25 - Mencicipi Kebebasan

123 14 0
                                    


Abby meletakkan sisir plastik warna ungu di meja kecil dekat ranjang. Dipandanginya pantulan wajahnya pada cermin yang dibawa Kelana dan Dokter Arman beberapa hari yang lalu. Penjelasan mereka berdua tentang kepribadian lain yang hidup dalam dirinya membuat hidupnya tak sama lagi. Kendati Kelana dan Dokter Arman berulang kali menjelaskan bahwa kepribadian ganda berbeda dengan kerasukan, masih sulit rasanya menerima kenyataan itu. Kelana bilang, kerasukan membuat dia tak bisa mengontrol diri sendiri ketika ada makhluk lain menguasai tubuhnya, sedangkan kepribadian lain yang disebut Bria, dia bisa mengontrol bahkan menghilangkannya jika mau.
"Kepribadian ganda dikenal juga dengan sebutan gangguan identitas disosiatif. Sebenarnya, sebagian orang pernah mengalami disosiatif ringan, seperti melamun, hilang arah seperti ling lung ketika sedang mengerjakan sesuatu. Namun, kepribadian ganda adalah bentuk dari gangguan disosiatif yang sudah berat," Kelana menjelaskan.

"Setiap orang punya kecenderungan memiliki kepribadian ganda, Abby. Ketika kita dalam keadaan terdesak, trauma, sakit atau takut luar biasa, kepribadian lain itu lahir atau muncul. Semacam mekanisme pertahanan diri. Banyaknya kepribadian yang lahir, tergantung berapa kali kejadian luar biasa itu dialami penderita. Pada kasusmu, Bria lahir karena rasa takut yang luar biasa ketika bapakmu akan memperkosamu," tambah Kelana. Abby hanya diam mendengarkan penjelasan itu.

"Kenapa aku harus bertemu dengan kepribadianku yang satu lagi? Bria."

"Bukankah kamu ingin hidup seperti orang lain pada umumnya? Hanya ada Abby."
"Aku takut Kelana."
"Hal yang wajar. Tapi kamu harus menghadapi Bria jika ingin keluar dari sini, Abby. Kamu tidak ingin selamanya tinggal di sini, kan? Di sini memang tidak seperti di penjara, tapi tetap saja kamu tidak bisa keluar dari lingkungan rumah sakit dan berbaur dengan masyarakat luas. Kamu masih punya masa depan, Abby. Jangan sia-siakan hidupmu hanya karena takut menghadapi Bria. Satu kepribadian saja yang harus kamu hadapi. Di luar negeri sana, Billy Miligan, dia memiliki 24 kepribadian. Ada juga Truddi Chase yang diduga memiliki 92 alter ego dalam tubuhnya. Bisa kamu bayangkan bagaimana rasanya hidup seperti mereka?"

"Apa mereka bertemu satu sama lain? Kepribadian itu?" tanya Abby. Kelana mengangguk.

"Sulit pada awalnya. Tapi mereka bisa berdamai."

Abby terisak. "Aku tidak ingin menghilangkan Bria. Dia telah banyak menolongku, walau caranya salah. Aku tidak bisa memaafkan dia karena membunuh Bapak. Aku tidak tahu, Kelana. Aku tidak tahu bagaimana caranya menghadapi dia. A--aku takut, Kelana."

"Berserah dirilah. Yakinlah pada keberadaanNya. Kamu tidak memerlukan Bria atau manusia lain. Kamu hanya perlu Allah, Abby," kata Kelana berusaha meyakinkan Abby.

Abby mengangkat wajahnya, matanya menatap mata Kelana. "Aku mau. Aku bersedia menemui Bria," kata Abby mantap.

***

Kelana menemui Dokter Arman. Dia melaporkan perkembangan Abby padanya.

"Kita tidak bisa melakukan proses integrasi. Abby sudah bisa menerima kenyataan tapi Bria? Dia masih penuh kemarahan dan penolakan. Tugas kita belum selesai."

Kelana terpekur. Ini lebih berat dari dugaannya. Abby bisa dia atasi, tapi Bria? Dia tidak yakin sepenuhnya. Masih ada permasalahan gadis itu yang belum selesai. Akan lebih mudah jika Bria bisa muncul untuk diajak berdiskusi, kenyataannya, Bria bersembunyi dan tak pernah memunculkan diri.

Suatu hari, Kelana melihat Abby duduk di kursi taman. Kakinya diangkat ke atas kursi, dia menyenandungkan sebuah lagu. Suaranya terdengar merdu.

"Pantas burung-burung tak berkicau. Rupanya mereka minder dengan suaramu, Abby. Atau harus saya panggil, Bria?"

Gadis di hadapannya geming. Nyanyiannya terhenti.

"Kenapa berhenti. Suaramu indah. Ayunda pernah bilang pada saya kalau suaramu punya ciri khas dan bisa disejajarkan dengan penyanyi papan atas."

DISTORSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang