Chapter 15

125 22 5
                                    

Tee pergi meninggalkan Tae setelah ia mengeluarkan kata-kata keras nan menyakitkan bagi Tae. Namun begitu ia menuruni beberapa anak tangga didepan gedung kampusnya, dan baru berjalan beberapa langka dengan secepat kilat sebuah mobil melintas menabraknya. Untungnya saat mobil tersebut membunyikan klakson Tee dengan sigap menoleh dan langsung menutupi wajahnya dengan kedua lengannya sehingga benturan kaca tidak langsung mengenai wajahnya meski tubuhnya terguling hingga diatas mobil dan pada akhirnya jatuh ke jalan Tee tidak mengalami luka sama sekali hanya saja merasakan memar dan sedikit luka sayatan di kedua lengannya serta darah mulai mengalir begitu Tee mengalami kejang-kejang. Alat pendengarnya itu lagi-lagi terjatuh dan pecah sebelah sedangkan yang sebelahnya lagi masih menempel di kuping Tee meski kedua kupingnya juga mengeluarkan cukup banyak darah yang diakibatkan hantaman suara deru mesin mobil yang begitu nyarik membutakan gendang telinga Tee.

"Tee!!" Teriak Tae pada saat Tee tertabrak oleh mobil tersebut.

Dan mobil tersebut melarikan diri meninggalkan tubuh Tee yang mengalami sekarat itu. Tae langsung datang menghampiri pria malang itu sambil menompang kepalanya.

"Nong!! Nong!! Nong Tee. Nong!! Sadarlah nong!! Kau harus dalam keadaan sadar." Pinta Tee yang begitu panik lantaran khawatir dengan kondisi.

"Tolong!! Tolong!!" Teriak Tae meminta tolong berkali-kali.

Sementara itu seseorang melihat kejadian itu tidak jauh dari tempat kejadian.

Sementara itu seseorang melihat kejadian itu tidak jauh dari tempat kejadian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyumnya yang seolah menertawai terlukis di wajahnya itu. Entah siapakah dia apakah dia musuhnya Tee atau hanya seseorang yang tidak sengaja ada disana?

Tapi yang jelas setelah itu pria ini pergi dari tempat kejadian, dan Tae bergegas membopong Tee menuju ruang kesehatan karena tak ada seorang pun yang mendengar permintaan tolongnya.

Namun begitu ia angkat kepala Tee, pria malang itu tak lagi kejang-kejang dan kepalanya terjatuh kesamping. Tae lantas tertegun melihat hal itu, ia terdiam dan membisu dengan kedua bola matanya yang seolah menatap sesosok hantu.

"Tidak." Ucap Tae yang sedang tertegun bisu.
"Jangan!!!" Lanjutnya yang bersuara tegas.

Tanpa banyak kata lagi Tae langsung membopong Tee dengan tangannya yang bersimbah darah yang mengalir dari mulut Tee.

*Tap ...*

*Tap ....*

*Tap .....*

Waktu seoalah berjalan melambat, langkah kaki Tee juga begitu perlahan, raut wajahnya yang nampak begitu kesal terpancar begitu saja, bola matanya berkaca-kaca sedih, urat tangannya bermunculan dikulitnya membopong berat tubuh Tee, serta kejadian itu terus menghantui benak Tae secara terus menerus.

KOINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang