X VS XI+XII

2K 21 0
                                    

Tadinya gua pikir setelah kejadian waktu istirahat semua permasalahan selesai tapi ternyata masalah baru datang, saat jam pelajaran terakhir gua menerima sebuah SMS dari nomor asing.

Quote:from xxx : “Gua ada perlu sama lo, gua tunggu di warung belakang sekolah”

 to xxx : “ini siapa ?”

 from xxx : “Gua Jaka anak kelas XII, awas kalo lo engga dateng”

 to xxx : “Iya tar gua ke situ”

Setelah bel pulang berbunyi biasanya gua menunggu Kanza di depan kelasnya atau di tempat parkir, tapi kali ini gua jalan kaki ke warung belakang sekolah tempat tongkrongan anak kelas XII. Gua hanya sendiri, dari kejauhan gua lihat ada sekitar 6 orang yang sedang duduk sambil merokok. 5 anak kelas XII dan satu orang anak XI yaitu BIMO.

“Wah punya nyali juga dia” Kata salah seorang dari mereka

“Tadi yang SMS siapa ?” Tanya gua saat sampai di dekat warung

“Gua” Kata Jaka, dia berdiri dan menghampiri gua. Badannya kekar dan sedikit lebih tinggi Cuma bedanya penampilan dia seperti preman. Sepertinya Bimo ngadu dengan anak kelas XII soal kejadian tadi istirahat.

“Ada apa ?” 

“Mau jadi jagoan lo ?” Tanya Jaka yang sudah berdiri di depan gua

“………..” Gua hanya diam 

BUGH… sebuah pukulan keras mengenai perut dan membuat badan gua sedikit menunduk sambil kedua tangan memegangi perut, UHHhhh… gua meringis, Bimo dan satu orang temannya datang lalu membekuk kedua tangan gua sampai gua engga bisa bergerak.

T*AI… KALO GUA TANYA JAWAB !” kata Jaka yang berteriak di depan wajah gua

“……………” gua diam lalu menundukan kepala

JAWAB AN*JING” 

“…………..” Gua masih diam lalu perlahan mengangkat kepala dan menatapnya “SUKA-SUKA” kata gua dan langsung membuat emosinya semakin meluap.

BUGH… BUGH… BUGH… BUGH… dia melakukan combo hits dengan memukul wajah gua dengan tangannya bertubi-tubi, lalu menendang perut gua dengan lutunya beberapa kali setelah itu Bimo dan temannya melepaskan tangan gua dan Jaka mengambil ancang-ancang.

NGINGGG…. Sebuah tendangan keras tempat mengenai telinga kiri dan membuat gua ambrung ke kanan.

“………..” gua diam sejenak sampai telinga gua bisa kembali mendengar dengan jelas

“Mampus lo”

“Lo emang banci lawan kaya gini aja kalah”

“Ia lo malu-maluin aja”

“Eh, Itu bocah pingsan apa modar ?”

“Mati kali”

“Wah gawat BOS kita buang aja yu mayatnya”

“Apanya yang modar, tuh dia gerak”

samar-samar terdengar obrolan mereka, perlahan gua coba bangun sambil melihat seragam yang berantakan dengan beberapa kancing yang copot dan tetesan darah yang mengenai seragam. Engga merasa puas melihat gua masih berdiri Bimo dan temannya mendekat dengan Jaka yang sedang mencari-cari sesuatu di dekat warung.

Satu temannya coba memegang tangan kiri gua, tapi sebelum kembali dibekuk gua menendang keras paha kirinya dengan kaki kanan hingga dia dia jatuh kesakitan. 

BUGH.. sebuah pukulan di punggung, dengan cepat gua berbalik badan dan menangkis pukulan Bimo dengan tangan kanan. Dia masih menyerang gua dengan cara tadi tapi gua langsung cengkram erat pergelangan tangan kanannya dengan tangan kiri sambil mundur satu langkah hingga dia sedikit menunduk lalu gua tekuk kaki kanan dan dengan kuat gua angkat sampai lutut gua mengenai wajahnya lalu siku kanan memukul punggungnya hingga jatuh. 

BRAK… Jaka Menghantam kepala gua dengan sebuah bambu dari samping, BRAK… gua coba menangkis dengan tangan kiri, BRAK BRAK BRAK BRAK.. dia terus menerus melakukan serangan di titik yang sama sampai bambu itu terlihat sedikit remuk dan tangan kiri gua bercucuran darah.

TEKTOK TA*I” kata Jaka sambil mengayunkan Bambu yang sedikit remuk menyamping 

Tapi sebelum mengenai badan tangan kiri gua menangkap bambu itu dan menangkat kaki kanan tinggi-tinggi hingga mengenai kepalanya sampai dia kesakitan dan melepaskan bambu itu, gua lempar bambu itu jauh-jauh lalu mendekati Jaka dan cengkram lehernya, gua menendang perutnya dengan lutut berkali-kali hingga dia tersungkur di tanah. Gua masih belum puas, kali ini gua duduk di atas perutnya dangan kedua kaki menginjak tangannya lalu memukul wajahnya berkali-kali. 

Gua beruntung karena 3 orang temannya hanya menonton jadi Cuma melawan 3 orang, seandainya 3 orang itu turun mungkin gua bisa mati konyol. Setelah puas membuat bibirnya pecah, hidung patah dengan mata yang terlihat sipit sebelah dengan darah segar yang menghiasi wajahnya, Lalu gua menarik tangan kanannya agar Jaka duduk, dia terlihat sangat lemas dengan tangan kiri menahan tubuhnya agar tidak jatuh.
Gua dekati wajahnya lalu menjilat tangan kanan yang berlumuran darah seperti menjilat ice cream, “Gua salah apa ?” gua coba mengajaknya berbicara

“……..” dia hanya diam

“JAWAB !” gua berteriak di wajahnya

“Lo bikin temen gua babak belur” 

“Lo tau gak masalahnya apa ”

“………….” Dia hanya diam

gua bangkit lalu menyeret Bimo sampai di depan Jaka “DIA” gua menunjuk Bimo “Dia ngambil barang berharga cewe gua, terus dia mau balikin kalo cewe gua mau cium dia”

“………..” Jaka hanya diam terlihat kebingungan

“Bimo ngajak gua duel terus yang menang baru boleh ambil bukunya” gua coba menjelaskan

“Jadi bukan lo yang nantangin Bimo ?”

“Tanya langsung sama orangnya” 

“Bener Bim, lo yang gangguin cewe dia ?”

“I.. ia Bang, tadi gua Cuma ngarang”

“TA*I.. lo ngadu domba gua” Kata Jaka protes “Sorry Bob, tadi gua engga tau kalo masalahnya kaya gitu”

SsshhhHHHHhhhaaa… gua tarik napas panjang lalu menghembuskannya setelah itu berdiri menatap Jaka, Bimo dan beberapa orang yang menonton di samping warung.

“Gua bukan mau jadi jagoan, gua juga gak pake tektok. Liat kan gua babak belur” kata gua sambil menjulurkan tangan membantu Jaka berdiri

“Sorry, gua salah paham tadi” Kata Jaka setelah berdiri dengan tangan yang terus memegangi hidungnya

“Yaudah lupain aja, gua balik dulu” 

Gua ambil tas yang tergeletak di tanah lalu mengeluarkan sweater hitam yang memang gua pakai hanya untuk di jalan pulang pergi sekolah. Setelah melihat luka di tangan tertutup sweater gua melangkah meninggalkan mereka.

“BOB…” Panggil Jaka lalu gua berhenti dan sedikit memutar kepala menolehnya di belakang

“APA ?”

“Kepala lo berdarah” 

“Engga apa-apa Cuma luka ringan”

Lalu gua lanjut berjalan meninggalkan mereka sambil menutup kepala dengan kupluk sweater dan berhenti di warung yang ada di dekat gerbang sekolah membeli air mineral karena tenggorokan gua terasa kering dan menggunakan sisanya untuk mencuci muka.

Tulang gua terasa remuk semua, karena rasa cape yang membuat badan gua terasa berat jadi gua rebahkan badan di jok motor di parkiran sekolah sambil coba istirahat sejenak. Gua pandangi awan-awan yang sedang berjalan di atas sana, samar-samar terlihat wajah kanza diantara awan-awan di atas sana. Tapi kenapa dia terlihat sedih ? perlahan langit menjadi redup dan semua gelap. 

Antara aku kau dan sabunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang