Sebuah Jawaban

410 10 0
                                    

Nyokap Vina : “Kirain Ibu siapa”

Arez : “Hehe, Kenapa itu pintunya ?”

Bokap Vina : “Vina dari semalem gak mau keluar kamar, mau bapak bongkar”

Gua : “Lama banget lo”

Arez : “Baru bangun gua 

Gua : “Itu Vina kenapa ? Lo tau gak ?”

Arez : “…………….”

Arez hanya diam, dia terlihat bingung untuk menjawab pertanyaan gua

CKREK… akhirnya pintu kamar bisa di buka, 
kami semua syok saat melihat Vina dengan rambut berantakan dan tangan kanan yang mengacungkan sebuah pisau dapur yang tajam.

“KELUAR”

Nyokap Vina : “Astagfirullah” 

Bokap Vina : “Naaa.. Nyebut”

Gua menatap Arez seorah isyarat 'ada apa ?' tapi dia hanya diam, gua beranikan diri masuk ke dalam kamar

“KELUAR MAS! KULUAR MAS! KELUAR!” dia terus berteriak meminta gua keluar tapi gua mengabaikan teriak itu dan terus berjalan masuk. Sekarang gua berdiri di hadapannya dengan mata pisau yang hanya berjarak beberapa senti dari wajah gua. 

Gua sedikit memutar badan dan menatap orang tua Vina dan Arez yang masih berdiri di lawang pintu “Tutup mata kalian kalo takut ama Darah” Kata gua kemudian 

lalu gua kembali menatap Vina, dia benar-benar kusut. Mata merah dan Pipi yang masih dibasahi air mata dengan rambut yang berantakan, sepertinya dia gak tidur semaleman.

“MAS KELUAR….” Vina kembali meminta gua keluar tapi gua genggam pisau itu dengan tangan kiri, semakin erat gua menggenggamnya semakin banyak darah yang menetes. 

“…………” Vina melepas pisaunya dan menutup mulutnya dengan kedua tangan, dia terlihat ngeri melihat darah yang terus menetes dari tangan kiri gua.

“Kalo ada masalah cerita, bukan kaya gini”

“……………” Vina masih diam, gua lempar pisau yang masih digenggam ke atas ranjang

“Kamu kenapa ?”

“…………..”

“JAWAB !” 

“A A Aku takut” jawab dia terbata-bata

“Takut kenapa ?”

“Aku bingung MAS”

“Emang masalahnya apa ?

“Aku…”

“………….” 

“Aku hamil mas” kata dia dengan suara pela

“Apa kamu bilang ?”

“AKU HAMIL MASS AKU HAMIL”

“JANGAN BECANDA KAMU”

“………….” Vina diam dan menatap gua, air matanya yang sempat reda kini kembali membasahi pipinya lalu dia memberikan sebuah tespek. Tangan kanan gua gemetar memegang tespek yang vina berikan, rasanya gak percaya melihat hasilnya karena selama ini gua gak pernah menidurinya. Bahkan selama beberapa bulan terakhir kita gak pernah melakukan hal-hal yang beresiko seperti ini. 

Antara aku kau dan sabunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang