E P I L O G

1.2K 41 18
                                    

Tiga hari kemudian, Bokap datang menjemput. Awalnya dia menolak gua membawa Dian tapi gua terus membujuknya sampai Bokap mau menjemput. Gua membawa Dian ke Bogor bersama keluarganya, untuk jaga-jaga Dian memberontak di jalan Embah memasukan obat tidur pada makananya. Entah dari mana Embah punya obat seperti ini, tapi obatnya manjur. Dian jadi lebih banyak tidur selama perjalanan.

Orang tuanya hanya satu hari di bogor, mereka harus kembali ke Lampung untuk panen. Embah tinggal bersama Dian di rumah gua sedangkan orang tuanya hanya sebulan sekali menengoki anaknya, rumah yang tadinya hanya berisik oleh suara tangisan bayi sekrang begitu ramai. Gua yang sempat takut Dian menganggap adik gua anaknya justru sekarang heran melihat Dian yang malah terlihat takut saat bertemu adik gua, Entah apa yang ada dipikirannya tapi itu membuat gua lega.

Gua pikir mungkin butuh waktu lama untuk menyembuhkan Dian, tapi ternyata semua jauh diluar perkiraan. Akhir Januari 2014, Dokter menyatakan Dian sembuh sutuhnya. Gua sangat berterima kasih pada Embah, Mona, Dila dan keluarga gua yang membantu merawat Dian di rumah selama gua kerja. 

Memasuki Bulan Februari, Embah pulang ke Lampung dan Firman mengundurkan diri dari Toko karena dia kembali dipanggil oleh Prusahaan tempat dia bekerja sebelumnya. Dian membantu Dila untuk penjualan, sedangkan gua sendiri masih tetap menjadi teknisi sekaligus owner.

Dian menularkan Virus ke Dila, mereka berdua jadi sering membaca cerita di KASKUS saat sedang nyantai. Sejak di Bogor ada satu hal yang gua sukai, Sebuah perubahan dan penampilan baru dari Dian. Dia yang lebih suka menggerai rambutnya yang lurus sekarang menutupi rambutnya, dia semakin cantik dengan Jilbab 

Tahun 2014 benar-benar banyak perubahan, selain Dian yang udah sembuh dan berlibab. Dia juga udah gak tinggal lagi di rumah gua tapi di tinggal di toko sejak akhir Januari, lantai dua yang dulu tempat gua maksiat sekarang jadi tempat mereka berdua ngaji setiap subuh sebelum mulai bekerja.

Selain perubahan pada Dian, gua juga punya perubahan. Sekarang gua berstatus Suami Dian, kami menikah pada tanggal 15 Februari. Akad nikah berlangsung di Masjid dekat rumah gua, orang tau dan semua saudara Dian dari lampung datang untuk menghadiri acara pernikahan. 

Gua ingin jadi orang baik-baik dan memberikan yang terbaik. Gua akan gunakan kesempatan terakhir ini, Gua akan berusaha menjadi suami dan seorang ayah yang baik untuk Dian dan calon anak gua kelak.

Darno pernah berkata kalau percintaan gua yang selalu gagal adalah karma dari perbuatan gua dimasalalu, gua terima itu karena gua sendiri menyadari betapa banyak kesalahan dan dosa-dosa yang gua perbuat. 

Apa yang gua lakukan dimasalalu akan gua terima akabitanya dimasa yang akan datang, seperti menanam pohon. Kalau gua bisa merawatnya, suatu hari nanti gua bisa memetik buahnya. 

Kalau pohon adalah perbuatan dan Buah adalah hasilnya, tinggal mencari sambal untuk pelengkapnya. Kenapa harus sambal ? Karena gak semua buah itu rasanya manis. Kalau disajikan dengan sambal, gua bisa menikmatinya tanpa mempedulikan rasa asam dan pahit dari buah itu.

Bagi gua selama masih diberi waktu dan kesempatan, Gak ada kata terlambat untuk berubah dan gak ada kata terlambat untuk memperbaiki kesalahan. Gua gak mau jadi orang idiot yang mengulangi kesalahan yang sama berulang kali.

Quote:

Mohon maaf jika ada kesalahan kata dalam penulisan, entah itu kata-kata kurang sopan atau vulgar . Gua selalu berterima kasih untuk para reader yang membaca cerita ini, karena tanpa kalian cerita ini gak akan bisa sampai sejauh ini.

Gua juga berterima kasih untuk beberapa orang yang terlibat di dalam cerita, tanpa kalian cerita ini takan pernah ada dan tanpa Dian gua gak akan bisa menulis di sini 

Antara Aku, Kau dan Sabun
Selesai


Antara aku kau dan sabunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang