Yoongi merasa gelisah, entah apa yang membuatnya merasa seperti itu. Sekelebat bayangannya terpaku pada wajah Hoseok. Namun setelahnya ia menggeleng untuk mengusir rasa khawatir.
"Ah, kenapa aku jadi memikirkan anak itu?!" gerutu Yoongi sambil mengusak rambutnya.
.....
Keesokan harinya Hoseok bangun dengan keadaan yang lebih baik. Hanya saja ia belum sepenuhnya sadar sedang berada di rumah sakit.
"Seok, kau sudah sadar? Syukurlah," suara penuh haru membuat Hoseok menoleh ke sisi kanan. Retinanya belum sepenuhnya jernih hingga ia mengernyitkan dahi dan menutup kembali matanya untuk menetralkan penglihatannya. Ia kembali membuka matanya dengan senyum yang terukir di wajahnya.
"Sudah, apa aku di rumah sakit?" jawab Hoseok lirih.
"Ya, semalam kau kesulitan bernafas hingga pingsan. Akhirnya aku memutuskan untuk membawamu ke rumah sakit," jelas Yugyeom dengan wajah sendunya.
"Maaf merepotkanmu," ujar Hoseok tak enak hati.
"Tak ada yang merepotkanku. Berhentilah meminta maaf atau aku akan marah padamu," sahut Yugyeom kesal.
"Aku akan panggilkan dokter sebentar," lanjutnya sambil berdiri dan melangkah pergi keluar untuk memanggil dokter.
Jimin tak sengaja berpapasan dengan Yugyeom di koridor. Ia hanya bisa membalas senyuman Yugyeom. Sebenarnya ia ingin bertanya tentang keadaan Hoseok, tapi keadaannya tak memungkinkan bagi Jimin untuk bertanya karena ia sedang bersama Seokjin. Selain itu, Yugyeom juga terlihat terburu-buru. Jimin sebenarnya sangat khawatir melihat Yugyeom seperti itu, ia berpikir apa Hoseok baik-baik saja atau tidak.
"Semoga kau baik-baik saja hyung," batin Jimin.
"Jimin-ah, appa rasa pernah melihat namja yang berpapasan dengan kita tadi," ujar Seokjin membuat Jimin menoleh.
"Ku kira appa tak tahu. Dia sahabat Hoseok hyung," jawab Jimin namun dihadiahi tatapan datar oleh Seokjin.
"Owh, pantas saja appa merasa familiar dengamnya," jawab Seokjin sambil berpikir.
"Kenapa dia ada di sini?" tanya Seokjin.
"Mungkin keluarganya ada yang sakit atau sedang menjenguk temannya," ucap Jimin.
"Appa, Yugyeom hyung sedang menjaga Hoseok hyung. Dia sakit, appa," batin Jimin sedih.
"Appa, aku butuh penjelasanmu," ucap Jimin memaksa. Ia masih terlalu bingung dengan situasi sekarang. Tentang bagaimana teganya Yoongi mengusir Hoseok dan teganya Seokjin yang tak mencegah itu semua. Ia pikir beberapa hari lalu keluarganya dalam keadaan baik-baik saja, kenapa sekarang menjadi rumit dalam kedipan mata?
"Penjelasan tentang apa?" tanya Seokjin bingung.
"Semua tentang Hoseok hyung," jawab Jimin tanpa nada.
Seokjin menghela nafas kasar, membuka pintu kamar rawat Hana dan menggiring Jimin untuk duduk di sofa. Sebenarnya ia sedang malas membahas tentang Hoseok karena ia sedikit tak percaya dengan apa yang dilakukan anak keduanya itu. Tapi jika tak memberitahu Jimin, anak bungsunya akan selalu menyudutkan atau bahkan mendiaminya.
"Hyungmu mencoba membunuh eomma Hana dengan memasukkan obat penggugur kandungan ke dalam bubur yang dimakannya," Jimin tentu saja melotot tak percaya. Hoseok itu bukan orang jahat seperti yang diceritakan Seokjin barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bogosipda 2 ✔
Fanfictionsemuanya belum berakhir sampai sini, karena aku masih harus berjuang untuk melewati badai besar ini.......