Hoseok keluar dari rumah sakit sehari setelah ia sadar. Ia bukan pulang ke rumahnya, melainkan ke apartemen Yugyeom.
"Kau sungguhan dengan ucapanmu?" tanya Yugyeom memastikan.
"Ya, bukankah lebih baik aku pergi?" jawab Hoseok dengan pertanyaan.
"Tapi Seok, pembantumu itu licik. Bagaimana kalau sesuatu terjadi pada Jimin? Ah aniya, bagaimana jika bibi Nam membahayakan Yoongi sunbae dan appamu setelah dia mencelakai eomma tirimu?" Hoseok juga khawatir, sama halnya dengan apa yang diucapkan oleh Yugyeom. Dalam otaknya sudah banyak sekali kemungkinan buruk tentang bibi Nam pada keluarganya. Tapi ia bisa apa sekarang?
"Gyeom, sebenarnya apa yang keluargaku lakukan hingga orang-orang di luaran sana begitu membenci keluargaku sampai-sampai membuat strategi untuk menghancurkan keluargaku? Dulu keluargaku sangat damai, bahagia, harmonis. Tapi setelah eomma meninggal semuanya berubah, aku sungguh lelah, Gyeom. Meski sempat membaik, tapi rasa takutku tak pernah mau hilang," ucap Hoseok panjang lebar dengan nada sedihnya. Wajah yang biasanya secarah mentari kini terganti dengan wajah sendu.
"Aku tak tahu harus berkata apa. Yang ku bisa hanya berada di sampingmu meski itu tak membantumu sama sekali. Bertahanlah karena kebahagiaan sedang menanti keluargamu," ucap Yugyeom dengan senyum hangatnya sambil mengelus punggung sang sahabat.
"Terima kasih," jawab Hoseok dengan mengulas senyum.
"Ku rasa aku harus pergi sekarang, Gyeom," ujar Hoseok sambil melirik jam tangannya.
"Kau benar-bensr akan pergi ke Busan?"
"Untuk apa aku di sini? Tenang saja karena aku akan baik-baik saja," jawab Hoseok kelewat santai, tapi berbeda di dalam hatinya.
"Baiklah jika itu keputusanmu. Aku tak berhak melarangmu untuk menetap. Tapi ku mohon padamu, jangan sakit dan mengacuhkanku ketika aku mengirim pesan atau menelfonmu," ucap Yugyeom terdengar meminta.
"Iya yugyeomie," balas Hoseok.
"Aku tak mungkin pergi ke Busan begitu saja ketika wanita itu masih beraksi. Maaf Gyeom, karena aku berbohong padamu."
......
Hana akhirnya membuka mata setelah beberapa hari sempat tak sadarkan diri akibat insiden keracunan itu.
Yang pertama kali ia lihat adalah wajah tampan sang suami yang terlihat kelelahan."Jin-ah," panggil Hana pelan. Tenggorokannya terasa begitu kering hingga suaranya begitu sulit ia keluarkan.
"Eomma, syukurlah," bukan Seokjin yang berucap, ia Yoongi yang baru saja masuk.
"Yoongi-ah," lirih Hana.
Yoongi tersenyum lega ketika melihat Hana siuman, "biar aku panggilkan dokter dulu," ujar Yoongi lalu beranjak dari sana.
"Hana-ya," suara parau Seokjin membuat Hana menoleh dan tersenyum.
"Kau sudah bangun," ujar Hana membuat Seokjin menaikkan satu alisnya.
Seokjin mendekat dan duduk di kursi sebelah brankar. "Bukankah seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu?" ujarnya sambil mengelus rambut sang istri kemudian mencium keningnya.
"Oppa, dokter bisa kapan saja masuk ke sini. Apa kau tak malu jika mereka melihatmu seperti ini eoh?" Hana sedikit protes pada sang suami yang tak malu-malu menciumnya di tempat seperti ini.
Seokjin hanya tersenyum kikuk hingga suara pintu terbuka membuatnya menoleh.
"Permisi tuan Park, saya ingin memeriksa keadaan istri Anda," ujar seorang dokter dibalas anggukan oleh Seokjin.
.....
Hoseok harus rela menjual motor kesayangannya, hadiah yang Seokjin berikan ketika ia akan memasuki dunia perkuliahan. Hoseok rasa ia sudah tak bisa lagi seperti dulu, hidup mewah dan bercukupan. Karena sekarang dirinya harus hidup mandiri dengan hasil jerih payahnya sendiri.
"Semoga ini cukup untuk menyewa tempat tinggalku," monolog Hoseok.
Beberapa hari kemudian
Hana sudah kembali lagi ke rumah setelah keadaannya benar-benar pulih. Namun, sampai saat ini ia tak tahu penyebab dirinya masuk rumah sakit hingga koma beberapa hari. Seokjin pun tak memberitahu soal ini, ia hanya bungkam.
"Oppa, apa Hoseok belum juga pulang?" tanya Hana membuat Seokjin berhenti dengan kegiatannya membaca koran.
"Bukankah sudah ku bilang kalau Hoseok sedang ada tugas di luar kota? Kenapa kau masih saja menanyakan dia?!" jawab Seokjin dengan nada tak suka, wajahnya juga begitu kaku.
"Eomma," panggil Jimin membuat Hana menoleh.
"Jiminie, waeyo?" tanya Hana lembut sambil memberi kode pada Jimin untuk mendekat.
"Aniyo, hanya ingin menyapa baby hehehe," jawab Jimin dengan cengiran polosnya.
"Kau ini," lagi-lagi Jimin hanya meringis ketika Seokjin berucap sambil menggelengkan kepalanya dan kembali mengelus perut Hana.
Sebenarnya Jimin hanya beralasan agar Seokjin tak meluapkan emosinya pada Hana hanya karena mereka membahas Hoseok. Ia sangat tahu perasaan Seokjin yang masih dirundung amarah dan kekecewaan, meskipun ia yakin kalau Seokjin hanya sedang dilanda kebingungan.
"Adikmu masih dalam perkembangan di dalam. Dia belum bisa menendang, Jiminie," ujar Hana tersenyum geli karena ekspresi Jimin yang begitu serius dan antusias mengelus perutnya yang masih rata.
"Hm, Jiminie tahu kok. Tapi tangan Jiminie tak mau berhenti mengelus perut eomma."
"Heh bocah! Elus saja perut buncitmu itu. Eomma risih tahu!" celetuk Yoongi dengan nada ketus membuat Jimin kesal.
"Aku tidak gendut tahu!" protes Jimin.
"Siapa yang bilang? Aku hanya bilang buncit," sahut Yoongi membela.
"Tapi sama saja!" sanggah Jimin.
"Kata siapa?" tanya Yoongi.
"Aku!" jawab Jimin lantang.
"Tapi tidak denganku, bwleekk," balas Yoongi dengan memeletkan lidahnya.
"Yoongi hyung!!" tetiak Jimin kesal.
"Yoon, jangan meledeknya. Kalau menangis tak ada pawangnya di sini," ujar Seokjin membuat Yoongi dan Hana terkekeh, berbeda dengan Jimin yang semakin kesal.
"Appa dan Yoongi hyung sama saja! Lebih baik aku bersama Hoseok hyung!" ucap Jimin tanpa sadar membuat Seokjin dan Yoongi kembali memasang wajah datarnya dan berhenti tertawa.
"Bukankah Hoseok masih kuliah, Jiminie?" ujar Hana membuat Jimin tersadar dan segera berbalik menatap Seokjin dan juga Yoongi.
"Ah iya, aku lupa." Jimin tersenyum kikuk sambil mencuri pandang pada Seokjin dan Yoongi.
"Hoseok hyung, aku merindukanmu. Apa kau baik-baik saja di sana?"
Hola!!!!!
Ada yang kangen?
Ngga? Ya udah
Sebelumnya maaf karena jarang update sekarang dan mungkin ceritanya udah bosenin.
Aku lg sibuk sekolah sekarang, kalaupun nulis di wattpad ngga bisa langsung up gitu aja karena sedikit takut kalian ngga puas nantinya...
Aku masih butuh dukungan kalian buat lanjutin semua karya aku di wattpad, semoga kalian mau.Yang siders tolong lah, nyari ide itu ngga segampang yang kalian pikir, jadi tolong setidaknya vote kalo kalian ngga bisa komen..
Maaf banyak bicara
Jangan lupa vomment ya...
Annyeong💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Bogosipda 2 ✔
Fanfictionsemuanya belum berakhir sampai sini, karena aku masih harus berjuang untuk melewati badai besar ini.......