"Jimin," panggil Hoseok.
"Hyung, ad-ada apa?" tanya Jimin takut.
"Siapa yang menamparmu?" tanya Hoseok datar.
"Ini hanya lebam hyung," ucap Jimin bohong.
"Kau pikir aku ini bodoh?! Cepat beritahu aku atau aku akan adukan pada appa dan Yoongi hyung!"
"Andwe! Jangan hyung. Aku mohon jangan adukan pada appa dan Yoongi hyung," ucap Jimin memohon.
"Ya cepat katakan padaku!" paksa Hoseok.
"Dia..dia..
"Aku harus bagaimana ini?" batin Jimin.
"Jawablah yang benar Jimin!"
"Dia...
.
.
Hoseok tak percaya dengan apa yang Jimin katakan tadi. Orang yang selama ini ia anggap baik ternyata berhati busuk. Haruskah Hoseok percaya dengan Jimin? Atau sebaliknya?
"Ahhh, kenapa kau selalu menguji keluargaku Tuhan?!!" erang Hoseok sambil mengacak rambutnya frustasi.
"Jika apa yang dikatakan Jimin itu benar. Aku tak akan segan-segan memberinya pelajaran," monolog Hoseok dengan emosi yang sudah memuncak.
.
.
Seperti biasa, Hana sekarang sudah menyelesaikan tugasnya dipagi hari untuk menyiapkan sarapan bersama bibi Nam.
Hanya ada nasi goreng dan seafood disana. Hana sengaja memasak itu agar ia mendapat kesan baik untuk anak Seokjin.
"Adeul! Waktunya sarapan!!" teriak Hana.
"Nyonya, sepertinya anda sangat senang hari ini," ujar bibi Nam.
"Tentu saja bi, aku sangat puas dengan masakanku ini," jawab Hana.
"Aku juga akan lebih puas ketika melihat salah satu diantara mereka itu pingsan karena makanan ini,"
"Woah! Sepertinya ini enak," ujar Yoongi yang baru muncul.
"Jiminie, Hoseokie!! Cepat turun ke bawah atau semua makanan kalian hyung yang habiskan!!" teriak Yoongi mengisi kesunyian seluruh ruangan.
"Kau ini Yoon, tanpa kau berteriak seperti itu adikmu juga akan turun untuk sarapan," ujar Hana sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Hehe, tak apa eomma. Biar mereka cepat turun karena aku sudah tak sabar ingin makan masakan eomma," jawab Yoongi cengengesan.
"Kau ini," balas Hana.
"Lama sekali?!" gerutu Yoongi ketika Hoseok dan Jimin baru saja sampai.
"Mianhae," cicit Jimin.
"Tak apa, duduklah eomma memasakkan makanan spesial untuk kalian," ujar Hana lembut.
"Kau mau apa Jim? Biar eomma ambilkan," tawar Hana.
"Terserah eomma saja," jawab Jimin sopan.
"Baiklah. Kau harus coba ini, eomma membuat resep spesial untuk ini," ucap Hana semangat.
"Eomma, aku juga ingin diambilkan," rengek Hoseok.
"Menijikan, apa perlu aku suapi sekalian huh?!" ujar Yoongi geli.
"Ish! Bilang saja kau juga ingin!" cibir Hoseok.
"Enak saja! Aku ini sudah dewasa, jadi aku bisa mengambilnya sendiri!" bantah Yoongi.
"Ya ya, terserahmu hyung," jawab Hoseok malas membuat Hana menggelengkan kepalanya dan mengundang kekehan Jimin.
Akhirnya mereka mulai memakan dengan tenang.
"Hobie, ambilkan ayam," pinta Yoongi.
"Ambil sendiri! Katanya kau sudah dewasa!" jawab Hoseok ketus.
"Yak!"
Uhuk..uhuk
"Jiminie, pelan-pelan nak," ujar Hana sambil menyodorkan segelas air putih.
"Uhuk..hyung gatal uhuk," adu Jimin sambil terbatuk.
"Mana yang gatal Jim?" tanya Hoseok khawatir.
"Uhuk hiks sesak hiks," racau Jimin.
"Apa yang kau makan eoh?" tanya Yoongi khawatir.
"Kita bawa ke rumah sakit hyung," ujar Hoseok panik setelah mengecek piring Jimin.
"Aku akan mengambil kunci mobil. Kau bawa Jimin ke depan!" perintah Yoongi.
"Jiminie, kenapa nak?" Hana pun ikut panik.
"Tuan, tuan kenapa?" tanya Nam tak kalah panik.
"Jika sampai terjadi sesuatu pada Jimin! Aku tak akan segan-segan memberi pelajaran hiks," ucap Hoseok penuh penekanan sambil terisak.
"Jimin-ah, kau mendengarku kan? Jangan tutup matamu! Kita ke rumah sakit sekarang!" Hoseok berucap dengan air mata yang sudah mengalir membasahi pipinya.
"Bi, aku harus bagaimana hiks? Jimin, dia kenapa hiks?" racau Hana membuat Bibi Nam merasa iba.
"Aku juga tak tau nyonya. Semoga tuan Jimin baik-baik saja," jawab Bibi Nam penuh harap.
"Aktingku sungguh bagus ternyata. Seharusnya aku jadi selebriti, bukan seperti ini," ujarnya dalam hati.
"Semoga kau selamat Jimin kecil. Sebenarnya aku berharap kau mati sekalian, tapi tak asik jika kau lebih dulu mati maka permainannya akan membosankan bukan?" lanjutnya dengan senyum smirk.
....
Sekarang Hoseok dan Yoongi sudah berada di depan ruang UGD. Mereka sangat cemas kala mengetahui alergi Jimin kambuh.
"Sial! Sial! Sial! Seharusnya Jimin tak memakannya!" umpat Hoseok.
"Seok-ah. Kau tak boleh seperti itu," nasehat Yoongi.
"Lalu aku harus bagaimana hyung?! Lagi-lagi Jimin ke tempat ini karena kecerobohan kita!" jawab Hoseok murka.
"Tapi mereka tak tau kalau Jimin alergi seafood kan?" sangkal Yoongi.
"Kau tak tau kan hyung? Salah satu dari mereka tau kalau Jimin alergi seafood, hyung. Dia sengaja ingin mencelakai Jimin," batin Hoseok.
Cklekk
Mendengar pintu terbuka membuat Yoongi dan Hoseok langsung berdiri.
"Uisa, bagaimana keadaan adik saya?" tanya Yoongi cemas.
"Adik anda sudah kami tangani. Dia sesak nafas karena alerginya kambuh, beruntung sekarang dia sudah baik-baik saja dan kalian bisa menjenguknya nanti setelah dia di pindahkan ke ruang rawat. Kalau begitu saya permisi," ucap sang dokter.
"Ne, kamsahamnida," jawab Hoseok sopan.
"Huh, syukurlah kalau begitu," gumam Yoongi sambil menghela nafas berat.
Annyeong haseyo yeorobun!!!
Lama ngga update Bogosipda 2 nih...
Sorry soal itu, aku jarang update soalnya aku udah nulis beberapa chapter, tapi ternyata ngga kesimpen jadinya aku harus nulis ulang lagi...
Maaf ya..
Kali ini aku mau langsung up, takut kehapus lagi soalnya😂Jangan lupa vomment, juseyo
Annyeong💜💜💜💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Bogosipda 2 ✔
Fanfictionsemuanya belum berakhir sampai sini, karena aku masih harus berjuang untuk melewati badai besar ini.......