chapter 25

2.3K 168 45
                                    

Wajah sembab Jimin mengundang banyak pertanyaan di otak Seokjin. Ia khawatir terjadi sesuatu dengan anaknya, jadi setelah Jimin selesai membersihkan diri ia langsung menghampirinya.

"Jiminie," panggil Seokjin.

"Ne?"

"Boleh appa masuk?" tanya Seokjin dibalas anggukan olehnya.

"Bagaimana dengan sekolahmu?" tanya Seokjin setelah mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang.

"Biasa saja," jawab Jimin datar.

"Kau habis menangis?" tanya Seokjin hati-hati membuat Jimin berhenti mengusak rambutnya yang sedikit basah.

"Aniya," ucap Jimin mengelak.

"Kau bisa bercerita pada appa jika ada masalah," ujar Seokjin sambil menatap Jimin lewat cermin di depannya.

"Apa appa tak merindukan Hoseok hyung?" pertanyaan Jimin membuat Seokjin terdiam.

"Aku merindukan Hoseok hyung, appa," lirih Jimin dengan nada bergetar.

"Berhentilah membicarakannya," kata Seokjin dingin.

"Berhentilah menyalahkan anakmu sendiri, appa. Hoseok hyung tak bersalah, sudah berapa kali aku berusaha membujukmu agar kau percaya padanya. Aku hanya tak mau kau menyesal untuk kedua kalinya," sambar Jimin dengan suara yang semakin mengecil.

"Apa kau punya buktinya? Appa tak bisa mempercayaimu begitu saja sementara bukti kalau Hoseok bersalah appa yang menemukannya sendiri." Jimin terdiam karena memang ia tak punya bukti apapun,
sementara bibi Nam sudah merencanakan semua itu dengan sangat baik agar dirinya tak bisa menyalahkan bibi Nam begitu saja.






.....





Yoongi mendudukkan tubuhnya di sebuah cafe. Siang ini ia akan ada rapat dengan kolega dari Jepang dan membuat perjanjian di cafe. Oleh karena itu, satu jam sebelum pertemuannya dengan klien, ia berangkat lebih dulu ke cafe dan berakhir dengan dirinya yang bosan sekarang. Sekretarisnya tak ikut karena Yoongi yang menolaknya.

"Permisi Tuan, apa Anda ingin memesan sesuatu?" pertanyaan seorang pelayan membuat Yoongi yang duduk membelakanginya segera membalikkan badan.

"Hoseok/hyung," setelahnya mereka sama-sama terdiam. Tak ada sapaan hangat bahkan pelukan rindu. Mereka benar-benar diam hingga suara Hoseok mengintrupsi Yoongi untuk tak memandangnya lagi.

"Ka-kalau kau belum mau memesan sesuatu, aku pergi dulu," ucap Hoseok, setelahnya ia berbalik dan hendak melangkah sebelum tangan kekar Yoongi mencekal tangan kanannya.

Hoseok yang merasa tangannya dicekal pun akhirnya kembali membalikan tubuh.

"Ku kira kau benar-benar pergi dari sini," suara dingin Yoongi mampu membuat hati Hoseok berdenyut nyeri. Ia kira setelah beberapa bulan ia menghilang, Yoongi akan mencarinya dan mengkhawatirkannya. Nyatanya Yoongi mengharapkan dirinya pergi lebih jauh lagi.

"Aku masih terikat janji dengan seseorang. Jadi aku tak bisa pergi begitu saja," sahut Hoseok dengan nada bicara setenang mungkin.

"Siapa? Jimin? Kurasa adikku juga membenci penjahat sepertimu," tebak Yoongi dengan senyum remehnya.

"Maaf Park Yoongi-ssi, tapi aku ini bukan penjahat seperti yang kalian maksud itu. Aku tak pernah menyakiti siapa pun termasuk  Hana eomma yang dulu sempat sekarat," desis Hoseok.

"Ck! Apa susahnya mengaku?! Kau tinggal bilang saja apa maumu, maka dengan senang hati aku kabulkan dan masalah selesai," ujar Yoongi dengan tampang sinisnya.

Bogosipda 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang