Jimin tak menyangka dirinya harus mengerjakan pekerjaan yang tak seharusnya ia kerjakan dirumahnya sendiri.
Mulai dari mengepel, mencuci piring, baju dan membersihkan seisi mansionnya.Lelah, sudah pasti Jimin lelah. Pulang sekolah biasanya ia isi dengan istirahat atau sekedar bersantai sekarang diganti dengan menjadi pembantu di rumahnya sendiri.
Setidaknya ini tak begitu menyiksa seperti dulu. Ah, Jimin jadi ingat kejadian yang hampir membuatnya menyerah. Semoga itu tak terjadi lagi pada keluarga dan dirinya, semoga.
Bruk!
"Cuci ini!!" perintahnya sambil melempar baju ke muka Jimin.
"Tapi-
"Tak ada tapi-tapian bocah!! Aku ingin tidur. Pastikan semuanya audah selesai ketika aku bangun!" lanjutnya dan langsung pergi ke kamar.
"Huh! Semangat Jimin!!" ujar Jimin menyemangati dirinya sendiri.
...
"Akhirnya selesai juga," gumam Jimin dengan senyum mengembang meskipun tubuhnya pegal.
"Hah, semoga ini segera berakhir," monolog Jimin sambil menengadahkan kepalanya ke atas.
....
"Park Jimin!!" teriak seseorang membuat Jimin tersentak dan langsung kembali ke sumber suara.
"Ne, ada apa nyonya memanggilku?"
"Buatkan aku teh hangat sekarang!" perintahnya.
"Ne," jawab Jimin singkat.
Setelah Jimin membuat teh hangat, ia mengantarkan teh itu ke ruang tengah.
"Ini nyonya," ucap Jimin sambil meletakkan tehnya di meja. Namun, karena tangannya gemetar, ia tak sengaja menumpahkan pada kaki wanita itu.
"Ahh! Apa kau sengaja mau menyiramku hah?!! Kau mau membalasku?!!" bentaknya.
"Mi-mianhae, aku tak sengaja jeongmal," cicit Jimin.
Plak!!
"Cepat bersihkan! Satu lagi, jika mereka bertanya tentang pipimu, jangan sekali-kali kau menyebut namaku!! Ingat itu!" ucapnya tajam sebelum pergi meninggalkan Jimin yang masih menunduk.
"Hiks hiks, sakit," isakan yang sedari tadi Jimin tahan akhirnya keluar. Perih, satu kata yang mewakili bagaimana tamparan itu mendarat di pipi putih susu Jimin.
Ia tak pernah menyangka sesuatu yang buruk terjadi kembali pada hidupnya.
"Appa, bogosipeoyo hiks."
....
"Jimin," gumam Seokjin.
Entah kenapa Sedari tadi Seokjin terus memikirkan Jimin. Mungkin ia terlalu ri du dengan anaknya yang satu itu.Tapi seperti ada yang mengganjal dihatinya, entah apa tapi ia merasa gelisah.
"Ada apa denganku? Apa Jimin baik-baik saja di sana?" monolog Seokjin sambil menatap layar
ponselnya yang terpampang wajah Jimin."Appa merindukanmu. Appa janji akan pulang lebih cepat jika bisa," lanjutnya sambil menatap figura yang ada di meja kerjanya.
.
.
Jimin memakai masker untuk menutupi wajahnya yang masih merah, mungkin sebentar lagi akan meninggalkan ruam di pipi mulusnya. Tamparan yang Jimin dapat tadi tidak main-main, rasanya panas dan perih disaat yang bersamaan. Jimin berharap nanti hyungdeulnya tak banyak bertanya padanya.
Tapi nyatanya apa yang Jimin harapkan tak terkabulkan oleh Tuhan.
Hoseok pulang lebih awal, tak sesuai dengan perkiraan Jimin.Dan parahnya lagi, Hoseok masuk ke kamar Jimin ketika Jimin sedang tidur.
"Dia masih saja seperti bayi," gumam Hoseok yang sedang duduk dimeja belajar Jimin sambil melepas sepatunya.
"Kenapa dia memakai masker?" Hoseok mengernyit bingung ketika melihat Jimin tidur menggunakan masker. "Apa dia flu?" lanjutnya terdengar nada khawatir.
"Tak panas," ujar Hoseok setelah menempelkan punggung tangannya ke dahi Jimin.
"Jiminie, ireona saeng," ucap Hoseok lembut.
"Eungh," Jimin melenguh karena merasa terganggu.
"Hai, maaf hyung mengganggu tidurmu," sapa Hoseok dengan senyum cerahnya.
"Hyung sudah pulang?"
"Sudah, hyung baru sampai," jawab Hoseok dengan senyum cerahnya.
"Kenapa kau memakai masker saat tidur? Kau sakit?" tanya Hoseok heran.
"Ah, ak-aku sedang pilek hyung. Hacim," jawab Jimin bohong sambil berpura-pura bersin.
"Bohong!" ujar Hoseok sambil membuka masker Jimin.
"Omo! Kenapa dengan wajahmu?!" pekik Hoseok.
"Ini..ini karena aku terjatuh tadi. Ya, aku jatuh tadi," jawab Jimin bertele-tele.
"Siapa yang menamparmu?" tanya Hoseok dingin membuat Jimin menegang. Tak biasanya Hoseok tak mudah percaya, biasanya Hoseok mudah percaya dengan ucapan Jimin.
"Hyung," lirih Jimin dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Siapa Park Jimin?!" desak Hoseok.
"Dia..dia a-
Cklekk
"Sore namdongsaengku!" sapaan seseorang membuat Jimin menghentikan ucapannya dan segera memakai masker yang tadinya terlepas.
"Hyungie!!" sorak Jimin sambil berlari kecil ke arah Yoongi, ya orang itu adalah Yoongi. Beruntung Yoongi datang ke kamarnya, jadi Jimin bisa menghindari pertanyaan Hoseok.
"Jiminie," jawab Yoongi sambil memeluk adiknya.
"Ish, hyung bau asam," ujar Jimin setelah melepas pelukannya.
"Hyung kan baru pulang kerja, lagian kau juga pakai masker. Tapi, kenapa kau memakai masker? Apa kau sakit?"
"Jimin habis dita-
"Jimin habis membersihkan kamar jadi Jimin belum sempat membuka maskernya. Dan sepertinya Jimin kena flu hacim..cim..," potong Jimin dengan cepat, diakhiri dengan bersin yang ia buat-buat.
"Aigo, lain kali kau minta tolong ahjumma saja. Jadi kau tak terkena debu," ujar Yoongi sambil mengusak surai Jimin.
"Ne hyung," jawab Jimin.
"Ck," decak Hoseok membuat Jimin dan Yoongi menoleh.
"Kau kenapa?" tanya Yoongi heran.
"Eopseo, aku lelah ingin istirahat," jawab Hoseok datar dan langsung pergi melewati mereka.
"Ada apa dengan dia, chim?" tanya Yoongi lagi.
"Ak-aku juga tak tau hyung," jawab Jimin.
"Hyung,,mianhae," batin Jimin.
Setelah sekian lama aku kembali lagi...
Masih pada nunggu kelanjutan ff ini kan?Jangan lupa vomment dan sarannya ya...
Annyeong💜💜💜💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Bogosipda 2 ✔
Fanfictionsemuanya belum berakhir sampai sini, karena aku masih harus berjuang untuk melewati badai besar ini.......