Namaku Abby. Dan aku seorang pembunuh.Itu yang mereka tuduhkan padaku meski berkali-kali aku menyangkal pernah menghabisi nyawa Bapak. Tentang dia mati di kamarku, tak ada penjelasan yang bisa diberikan. Yang kuingat hanya tubuh Bapak yang tergantung di langit-langit kamarku. Mengapa di kamaku? Siapa yang menggantungnya? Aku tidak tahu. Bisa jadi Bapak menggantung dirinya sendiri. Tapi orang seperti Bapak, tidak mungkin semudah itu mengakhiri hidup. Masih banyak hal yang bisa dilakukannya demi memperpanjang hidup. Jika dia mengakhiri hidup orang lain, mungkin saja.
Orang-orang di pengadilan juga percaya jika Bapak tidak mungkin mati bunuh diri. Mereka menuduh aku berakting agar bisa lepas dari hukuman. Namun seorang pembela bisa membuktikan jika aku tidak menyadari apa yang telah dilakukan dan menyarankan agar aku dikirim ke rumah sakit jiwa. Seorang dokter ahli jiwa memeriksaku, dia memberi kesaksian. Hakim mengetuk palu dan di sinilah aku berada. Orang gila kebal hukum, bukan?
Waktu bergerak teramat lambat selama di dalam sini. Aku terlalu sibuk mengurai benang kusut yang melilit isi kepala. Kelana bilang, jika benang-benang itu telah tergulung rapi, aku bisa bebas. Keluar dari tempat jiwa-jiwa sakit terkurung. Kelana bilang aku bisa pulang, berkumpul kembali dengan keluarga.
Keluarga yang mana? Bahkan Ibu, satu-satunya orang yang kuanggap keluarga, tak sekali pun menjenguk. Kupikir Ibu kecewa karena aku gagal menjadi anak baik. Ia pasti tak ingin mengakui aku sebagai anaknya lagi. Bisa jadi dia bersyukur bisa terlepas dari keharusan merawat dan membesarkanku seorang diri tanpa Bapak. Mungkin saat ini Ibu sudah punya keluarga baru yang lebih baik, lebih layak, lebih bahagia. Jika benar terjadi, akan ke mana diriku pergi setelah keluar dari rumah sakit ini? Untuk saat ini, para perawat dan pasien di bangsal-bangsal yang kadang meracau dan menjerit tanpa alasan adalah keluargaku. Meski kuakui kadang tingkah mereka sangat ajaib dan di luar nalar, aku cukup senang di sini. Setidaknya tak perlu ada kekhawatiran tiap terdengar langkah kaki atau pintu kamar berkeriut membuka.
"Tak ada kamera? Buku sakti yang berisi kesimpulan-kesimpulanmu? Atau ..., pertanyaan-pertanyaan tolol yang harus kujawab?"
Kelana menjawab pertanyaanku dengan senyuman hangat. Puing-puing es mencair di dada. Sakit! Perih, Kelana! Puing yang tajam menggores luka-luka yang belum kering. Mungkin ada serpihannya yang menusuk di hati. Beku masih menjadi teman akrab dan serpihan esnya akan menjadi duri yang membuat nyeri. Ini hari kesekian dia berkunjung ke kamarku. Seperti biasa dia akan mengajakku mengobrol ke sana ke mari. Kadang dia membawa permainan-permainan anak-anak seperti monopoli atau ular tangga. Kadang juga dia membawakan beberapa buku. Menurutnya aku harus melakukan aktivitas yang membuat pikiranku sibuk. Tidak boleh termenung dan terlalu lama sendirian.
Sebenarnya bisa saja aku berjalan-jalan ke luar kamar. Mengunjungi perpustakaan atau ruang rekreasi. Bisa juga aku berolahraga di gym, membantu masak di dapur, atau merawat tanaman di rumah kaca. Banyak yang bisa kulakukan jika aku tak ingin berbincang dengan pasien lain. Di sini aku tidak dipenjara, tidak seperti perkiraanku sebelumnya. Aku bebas berkeliaran di lingkungan rumah sakit. Perawatnya memang ada yang tidak ramah, namun banyak juga yang membuka diri menawarkan pertemanan. Akunya saja yang terlalu menutup diri dan melihat mereka seperti sipir penjara.
Tapi aku masih belum nyaman untuk keluar kamar. Terlalu lama dikurung Bapak membuatku setengah menggigil jika berada di tempat terbuka terlalu lama. Bahkan matahari terasa menakutkan. Aku lebih suka di sini, di kamar sendiri dengan tirai-tirai yang ditutup. Kecuali jika Kelana datang, dia akan membuka tirai dan jendela lebar-lebar. Bagus untuk otakku agar memperoleh udara segar lebih banyak, begitu katanya.
"Saya memutuskan mengakhiri penelitian tentangmu. Semua laporan sudah saya serahkan sama Dokter Arman?"
"Skripsimu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTORSI
Misteri / ThrillerAbby, gadis 18 tahun korban KDRT yang dilakukan ayah kandungnya sendiri. Bria, gadis punk yang menyimpan rahasia kelam kehidupan keluarganya. Ketika Ayah Abby ditemukan mati gantung diri di kamar tidur Abby, tuduhan dan bukti-bukti mengarah pada g...