6 - Fragmen-Fragmen

144 20 1
                                        


Bangunan berdominasi warna biru dan putih itu berada di daerah Situ Genteng, tepatnya di perempatan jalan dengan arus lalu lintas yang tak pernah sepi dari kendaraan yang hilir mudik. Bria menunggu sampai lampu merah menyala, lalu berlari-lari kecil menuju bangunan tersebut. Sebuah plang besar mencuat di bagian atas atapnya bertuliskan 'MILO SALON' yang tampak mentereng dengan huruf-huruf bersepuh warna emas. Ada seseorang yang sangat ingin dijumpainya. Seseorang yang kerap ia cemaskan, yang kadang-kadang muncul dalam ingatannya di malam-malam ketika ia masih terjaga dan tak sedang berkumpul bersama teman-teman band-nya.

Bria membuka pintu depan salon. Suara bisingnya lalu lintas langsung menyerbu masuk membuat sesosok manusia, yang diragukan jenis kelaminnya apakah lelaki atau perempuan, berambut lurus pendek berwarna merah kusam dengan bulu mata lentik--yang dari info yang pernah dikatakan si pemilik bulu mata, itu adalah russian eye lash yang ditanamnya beberapa minggu lalu--memekik kegirangan.

"Haaiii ... Kak Biiii ...! Ke menong ajizah, saayyy. Kangen ihhh!"

Sesosok makhluk ajaib yang tak dikenali jenis kelaminnya itu dengan gerakan gemulai menghampiri Bria dan langsung menyodorkan wajahnya, tapi jari-jemari Bria dengan gesit menahan kening si makhluk ajaib dan mendorongnya pelan.

"Ngg ... enggak usah pakai cipika-cipiki ya, Monci, nanti pipi gue gatel-gatel. Eheehee ...." Bria meringis-ringis, mengambil langkah menjauh. Sambil menutup pintu yang segera meredam kebisingan lalu lintas siang hari, makhluk ajaib yang disapa Monci itu menggerutu dengan nada meliuk manja.

"Iihh, jahara deh, Kak B. Memangnya Monci ulet bulu, bismika bikin gateelll."

Bria tak mengindahkan suara manja tapi mengesalkan milik Monci. Ia celingak-celinguk sebentar saat melewati meja kasir, mencari-cari, sebelum melanjutkan langkahnya ke tengah ruangan yang dibatasi rak berukuran sedang berisi macam-macam produk untuk kebutuhan salon. Tampak enam buah kaca rias bermeja kecil dengan bangku-bangku besi beralas kulit sintetis warna hitam memenuhi kedua sisi tembok. Sebuah dipan berseprai putih mengintip dari balik gorden berwarna merah muda di sisi kiri belakang, dilengkapi seperangkat alat steamer wajah dan lampu facial. Tak jauh darinya, di bagian tengah belakang tampak dua set kursi dengan bak keramas. Lemari kecil yang ditanam di dinding bagian atas penuh berisi handuk-handuk beraneka warna yang tiap warna mempunyai fungsi berbeda. Pintu kecil berwarna biru di pojok kanan tertutup rapat. Tak terdengar aktivitas apa pun di baliknya. Bria berbalik menghadap ke Monci yang sedang mengamatinya dengan pandangan nakal yang sedikit menggidikkan Bria.

"Pada ke mana, kok sepi?"

"Bos lenggang capcus belenjong produk ke Pasar Cibalo. Kan, barang udin ban sepeda yang hapsah, Kak. Sales-sales lenggang pada amsyong. Kalo Si Nyunyun lenggang solihin di belakang, tuh. Tadi diana abis nangis, Kak. Biasaaa ... gargalita Bos kelakuannya suka rada boky. Tadi ajizah sampe farah queen. Gilingan bambang deh pokoknya. Si Nyunyun bismika apose, sih, Kak. Diana bismikanya cuma diamon ajizah digituin Bos. Paling nangis doang. Monci yang akhirnya bantuin tadi. Kalau tinta, hhhh ... entah apose yang akan terjadi."

Belum sempat Bria bertanya tentang info yang baru saja didengarnya, dari balik pintu berwarna biru tadi sebuah kepala mungil muncul, masih mengenakan mukena berwarna putih dengan bordiran bunga-bunga kecil berwarna merah muda.

"Hai, Kak B. Jadi retouch rambutnya? Tunggu sebentar, ya. Bos enggak lama kok, nanti biar di-WA Monci, dibilangin kalau ada Kakak datang."

Ayunda, gadis berwajah imut-imut itu tersenyum manis sampai Bria merasa matahari tumbuh di atas kepala gadis itu saking bersinarnya senyuman yang ia lihat. Namun, Bria pun melihat puncak hidung dan mata gadis berusia tujuh belas tahun itu yang memerah, seperti sisa-sisa menangis.

"Udin eke WA, Nyun. Kata Bos dicepcong ajizah dulang rambutnya sambil nunggang diana. Yey tahu sendirilah tiap ke sindang pasti rambut Kak B penuh sisa kanji bekas di-mohawk. Lenggangan sih, ngirit banget bukannya di-mohawk di salon ajizah. Tinta usah beyong deh, Kak B. Asal mawar Monci cumi basah ajizah."

DISTORSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang