa beristirahat dengan tenang di alam sana.

Death Leaves a Pain that No One Can Heal.

TBC...

Wah, baper banget nih. Siapin tisu karena author gak jamin diri kalian gk nangis.

Akhirnya, Naruto dan Neji bertemu lagi.
Tapi apakah mereka berdua akan dibangkitkan lagi dengan edo tensei?
Apakah identitas pelakunya sudah terungkap?

Read and Comment, Please!


Borusara Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang