chapter 8

2.2K 187 6
                                    




Padahal baru tiga hari Yoongi berada di Busan, tapi karena Hoseok ia rela membatalkan pertemuannya dengan klien. Bagi Yoongi itu bukan masalah, tapi bagaimana dengan Hoseok?

Anak itu hanya bisa pasrah karena mau membantah ataupun tidak, itu akan berakhir sia-sia jika bernegoisasi dengan Yoongi.

Jadilah sekarang ia hanya diam, duduk di tepi ranjang sambil menatap Yoongi malas.

"Kau duduk saja di situ," ujar Yoongi sambil mengemasi pakaiannya dan Hoseok.

"Bahkan ini sudah lewat tiga hari semenjak aku kambuh, kau tak memperbolehkan aku mengerjakan apapun. Ayolah hyung, aku ini sudah sangat sehat," ujar Hoseok memohon.

"Kau itu tak boleh kelelahan!" jawab Yoongi tegas.

"Bahkan kuliah lebih melelahkan," ujar Hoseok seperti bergumam namun masih terdengar oleh Yoongi.

"Kalau begitu tak usah kuliah. Lagi pula kuliah sangat membosankan," ucap Yoongi datar.

"Membosankan karena kau tak punya teman.
Makanya, wajahmu harus di make over supaya orang tak takut ketika bertatap muka denganmu hyung, hahaha" balas Hoseok dengan tawa kerasnya, dan langsung dilempar baju oleh Yoongi.

"Yak! Kenapa kau melemparku?!" kesal Hoseok.

"Apa?!" balas Yoongi dengan wajah garangnya.

"Aniyo hehehe," jawab Hoseok dengan tawa hambarnya.

"Hyung, bagaimana kalau appa tau kau membatalkan perjanjian dengan klien?" tanya Hoseok cemas.

"Ya tinggal jawab saja," jawab Yoongi santai.

"Lalu bagaimana denganku? Pasti appa curiga jika kita pulang terlalu cepat."

"Aku akan bilang pada appa kalau kau sakit," ujar Yoongi.

"Hyung, apa aku selemah itu?" tanya Hoseok sendu, membuat Yoongi menghentikan aktivitasnya dan menghampiri Hoseok.

"Aniyo, siapa yang bilang kau itu lemah? Kau itu kuat seperti Jimin. Maaf kalau ucapanku membuatmu merasa lemah, sungguh hyung tak bermaksud seperti itu," ucap Yoongi merasa bersalah.

"Gwaenchana, aku tau hyung hanya mengkhawatirkanku. Tapi sungguh, aku sudah sehat hyung. Jadi kita tak perlu pulang lebih cepat seperti ini," ujar Hoseok meyakinkan Yoongi dengan senyum manisnya.

"Tapi-

"Percayalah, aku janji tak akan kelelahan dan menggendong anjing lagi," potong Hoseok.

"Hhhh arraseo, hyung pegang janjimu. Tapi, kalau sampai kau sakit lagi, kita langsung pulang hari itu juga," Hoseok hanya mengangguk tanda setuju.

















.


.










Jimin merasa senang hari ini. Bagaimana tidak, Seokjin mengajaknya bersepeda di sore hari. Hanya bersepeda memang, tapi itu adalah hal yang paling Jimin rindukan. Ia bahkan sudah lupa kapan terakhir kali ia bersepeda dengan sang ayah.

"Jimin-ah!! Cepat turun, kita akan pergi sekarang!!" teriak Seokjin dari bawah.

"Ne!! Sebentar lagi Jimin selesai!!" jawab Jimin tak kalah seru dari kamarnya.

"Siap! Aku tak sabar ingin pergi berjalan-jalan dengan appa" ujar Jimin dengan senyum lebarnya.



Tap


Tap

Tap



"Appa! Kajja, Jimin sudah siap!" ujar Jimin antusias.

"Senang eoh?" tanya Seokjin sambil menuntun Jimin menuju teras rumah.

"Tentu saja! Kapan lagi appa mau bersepeda denganku. Kita kan sudah lama tak bersepeda bersama," jawab Jimin semangat dengan senyum yang terpatri di wajah imut nan tampannya.

"Baiklah, ayo kita berangkat. Appa janji, kalau appa tak sibuk kita akan bersepeda bersama hyungmu juga," ujar Seokjin sambil mengusak surai Jimin.

"Yakso?" tanya Jimin sambil menyodorkan jari kelingkingnya.

"Yakso, kajja sebelum semakin sore," ucap Seokjin.





















Sepanjang perjalanan, Jimin tak henti hentinya tersenyum lebar dan mengoceh layaknya anak kecil yang sedang mengelilingi kebun binatang. Mungkin karena ia terlalu senang bisa bersepeda bersama dengan Seokjin.

"Appa, lihat! di sana banyak sekali burungnya!" ucap Jimin semangat sambil menunjuk keberadaan burung itu.

"Ne, apa kau mau ke sana?" tawar Seokjin.

"Tidak, lebih baik kita cari makan. Aku sudah lapar, hehehe..." ujar Jimin sambil nyengir.

"Kajja, appa juga sudah lapar," jawab Seokjin.




Sesampainya di sana, Jimin dan Seokjin langsung memesan makanannya.

"Jiminie makan yang banyak ya," ujar Seokjin seolah memberi makan pada anak kecil, membuat Jimin memberengut kesal.

"Appa, aku sudah besar," ucap Jimin sambil mengerucutkan bibirnya serta tangan yang berada di depan dada.

"Appa tau, tapi sikapmu masih seperti baby," jawab Seokjin membuat Jimin semakin kesal.

"Terserah,"

"Aigo, anak appa marah eoh?" goda Seokjin.

"Appa~"

"Mianhae mianhae," ujar Seokjin.






.

.










Setelah puas berkeliling, akhirnya Jimin dan Seokjin sampai di rumah dengan perasaan senang. Tapi, karena terlalu asik berkeliling Jimin juga merasa lelah.

"Jimin-ah, bersihkan dulu badanmu. Setelah itu kau bisa istirahat," ucap Seokjin sambil menggoyangkan bahu Jimin yang sedang terkapar di lantai.

"Sebentar appa, aku lelah," ujar Jimin sambil tengkurap.

"Kau bisa masuk angin jika tidur di lantai."

"Arraseo, aku akan mandi dan tidur. Selamat malam appa, aku menyayangimu," ucap Jimin sebelum pergi ke kamarnya.

"Nado, selamat malam," jawab Seokjin sambil menggelengkan kepalanya.












































Pengin buat roller coaster tapi aku belum bisa ngungkapin pikiran aku lewat kata-kata yang tersusun rapi...

Karena ini belum nyampe konflik, jadi ya agak ngebosenin...

Maaf ya, kadang kenyataan tak sesuai ekspetasi...

Jangan lupa vomment dan sarannya ya...

Annyeong💜💜💜💕💕

Bogosipda 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang