Sebuah Lagu

1.2K 19 0
                                    


Walau hubungan gua dengan Kanza udah bukan sekedar Teman, semua masih sama seperti sebelumnya engga ada yang berubah. Awalnya Kanza minta gua untuk merubah cara manggil dia dari “GUA LO” menjadi “AKU KAMU” tapi karena gua emang engga biasa menyebut nama gua dengan “AKU” jadi Kanza engga memaksa gua untuk merubah cara kita memanggil. Gua ingin mengenal dia lebih jauh dan juga mengenal keluarganya tapi dia selalu bilang agar gua bersabar sampai lulus sekolah baru dia akan perkenalkan gua dengan kedua orang tuanya.

Setelah pulang sekolah Kanza meminta gua engga langsung mengantarnya pulang tapi dia ingin ke Danau dulu, walau ini bukan tempat wisata tapi setiap hari selalu ramai oleh pengunjung yang kebanyakan anak sekolah. setelah memarkirkan motor, kita berjalan ke tengah-tengah jembatan kayu yang membelah danau, Kanza dan gua melepas sapatu lalu duduk-duduk di atas jembatan sambil menenang-nendang air danau yang berjarak hanya beberapa senti di bawah jembatan. 

“Bob”

“Hmmm”

“bentar lagi kita naik kelas”

“kenapa emangnya ?”

“Kayanya baru kemaren aku kenal kamu”

“lo inget waktu pertama kali kenal gua ?”

“Lupa hehe”

“Jiahh kirain masih inget”

“Huh ngledek” Protes dia sambil mencubit pinggang gua dan memutarnya
“AW AW AWW ampunn” teriak gua sambil meringis tapi Kanza tertawa bukan lepasin cubitannya

Beginilah Kanza sekarang, kadang gua senang dia engga lagi mukul gua tapi kadang gua juga kangen tamparannya. Setiap kali gua membuatnya geram tangannya turun dari wajah ke pinggang dan memberikan cubitan yang sama sakitnya dengan tamparannya.

Ditengah obrolan kami, seorang pengamen datang dengan gitar dan menyanyikan sebuah lagu yang gua sendiri engga tahu itu lagu siapa.

“nyanyi dong buat aku” Pinta Kanza

“Tapi gua gak ahli main gitar Za”

“Udah engga apa-apa, pinjem gitarnya ya mas” Pinta Kanza ke pengamen

“Ia Mba” Kata pengamen itu sambil memberikan Gitarnya

“EHM..” 

JRENG JRENG JRENG…

“Itu lagu apa ?” Kata Kanza saat gua mulai memetik

“Ini lagu romantis buat Lo” Kata gua sambil lanjut memainkan

“kaya gak asing sih nadanya” 

Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau AWwwwwwww” Belum kelar gua nyanyi Kanza mencubit pinggang gua

“Seriuss ihhh” Kata Kanza setelah mencubit pinggang gua

“ iya iya sekarang serius”

Pedahal bait yang gua nyanyikan itu bukan lelucoan, karena sejak kehadiran Kanza seolah ada sebuah pelita dalam gelapnya hidup gua, gua diam sejenak sambil mencari lagu yang pas.

JRENG.. JRENG… JRENG… gua kembali memetik gitar

“Menatap indahnya senyuman di wajahmu”

“Membuat ku terdiam dan terpaku”

“Mengerti akan hadirnya cinta terindah”

“Saat kau tampar mesra pipiku”

“Banyak kata”

“Yang tak mampu kuungkapkan”

“Kepada dirimu"

“Aku ingin engkau slalu” Kanza ikut bernyanyi

“……………..” Gua diam sambil terus memetik gitar mendengarkan Kanza yang bernyanyi dengan suara yang begitu indah.

“Hadir dan temani aku”

“Disetiap langkah”

“Yang meyakiniku”

“Ayo nyanyi bareng” Protes Kanza lalu gua ikut nanyi bersama dia

“Kau tercipta untukku”

“Sepanjang hidupku”

“Aku ingin engkau slalu”

“Hadir dan temani aku”

“Disetiap langkah”

“Yang meyakiniku”

“Kau tercipta untukku”

“Meski waktu akan mampu”

“Memanggil seluruh ragaku”

“Ku ingin kau tau”

“Kuslalu milikmu”

“Yang mencintaimu”

“Sepanjang hidupku”

Setelah selesai bernyanyi Kanza menyandarkan kepalanya di bahu gua, “Maaf mas Gitarnya” Kata pengamen yang dari tadi Gitarnya gua pinjam.

“Eh ia sorry mas, nih” Gua memberikan gitar dan uang

“Makasih mas” Kata dia

“Ia sama-sama” 

setelah memberikan gitar, gua diam melihat bunga-bunga teratai dengan Kanza yang masih menyandarkan kepalanya. Gua jadi inget beberapa hari lalu pernah nyebur ke danau saat Kanza meminta gua mengambil bunga teratari itu. Akibatnya gua di seret Satpam dan Kanza engga pernah meminta hal-hal aneh lagi sejak kejadian itu. 

Angin bertiup membuat gelombang-gelombang, Bahu gua terasa pegal karena dari tadi Kanza menyandarkan kepalanya, gua sedikit melirik ke kiri  ternyata dia tidur

“Za…” 

“………” Dia masih diam

“Za… bangun” gua menggoyang-goyang bahunya

“Hmmm.. ehhh maaf aku ketiduran” kata dia sambil mengangkat kepalanya dari bahu gua dan kucek-kucek matanya

“Setdahh… ampe ngiler gitu”

“Hehee” Dia cengengesan sambil mengelap iler dengan tangan kirinya, lalu menyodorkannya ke gua “Mau gak ?” 

“Ogah”

“Hehe nolak rezeki kamu”

“Gua ikhlas gua rido buat lo aja”

“Huh, eh aku tidur lama engga ?”

“Engga kok Cuma bentar, mau pulang sekarang ?”

“Ayu udah sore nih”

Kami berdiri dan berjalan keparkiran mengambil motor lalu pergi untuk mengantar Kanza pulang, sepanjang jalan Kanza banyak bercerita tentang kesehariannya di kelas. Sekitar satu jam perjalanan Gua hentikan motor dekat gerbang, Kanza turun dari motor tapi dia engga langsung masuk melainkan berdiri mematung.

“Kenapa Za?” tanya gua heran

“……..” dia hanya diam dengan mata yang menatap gua tanpa berkedip
Gua turun dari motor melambai-lambaikan tangan di depan matanya “HELLOOOOW”

CUP.. “Aku masuk dulu ya” Kata Kanza setelah mencium pipi gua, lalu dia membuka gerbang dan masuk ke dalam.

Antara aku kau dan sabunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang