chapter 28 (Epilog)

3.1K 183 30
                                    

Hari ini Seokjin sedang bersiap untuk pergi ke suatu tempat atas keinginan Jimin. Seokjin sendiri sedikit kewalahan membujuk Jimin agar tetap diam dan sabar karena si bungsu, Sheila terus saja merengek meminta digendong oleh ibunya yang kini masih berkutat di dapur.

"Appa~!" seru Jimin merengek.

"Sebentar, Jimin. Sheila masih appa gendong," ujar Seokjin sambil menimang-nimang Sheila yang terus merengek.

"Hyung, biar Sheila kau yang gendong. Aku ingin bersama appa!" ucap Jimin agak memaksa.

"Aku tak mau!" tolak Yoongi mentah-mentah.

"Kalau begini aku bisa telat!" kesal Jimin.

"Eomma!" teriak Jimin dengan wajah kesalnya.

"Astaga, mochiku sayang. Eomma baru selesai membuat susu untuk Sheila," Hana berucap sambil berjalan cepat untuk mengambil alih si bungsu dari gendongan Seokjin.

"Anak ini sedang mode keras kepala. Aku harus cepat-cepat pergi sebelum dia marah dan berubah menjadi seekor anak itik," ujar Seokjin setelah mengecup dahi Hana singkat.

"Appa!" seru Jimin tak terima.

"Astaga, Park Jimin! Suaramu berisik sekali sih?!" protes Yoongi sambil mengelus telinganya.

Jimin mendelik tak terima dan langsung menggeret tangan besar Seokjin untuk segera masuk ke mobil.










Jimin masih cemberut meski mobil yang dikendarainya sudah melaju membelah jalanan kota Seoul. Entah, hari ini ia cukup sentimen. Mungkin karena dirinya sedang menanti-nantikan sesuatu.

"Mau coklat tidak?" tawar Seokjin sambil melirik Jimin yang masih cemberut dengan tangan yang dilipat di depan dada.

"Tidak mau! Aku maunya cepat sampai!" tolak Jimin membuat Seokjin menghela nafas panjang.

Sekarang Seokjin harus ekstra sabar menghadapi sifat Jimin. Semenjak kejadian 'itu' anaknya jadi sering merajuk dan sifat keras kepalanya semakin menjadi. Mungkin Jimin belum menemukan pelampiasannya.

Setelah sampai ditujuan, Jimin segera melepas sabuk pengaman dan keluar dengan tergesa membuat Seokjin menggeleng pasrah dan segera menyusul anaknya.

"Selamat pagi, Tuan Park," sapa seseorang membuat Seokjin yang tadinya ingin buru-buru menyusul Jimin harus berhenti dan melempar senyum sebagai jawaban atas sapaan orang tersebut.

"Pagi," jawab Seokjin ramah dan segera melanjutkan langkahnya.



"Hyung, ayo bermain. Aku sedang kesal dengan appa dan Yoongi hyung. Mereka selalu saja menggodaku!" ucap Jimin sambil memainkan tangan orang yang disebut 'hyung' olehnya.

"Kenapa kau hobi sekali tidur sih?! Yoongi hyung saja sampai kalah, padahal dia itu beruang dari kutub utara!" lanjutnya jengkel meski wajahnya terlihat sendu.





Cklek

Jimin kembali memasang wajah jengkelnya ketika mendengar suara pintu terbuka.

"Jalanmu cepat sekali. Appa sampai kewalahan mengejarmu," ujar Seokjin sam il menutup pintunya pelan.

"Appa saja yang sudah tua, makanya lelet seperti siput!" sahut Jimin ketus.

"Hei, putri tidur...

"Appa! Anakmu itu namja!" potong Jimin dengan protesan.

"Iya, appa tahu. Tapi kan appa berucap seperti itu karena tak ada yang namanya putra tidur," sahut Seokjin sambil menarik kursi yang ada di sana.

"Nyenyak sekali. Apa mimpimu terlalu indah hm?" tanya Seokjin sambil membelai rambutnya penuh kasih sayang.

Bogosipda 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang