Chapter 9

157 28 9
                                    

Sesampainya di dalam toilet, Tee menutup pintu dan buang air kecil di kloset. Terdengar suara langkah kaki masuk dan kemudian Tee selesai dengan air kecilnya itu lalu menaikan resletingnya. Setelah itu tiba-tiba saja seseorang mengguyurnya dengan air kotor dari atas sehingga membuat Tee terkejut dan berdiri diam disana yang disusuk dengan suara tawa girang yang cukup ramai.

Setelah air kotor itu habis tak tersisa tersiram ke tubuh Tee, pria malang itu keluar dan melihat bahwa pria yang selama ini menjahilinya yang meminta kepada teman-temannya mengguyur Tee.

"Apa? Mengapa kau melihatiku seperti itu? Tidak suka?" Tanya ketua geng-nya.

Beam hanya memandanginya karena bicara pun percuma karena mereka tidak mengerti bahasa Tee.

"Ai'Tee. Mending kau segera pergi dari kampus ini. Kampus ini bukan tempat untuk orang yang sepertimu." Ujar ketua geng-nya, "Menjijikan." Sambungnya menghina.

"Hahahaha." Mereka bertiga tertawa.

"Guys, kalian tunggu diluar." Pinta ketua geng-nya.

"Errr ..." Mereka mengiyakannya.

Mereka pun pergi dan meninggalkan Tee bersama satu orang dari mereka. Tee berhadapan dengannya, namun pemuda itu semakin lama berjalan semakin mendekati Tee dan hal itu membuat Tee sedikit takut hingga berjalan mundur.

*Buuuggghh*

Langsung saja pemuda itu melayangkan pukulannya ke wajah Tee hingga membuat Tee tersungkur ke lantai.

"Heh, orang bisu dan tuli sepertimu tidak cocok berada disini. Cocoknya itu ditempat sampah. Kau hanya pembawa sial diantara kami, SEMUA!!" Ucap pemuda tersebut. Kemudian ia jongkok dan mencengkram rambut Tee dengan keras hingga membuat Tee merintuh kesakitan dan terlihat sedikit menangis.
"Aku, akan memberikanmu sedikit pelajaran agar kau tau bahwa kau memang tidak pantas untuk kampus ini. Agar kau tau kau itu pantasnya sebagai apa disini." Ucap pelannya pemuda tersebut.

Lalu ia memberdirikan Tee dengan cara menjambak rambutnya hingga Tee merintih kesakitan, teman perempuan Tee keluar dari toilet perempuan karena mendengar suara rintihan itu yang membuatnya panik namun ia diusir oleh kedua pria tadi.

"Tee." Ucap teman perempuan Tee yang keluar dari toilet wanita.

"Hoeh, pergi sana." Usir salah satu dari mereka.

"Tapi .." Ucap gadis itu.

"Pergi sekarang!!"

Lalu ketika gadis itu hendak pergi darisana mereka manggilnya lagi untuk memperingatkannya.

"Tunggu." Pinta salah satunya.
"Jangan katakan hal ini kepada siapapun, mengerti. Atau tidak, berikutnya adalah kau." Ancamnya.

Gadis itu lantas pergi dengan ketakutan setelah diancam seperti itu oleh mereka.

Sementara itu Tee dihadapkan kedinding dan di cabuli oleh pemuda tersebut. Ia ciumi leher Tee dengan ganas meski Tee melakukan pemberontakan dan berteriak meminta tolong.

"O-Loong!!" Teriak Tee berkali-kali memberontak.

"Kau .. disini ... cocoknya .. menjadi .. pelacur .. bagi .. seluruh mahasiswa. Mengerti .." ucap pemuda itu yang terus menciumi sekujur tubuh Tee. Dan kemudian pemuda itu membalikannya dan menciumi leher bagian depan Tee.

Tee terus meminta tolong tapi percuma karena tidak ada seorang pun yang mendengar selain mereka berdua yang berjaga diluar. Ter berusaha meloloskan diri dengan memelorotkan diri kebawah, tetapi pemuda itu selalu menempatkan posisinya semua. Kali ini pemuda itu membedah kancing seragam Tee hingga terbuka.

KOINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang