chapter 20

2K 158 37
                                    









Hoseok POV

Langkahku kian melambat ketika semakin dekat dengan ruangan itu. Sebenarnya aku tak mau datang ke sini, itu akan semakin memperkeruh suasana hati appa. Jika bukan karena Jimin yang memaksaku dengan wajah sendunya, aku tak akan mau datang ke sini. Aku sudah hafal betul sifat appa. Dia adalah orang yang teguh pendirian, keras kepala, tapi penyayang. Sifatnya itu menurun pada Yoongi hyung, bahkan mendominasi. Kalau aku dengan Jimin mungkin lebih didominasi sifat eomma. Ahh.... Rasanya aku ingin bertemu eomma jika sedang begini. Eomma, jeongmal bogosipeo...

"Jiminie," panggilan lembut Seokjin membuat lamunanku mengabur begitu saja. Jujur ada rasa sesak yang menghimpit dadaku.

"Appa, bagaimana keadaan eomma?" Jimin terlihat begitu sedih ketika mendengar berita itu dari mulutku. Ah, pasti ia akan semakin sedih jika tahu siapa pelakunya. Aku berusaha tetap bungkam, ini demi mereka.

Hoseok POV end


"Eomma mu masih butuh istirahat bersama dengan calon adikmu. Mungkin besok akan bangun," jawab Seokjin dengan senyum yang menyiratkan kesedihan.

"Aku tak mau kehilangan eomma lagi," ujar Jimin sambil membenamkan kepalanya di dada bidang Seokjin.

"Eomma tak akan pergi," jawab Seokjin sambil mendekap Jimin.

Hoseok hanya bisa tersenyum kecut. Melihat semua itu membuat hatinya kian perih. Dunia seolah sedang mempermainkan takdir keluarganya. Begitu rumit untuk dihadapi.

"Appa, bolehkah aku masuk?" Hoseok memberanikan diri untuk meminta izin pada Seokjin.

"Hana tak boleh diganggu terlebih dahulu," Hoseok cukup tahu apa maksud Seokjin. Dari tatapannya pun ia cukup mengerti kalau Seokjin tak mengizinkannya masuk, mungkin takut jika dirinya akan berulah.

"Baiklah, mungkin besok aku akan ke aini untuk menjenguk eomma," sahut Hoseok dengan senyum yang ia paksakan.
Seokjin lebih memilih untuk membuang muka dari pada ia harus bertatap muka dengan sang anak.

"Jimin, temani appa makan ne?" ajak Seokjin pada Jimin.

"Tapi bagaimana dengan eomma?" tanya Jimin dengan wajah khawatir.

"Di dalam ada bibi Nam yang menjaga Eomma, sayang," jawab Jimin sambil mengelus surai Jimin.

Hoseok langsung khawatir ketika mendengar itu. Bukankah bibi Nam terlampaui pintar dalam urusan menyiksa? Ia tak mau bibi Nam berbuat sesuatu yang membahayakan Hana.

"Aku harus masuk," batin Hoseok.



Selepas kepergian Seokjin dan Jimin, Hoseok langsung masuk ke dalam ruangan Hana. Dan benar saja, bibi Nam memang ada di sana, sedang duduk dengan ponsel di tangannya.

"Bisakah kau keluar?" ucapan yang kelewat dingin itu membuat bibi Nam menoleh.

"Wah, sepertinya kekacauan yang aku perbuat tak membuatmu takut dan Seokjin membencimu ya?" ujar bibi Nam dengan senyum yang tak bisa diartikan.

"Tutup mulutmu, sialan!" desis Hoseok.

"Ke mana perginya Hoseok yang ramah ini hm?" tanya bibi Nam dengan tangan yang menyentuh pipi kanan Hoseok lembut.

"Jauhkan tangan busukmu itu dari wajahku!" tekan Hoseok sambil menghempaskan tangan bibi Nam kasar.

"Hei, kau tak boleh emosi. Bagaimana kalau penyakit keturunan ibumu kambuh hm?" ucap bibi Nam dengan nada lembut yang terdengar menjijikan bagi Hoseok.

Bogosipda 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang