Kini Seokjin sedang duduk bersandar di ruang kerjanya dengan Yoongi dan Hoseok yang berada di kursi depan Seokjin. Yoongi dan Hoseok sendiri sudah pulang dari Busan atas perintah Seokjin.
"Untuk apa, appa menyuruh kami kemari?" tanya Yoongi to the point.
"Soal pernikahan," jawab Seokjin.
"Jadi, apa Jimin menyetujui appa dan Hana ahjumma?" tanya Hoseok.
"Ya begitulah, apa kalian setuju dengan keputusan appa?"
Yoongi dan juga Hoseok sebenarnya tak begitu memikirkan soal ayahnya yang akan menikah dengan siapa. Tapi, mereka memikirkan bagaimana Jimin nanti. Ya walaupun Jimin sudah menyetujui dan merestui hubungan mereka, bukan berarti Jimin siap untuk ke depannya bukan?
"Apa Hana ahjumma itu orang baik?" tanya Hoseok ragu.
Tempo lalu, Hoseok meyakinkan Jimin bahwa Hana adalah orang baik. Tapi, sepertinya ia juga ragu dengan ucapannya sendiri."Bukankah kalian sudah sering bertemu dengannya di sini?" Seokjin balik bertanya.
"Tapi itu hanya di luar saja appa. Kita tak tau bagaimana sifat aslinya," jawab Hoseok sedikit kesal.
"Yang Hoseok katakan benar. Kita belum tau sifat aslinya appa," timpal Yoongi.
"Jadi kalian tak merestui hubunganku?" tanya Seokjin kecewa.
"Bukan begitu, maksud kami..kami hanya ingin yang terbaik untuk appa," ujar Hoseok lembut.
"Baiklah, ku rasa kita harus membahas ini bersama dengan Jimin juga," ucap Seokjin setelah menghela nafas panjang.
"Lebih baik sekarang kalian pulang. Kasihan Jimin sendirian di rumah," lanjut Seokjin.
"Ne, kalau begitu aku dan Hoseok pulang." jawab Yoongi datar.
Setelah Yoongi dan Hoseok keluar dari ruangannya, Seokjin hanya bisa menghela nafas berat.
"Soora, sangat sulit untuk meluluhkan hati anak kita. Aku harus bagaimana lagi?" monolog Seokjin.
.
.
"Jiminie, hyung pulang!!" teriak Hoseok ketika sudah masuk rumah.
"Tak usah berteriak seperti itu, ini bukan hutan," ujar Yoongi datar.
"Biarkan saja, toh ini suaraku!" jawab Hoseok acuh.
"Hhh sudahlah! Terserah apa katamu, aku ingin tidur!" ketus Yoongi.
"Tidur sana! Dasar beruang kutub!" cibir Hoseok.
Jimin yang sekarang sudah ada di sana pun hanya bisa memutar bola matanya malas. Kadang ia heran dengan hyungdeulnya itu, hampir tak pernah akur. Bukan dalam artian sering berkelahi dan berselisih, tapi ya begitulah.
"Ku rasa kalian butuh hiburan," celetuk Jimin.
"Kamchagiya!" kaget Hoseok. "Sejak kapan kau di sini?" tanya Hoseok sambil mengelus dadanya.
"Pikir saja sendiri!" ucap Jimin kesal.
"Aigo, marah eoh?" goda Hoseok sambil mencubit pipi gembil Jimin.
"Aww hwyung!" rintih Jimin.
"Hehe mianhae mianhae," ucap Hoseok sambil terkekeh gemas.
"Menyebalkan!" gerutu Jimin sambil berjalan ke ruang tengah dan di susul oleh Hoseok.
"Jimin, kau sudah makan?" tanya Yoongi yang baru saja turun dari tangga dengan handuk yang ada di lehernya.
"Belum, tak ada makanan di dapur dan aku malas memasak," jawab Jimin malas.
"Hyung, kau tak bertanya denganku?" tanya Hoseok.
"Untuk apa bertanya denganmu," ujar Yoongi sambil melirik Hoseok malas.
"Jahat sekali kau hyung," ucap Hoseok sambil mengerucutkan bibirnya.
Jimin hanya terkekeh geli ketika melihat Hoseok merajuk seperti anak kecil.
"Tak usah merajuk, kita makan di luar sekarang," ucap Yoongi datar namun membuat Jimin mengembangkan senyumnya.
"Jjinja? Kalau begitu aku bersiap sekarang!" ujar Jimin antusias dan langsung berlari kecil ke kamarnya.
"Hyung, kau mengajakku juga kan?" tanya Hoseok dengan puppy eyes nya.
"Tidak! Kau jaga rumah," jawab Yoongi dan langsung pergi menyusul Jimin.
"Yak! Yoongi hyung!! Aku membencimu!!!" teriak Hoseok namun tak digubris sama sekali oleh Yoongi.
Sebenarnya Yoongi hanya sedang bercanda pada Hoseok. Ia sengaja bersikap seperti itu karena menurutnya, Hoseok juga tak kalah imut dan lucu seperti Jimin ketika sedang merajuk.
Ia merasa sudah cukup lama tak menggoda Hoseok, apalagi setelah ia dekat lagi dengan Jimin. Ia hanya tak ingin Hoseok maupun Jimin berpikir kalau ia tak adil dalam membagi kasih sayangnya. Maka dari itu, Yoongi akan berusaha menjadi kakak yang baik untuk mereka dan selalu meluangkan waktunya untuk mereka.
.
.
Selama dimobil, Hoseok hanya diam karena masih kesal dengan Yoongi. Sementara Yoongi, ia malah asik berbagi cerita dengan Jimin.
Posisi Jimin berada di samping Yoongi yang sedang menyetir, sementara Hoseok berada di belakang dengan alasan masih kesal dengan Yoongi.
"Ck," Hoseok berdecak sedikit keras hingga mengalihkan atensi Yoongi dan juga Jimin.
"Hyung, waeyo?" tanya Jimin sambil memiringkan kepalanya.
"Ani, aku hanya mengantuk," jawab Hoseok malas.
"Tidurlah, tapi jangan salahkan kami kalau kami meninggalkanmu di mobil nanti," ujar Yoongi cuek.
'Awas saja nanti, hari ini kau sangat menyebalkan!' batin Hoseok dan ia langsung memasang wajah masamnya.
"Hyung, kau membuat Hoseok hyung marah," ujar Jimin sambil melirik Yoongi tajam.
"Hehe Hobie, hyung minta maaf ne," ucap Yoongi sambil terkekeh hambar.
"Hmm," Hoseok berdehem sebagai jawaban.
Yoongi tak mempermasalahkan jawaban dari Hoseok karena itu tak penting baginya. Tapi tidak dengan Jimin, ia rasa hyungnya terlalu cuek dalam menanggapi hal semacam ini.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Yoongi heran, namun masih fokus dengan setirnya.
"Kalian bertengkar? Apa yang ku lewatkan ketika kalian di Busan?" tanya Jimin penuh selidik sambil menatap keduanya bergantian.
"Tak ada, hyung tak bertengkar dengan Hoseok, iyakan, Seok?" ujar Yoongi sambil melirik kaca spion.
"Ne, kenapa kau curiga pada kami?" heran Hoseok.
"Molla, mungkin karena aku jarang melihat Yoongi hyung membuat hyung kesal," pikir Jimin.
"Kau ini," ucap Yoongi sambil mengusak surai Jimin sementara Hoseok hanya memutar bola mata malas. Jarang Jimin bilang? Bahkan hampir setiap hari Yoongi membuat Hoseok kesal.
Gabut gengs...
Masih ngebosenin ya???Tau kok, aku lg berusaha supaya kalian ngga bosen....
Jadi kasih aku dukungan ya biar semangat nulis lagi kaya dulu...
Jangan lupa vomment ya,
Annyeong💜💜💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Bogosipda 2 ✔
Fanfictionsemuanya belum berakhir sampai sini, karena aku masih harus berjuang untuk melewati badai besar ini.......