Jimin bangun di tempat asing baginya. Ini sudah kedua kalinya ia berada di tempat seperti ini dan jujur saja dirinya kembali merasa takut sekarang.
"Sudah bangun ya?" suara seseorang membuat Jimin mendongak.
"Lama tak berjumpa, Jiminie," sapanya dengan senyum licik.
Jimin terus saja berbicara walau tak jelas dan tentu saja orang itu tak mau menanggapinya. Terlalu malas karena yang ia inginkan hanyalah kematian anak dari Seokjin.
"Masih ingat ahjussi tidak?"
"Ahhh, tentu saja masih. Aku kan appa nya temanmu," lanjutnya dengan senyum manis penuh dusta dan kebencian.
"Appa, aku takut," batin Jimin sambil menangis.
"Eoh ya, apa kau membawa sesuatu di sakumu? Ku rasa hyungmu sedang butuh pertolongan," ia berucap sambil menggeser sedikit tubuhnya agar Jimin melihat keadaan Hoseok yang persis ada di belakang orang itu.
"Hmmptt."
"Wae? Aku tak mengerti kau berbicara apa," orang itu memberi gestur tak tau.
"Ah, maksudmu aku harus melepaskan hyungmu, begitu?" Jimin langsung menganggik mantap.
"Jangan harap! Aku sudah lama merencanakan ini semua, jadi aku tak akan mungkin dengan mudah melepas kalian begitu saja," dasisnya sambil menjambak rambut Jimin hingga sang empu mendongak.
"Tolonghh lepaskan Jiminhh," suara lirih seseorang membuat oramg itu berdecih tak suka dan melepas kasar jambakan dari kepala Jimin.
"Kau masih hidup rupanya," ujarnya sinis.
"Aku tak akan mati sebelum semuanya selesai dan keluargaku bahagia! Aku akan melindungi mereka asal kau tahu!" tekan Hoseok dengan nada lirih.
Beberapa detik setelahnya sebuah tawa menggelegar di seisi ruangan kotor itu.
"Dengan tubuhmu yang lemah itu? Aku saja tak bisa menjamin kau bisa berdiri dengan sempurna," ujarnya remeh.
"Pilih satu, kau atau adikmu yang akan menyusul Soora?" tanya nya samnil memutar-mutar pisau yang ada di tangannya.
Brak!
"Jangan menyentuh anakku, bajingan!" teriakan seseorang membuat mereka menoleh.
"Appa," lirih Hoseok.
"Wah wah wah, rupanya kau benar-benar datang kemari, Park Seokjin-ssi," ujarnya dengan senyum mengejek.
"Sebenarnya apa maumu hah?! Tak cukupkah kau sudah membuat Soora pergi, Kim Namjoon?!" bentak Seokjin penuh amarah.
"Aku hanya tak mau kau hidup bahagia, memangnya apa lagi?"
"Dasar gila!!"
"Aku memang gila, jadi siapa yang akan kau selamatkan? Anakmu yang tengah sekarat ini atau si kecil itu?"
"Akhh," Hoseok mengerang tertahan karena jambakan Namjoon.
"Brengsek!!" umpat Seokjin sambil mendekat.
"Berhenti di situ atau benda ini akan menjamah leher mulus anakmu," ancam Namjoon membuat Seokjin langsung berhenti melangkah.
"Appa, tolong selamatkan Jimin. Aku tak apa," ucap Hoseok sambil tersenyum ke arah Seokjin.
"Tidak! appa akan menyelamatkan kalian berdua," tolak Seokjin dengan rahang mengeras.
"Ah sepertinya rencanaku berubah. Bagaimana kalau kalian semua yang mati?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bogosipda 2 ✔
Fanfictionsemuanya belum berakhir sampai sini, karena aku masih harus berjuang untuk melewati badai besar ini.......