Chapter 7

177 30 3
                                    

Kini Bas berada di rumahnya, duduk di sofa sambil meluruskan kakinya—melamun, dan berdiam diri. Tidak lama kemudian datanglah seorang pemuda yang baru saja datang dengan menggunakan seragam hitam putih kampusnya.

 Tidak lama kemudian datanglah seorang pemuda yang baru saja datang dengan menggunakan seragam hitam putih kampusnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tee Jaruji
-Pemuda tunarugu yang dulu dititipkan Bas di panti asuhan pada tahun 1995. Sejak bayi ia dibuang oleh orang tuanya di sungai sewaktu Bas tersesat di Thailand.
-Ia selalu menjadi bahan bullyan di kampus, alat pendengarnya selalu hilang diambil oleh mahasiswa seangkatan yang tidak suka dengannya.
-Tee bisa berkomunikasi hanya dengan bahasa isyarat, gerakan bibir, dan tulisan serta gambar.

Tee berjalan sambil menutupi wajah bagian bawah matanya alih-alih jika Bas melihatnya. Dan benar saja ketika Tee hendak melewati area ruang tamu, Bas langsung memanggilnya.

"P'Tee." Sapa Bas saat melihat Tee melintas. Kemudian Tee hanya berbalik ke arah Bas.
"Habis darimana, phi?" Lanjut Bas bertanya.

Bola mata Tee melirik kesegalah arah hal itu menandakan bahwa ia bingung karena ia sama sekali tidak bisa mendengar apa yang Bas katakan tanpa alat pendengarnya yang hilang.

"P'Tee. Mengapa kamu tidak menjawabku?" Bas bertanya lagi, dan mulai berdiri. Kemudian Bas mendekati Tee untuk mencari tahu apa yang sudah terjadi, tetapi Tee mulai berjalan mundur.

"Kamu habis darimana, phi?" Bas mencoba untuk melempari pertanyaan sampai Tee menjawabnya, tetapi Tee terlihat takut dan terus berjalan mundur.

Tee pun terpojok dan setelah itu Bas berhasil berdiri tepat didepannya, kemudian Bas bertanya sekali lagi kepada Tee "Apa yang sudah terjadi, phi?"

Tetapi Tee tetap bungkam karena ia takut ketahuan, langsung ia pun menarik jaket yang menututpi wajah Tee itu dan melihat bahwa Tee mendapatkan memar babak belur di wajahnya dan hal itu langsung membuat Bas panik dan khawatir.

"Apa yang sudah terjadi denganmu, phi?" Tanya Bas dan kemudian ia baru menyadari bahwa alat pendengar Tee hilang saat ia melihat kuping Tee. "Dimana alat pendengarmu?" Sambung Bas.

Kemudian Tee menjawab dengan menggunakan bahasa isyarat dan gerakan mulutnya, "Hilang."

"Phi. Masa dalam seminggu 4 pasang alat pendengarmu hilang?" Ucap Bas merasa ada yang aneh dengan jawaban Tee. "Dan baru kali ini lho, kamu babak belur. Ada apa? Apa ada yang mengerjaimu?" Bas bertanya lagi.

Tee menjawab, "Tidak ada."

"Bohong." Balas Bas.

Kemudian Bas memegang kedua pundak Tee untuk mendesak Tee agar mengaku, tapi di sisi lain Bas mencoba menerawang Tee untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

KOINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang