Chapter 3

194 39 7
                                    

Perlahan ku dekati bibir pemuda tersebut, dan ku ragu untuk menempelkan bibirku disana. Tapi ku berpikir bahwa aku harus menyelamatkan Chen karena ini juga kesalahannya.

"Phi Bas."

Terdengar suara Chen bergema di telingaku dengan begitu jekas. Aku pun lantas menoleh ke kiri dan melihat bahwa arwah Chen sudah berdiri di sebelah Bas.

"Chen?" Ucapku yang dibuat bingung sekaligus ketakutan, namun takutku ini bukan karena melihat arwah Chen melainkan bahwa aku tidak bisa menyelamatkan Chen

"Apa yang terjadi denganku? Me-mengapa aku bisa melihat diriku sendiri?" Ucap Chen yang terlihat bingung dengan kejadian itu.
"Apa aku sudah mati?" Ia bertanya-tanya sendiri.

"Chen, maafkan aku." Ucapku yang merasa bersalah padanya karena tidak bisa menyelamatkannya.

"Hoih, aku tidak ingin mati. Aku tidak ingin mati, phi." Pintanya yang nampak ketakutan.
"Aku tidak siap untuk mati. Tolong bangunkan aku, phi. Bawa aku ke rumah sakit, phi. Aku mohon!" Chen sungguh berharap kepadaku.

Aku lantas memandang wajahnya yang ku pangku kala itu, bulu matanya yang lentik seolah memberitahuku bahwa ia tengah bersedih. Lalu suaranya itu memanggilku lagi, "P'Bas." Namun ini dengan begitu lirih sekali.

Aku kembali menengok pada arwahnya itu, aku melihat Chen tidak menapakan kakinya dan perlahan melayang di udara.

"Chen!!" Panggil Bas.

"Aku tidak mau mati, phi. Aku tidak mau!! Tolong bantu aku!!" Chen menangis.

"Apa yang bisa ku bantu, Chen. Masuklah kedalam tubuhmu lagi." Ucapku.

"Aku tidak bisa, phi. A-aku .. aku .." Chen mulai semakin tinggi melayang secara perlahan. Lalu ia terdiam melihat kedua tangannya yang ia julurkan kedepan. Tapi yang ia lihat bukan tangannya, melainkan diriku yang memangku tubuhnya di pangkuanku melalu sela-sela jarinya.

"Phi Bas." Ucapnya memanggilku secara lembut.
"Jika ini memang sudah takdirku, aku sudah bisa menerimanya.
...
Karena setidaknya, aku sudah memberitahukanmu mengenai perasaanku padamu yang sesungguhnya. Maaf jika perasaanku ini membebanimu, ya?" Sambungnya yang mulai mellow.

"Tidak, Chen. Kau masih memiliki kesempatan, jantungmu masih berdetak. Aku bisa merasakannya."

"Selamat tinggal, P'Bas." Ucap perpisahan Cheen.

Aku pun bingung harus apa, ku pandangi lagi wajahnya dan mulai turun ke bibirnya itu. Sejenak aku menelan ludah karena aku sedang merasakan gugup. Dan tanpa membuang-buang waktu lagi aku lantas menempelkan bibirku dan menggembungkan pipiku untuk memberikannya nafas buatan untuknya.

Dilangkah pertama aku memberikannya 4 kali hembusan, dan setelah itu aku menekan-nekan dadanya agar jantungnya kembali terpacu. Disisi lain aku mendengar suara desahan sesak dari jiwanya yang melayang itu. "Hah...?"

Aku memberikan nafas buatan kepadanya lagi setekah 15 menit memberikan tekanan didadanya itu. Ku berikan sebanyak mungkin hembusan untuk memberikannya nafas buatan dan setetes air mataku berlinang menetes diatas bibirnya kala itu. Kemudian aku kembali memberikannya tekanan kembali di dadanya sambil terucap dari mulutku, "Kembalilah!! Ku mohon, Chen. Kembalilah."

Tapi sepertinya usahaku itu terbuang sia-sia. Aku tetap tidak bisa menyelamatkannya untuk tetap hidup di dunia ini. Dan ketika aku menoleh ke arwahnya, arwahnya itu sudah tidak ada di tempat terakhir kali aku menemukannya.

Aku sudah cukup berkali-kali merasakan hal yang seperti ini, kehilangan seseorang yang sangat menyayangiku dengan perasaan yang sama seperti yang dirasakan Chen selama bertahun-tahun aku hidup. Tapi kali ini, aku yang membuat kesalahan sehingga membuatku membunuh seseorang.

KOINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang