chapter 4

2.7K 199 37
                                    



Membosankan, satu kata yang mewakili hati Jimin. Pelajaran matematika, Jimin ingin cepat-cepat pulang dan tidur. Kenapa ia harus mencari tahu nilai X dan Y ? Lebih baik Jimin mencari tahu tentang hal lain, karena demi apapun ini sangat membosankan dan Jimin juga tak tahu cara mengerjakannya.

"Aku ingin pulang!" ucapan Jimin membuat semua yang ada di ruangan itu menoleh padanya, tak terkecuali Taehyung dan Jungkook.

"Park Jimin! Ini masih jam pelajaran, apa anda berniat membolos di jam pelajaran saya?" tanya Lee ssaem dingin.

"Ah, jongsohamnida ssaem. Saya tak berniat membolos," ucap Jimin sambil membungkukkan badannya.

"Baiklah, sekarang anda bisa keluar dari kelas saya. Berdiri di depan kelas atau bersihkan toilet," ucap Lee songsaenim.

"Tap-

"Tak ada tapi-tapian, atau bersihkan toilet!" potong Lee ssaem tegas.

"Andwe! Saya akan berdiri di depan kelas ssaem!" jawab Jimin tegas dan langsung keluar dari kelasnya diiringi tawa mengejek teman sekelasnya.







Tring!!!




Bunyi nyaring sebuah benda kecil membuat siapa saja yang berada di lingkungan sekolah bersorak ria. Apalagi kalau bukan suara bel pulang sekolah, pastinya semua murid di sekolah sangat menyukai suara bel pulang sekolah. Karena itu artinya mereka sudah bebas dari pelajaran-pelajaran yang cukup menguras pikiran dan energi mereka. Tak jauh berbeda dengan Jimin, ia juga senang ketika bel pulang sekolah berbunyi. Rasanya ia ingin cepat-cepat pulang ke rumah.

"Jim, kau mau ikut denganku?" tawar Taehyung.

"Aniyo, aku akan dijemput oleh appa. Kau pulanglah bersama Jungkook," jawab Jimin.

"Tapi Jungkook kan sudah dijemput. Ya sudah lebih baik aku pulang sekarang, sampai jumpa besok," ucap Taehyung sebelum pergi.

Setelah Taehyung pergi, Jimin memutuskan untuk menunggu Seokjin di halte bus depan sekolah.

"Kenapa appa lama sekali?" ujar Jimin sambil melirik jam digital di ponselnya dan juga jalanan.

Tin! Tin!

"Mobil siapa itu? Kenapa mengarah padaku?" monolog Jimin, ia terlihat was-was.

"Jimin-ah!" seorang wanita memanggilnya dari balik kaca mobil tersebut.

"Hana ahjumma," gumam Jimin.

"Annyeong, kau sudah lama menunggu appamu ya?" tanya Hana keika sudah turun dari mobil.

"Ne," jawab Jimin sekenanya.

"Appamu meminta maaf karena tak bisa menjemputmu pulang, dia ada rapat dadakan tadi. Jadi ahjumma disuruh untuk menjemputmu," ucap Hana. "Kajja, kita pulang sekarang," lanjutnya.

"Ah ne."









Selama diperjalanan, Jimin hanya diam dan tak berniat memulai perbincangan. Sebenarnya Hana terlihat begitu antusias ketika bercerita dengan Jimin, tapi ia tahu bahwa Jimin tak menyukainya.

"Jimin, bagaimana kalau kita mampir ke kedai es krim? Ahjumma ingin makan sesuatu, kau mau kan?" tanya Hana.

Sebenarnya ini kesempatan yang bagus untuk Jimin, tapi demi image ia rela berkorban walaupun perut dan hatinya menolak pemikiran Jimin.

"Sudah sampai, ayo turun," ujar Hana membuat Jimin membuyarkan lamunannya.

"Ahjumma benar-benar mengajakku ke sini?" tanya Jimin heran.

Bogosipda 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang