Open House

537 12 0
                                    

Beberapa hari kemudian

Andi resign dari warnet karena Om nya di Sukabumi meminta dia untuk mengurus warnet yang baru dibuka, sedangkan Darno dia gak lanjut kuliah melainkan kerja di pabrik. Gak sulit mencari orang yang mau kerja sebagai operator warnet, hanya selang dua hari gua udah memiliki karyawan baru, yaitu Miska dan Eko sebagai operator siang dan Dahlan menemani Kiki untuk shift malam.

Hari yang dinanti tiba, waktu menunjukan pukul 18:30. Baru beberapa orang yang datang pedahal di jadwal acara Open House jam 18:30 harus udah ada di kampus. Seorang perempuan yang kira-kira baru 20 tahunan dengan mengenakan batik coklat berjalan ke arah gua.

“Ambil kelas regular atau karyawan pak ?” 

“Anjir gua panggil bapak-bapak” Batin gua “Karyawan” Jawab gua

“Karyawan masuk lewat Pintu B, jangan lupa isi datanya”

“Iya makasih”

Gua berjalan mengikuti intruksi panitia tadi, setelah mengisi data gua mendapatkan satu kotak makanan, notes, map biru yang berisi kertas-kertas dan lembar KRS yang nantinya diminta untuk di isi saat acara open house. Gua masuk ke dalam aula lewat pintu kelas karyawan yang berada di barisan belakang. 

Dari sini gua lihat ada tiga baris tempat duduk dengan meja-meja panjang yang bisa di isi 5 orang. Ada dua buah infokus yang berada di depan dan di tengah-tengah aula. Karena ruangan panjang jadi gua memilih untuk duduk di tengah-tengah, tapi saat gua berjalan mencari tempat duduk yang nyaman ada yang menarik perhatian gua. 

Seseorang yang mengenakan jaket denim dengan rambut pirang lurus. Dia sedang asik foto-foto dengan tiga orang temannya yang ada di barisan tengah. Gua yang jalan di antara barisan kanan dan tengah Buru-buru palingkan wajah saat dia menoleh ke kanan, karena tadi sedikit panik gua jadi asal duduk dengan orang. 

Sekarang di samping gua ada Seorang om-om brewokan dengan kemeja warna biru, dia melihat gua seolah liat makanan lezat. Jantung gua jadi deg-degan dibuatnya.

“Jangan takut, aku gak bakalan makan kok” Kata dia sambil mencolek pundak gua, 

“KAMPRET HOMOOO” Batin gua

Karena risih gua jadi pindah ke bangku kosong yang berada dua meja di depan, dan sekarang meja gua sejajar dengan perempuan tadi. Bosen nunggu acara yang belum juga dimulai gua menyandarkan kepala di meja sambil melihat dia yang masih asik foto-foto dengan hp pintar berwarna putih.

Kelamaan tiduran dimeja bikin gantuk, gua tegakan posisi duduk dan menyandarkan badan di bangku, satu persatu Mahasiswa baru berdatangan. Setiap yang masuk lewat pintu depan gua terus berharap ada orang yang gua kenal tapi dari semua yang gua lihat gak ada seorang pun yang gua kenal .

Acara dimulai, orang-orang penting di kampus memberikan sambutan dan menjelaskan system perkuliahan. Gua gak terlalu memperhatikan karena asik main game di hp , sekitar jam 20:30 seluruh mahasiswa baru diminta mengisi lembar KRS.

Sebelum acara berakhir panitia membagikan kertas selembar daftar nama-nama yang akan mengisi kelasnya masing-masing, gua kebagian kelas paling ujung yaitu kelas F8. Nama mahasiswa yang tercantum hanya 22 orang di kelas F8, sedangkan kelas yang lain rata 40 tiap kelas. Sepertinya kelas gua bener-bener kelas sisa 

Sekitar jam 21:00 acara selesai, setelah mengumpulkan KRS gua langsung ke parkiran untuk mengambil motor dan kembali ke warnet.

Arez lagi sibuk nyervis sedangkan Vina yang lagi nonton TV langsung tersenyum saat gua masuk ke dalam toko

“Gimana mas acaranya ?”

“Ngebosenin”

“Cari kenalan dong biar gak bosen”

“Males ah”

Gua berjalan naik ke lantai atas, kamar Vina bergitu rapih dan wangi. gua rebahkan badan di kasur, baru beberapa menit Vina masuk ke dalam kamar dengan segelas teh yang dia letakan di meja lalu dia duduk di ranjang sebelah kanan gua. Dia tersenyum dan memijit tangan gua seperti biasa

“Vin”

“Iya mas”

“Usia kamu sekarang berapa ?”

“18 tahun mas, kenapa ?”

“Udah tua juga ya”

“Yee masih mudah kali itu mah, mas tuh yang udah tua”

“Gua aja baru 19, lo gak ada rencana merit gitu ?”

“Ada atuh mas, tapi belum ada calonnya”

“Cari dong, apa perlu gua cariin ?”

“Gak usah mas, kalo jodoh gak bakalan kemana kok”

“Iya juga sih, tapi kamu gak kepikiran pacaran gitu ?”

“Tergantung mas”

“Mati tergantung mah”

“Maksudnya tergantung siapa yang ngajakin pacarannya”

“Emang kamu gak punya orang yang kamu suka ?”

“Ada, Cuma aku gak yakin dia punya perasaan sama apa engga”

“Siapa ? arez ? Andi ? Kiki ? atau karyawan baru ? atau temen kuliah ?”

“Salah semua”

“Terus siapa dong ?”

“Vino G bastian hehe”

“Jiahhh pantesan gak yakin dia punya perasaan yang sama”

“Atuh mas kan bilang suka, aku suka dia 

“Yaudah kalo gitu siapa yang kamu sayang ?”

“…………” Vina diam dan menatap gua sambil tersenyum “Mas” Kata dia kemudian

“Apa ? Gua di depan lo segala manggil-manggil 

“Gak apa-apa, aku ngantuk boleh ikut tidur”

“Sini” Gua menepak-nepak kasur sebelah kanan, lalu Vina merebahkan badan sambil menatap langit-langit. Kami hanya ngobrol-ngobrol ringan sampai akhirnya gua tidur lebih dulu.

Antara aku kau dan sabunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang