Chapter 17

117 22 7
                                    

Sore hari itu Tae sedang duduk di anak tangga gedung fakultasnya dibagian depan. Ia sedang duduk merenung dengan pandangan mata yang sangat kosong karena ia melihat kecelakaan yang mengenaskan itu dan merenggut nyawa Tee langsung didepan matanya. Ia teringat bagaimana kepala Tee jatuh saat berusaha ia bopong, dan hal itu langsung membuat hatinya hancur.

Angin sepoi-sepoi mengibas tubuhnya untuk sejenak mendinginkan dalam kepanasan emosinya. Kemudian Tee datang tanpa suara langkah kakinya dan setelah itu duduk disebelahnya tetapi Tae masih belum menyadari keberadaannya. Kemudian Tee meraih tangannya Tae yang tertangguh diatas lututnya, lamunan Tae terbuyarkan membuat Tae melihat kearah tangannya. Setelah itu ia menengok kesamping dan melihat Tee duduk disampingnya.

"Te-li-ma a-cih .. tu-dah .. meng-awa-til-kan-kuh." Tee berusaha berbicara sambil tangan yang satunya memegang dadanya untuk mengungkapkan bahwa ia berterima kasih karena Tae sudah menghawatirkannya sambil tersenyum.

Dengan pandangan yang kosong dan turut seneng Tae menyentuh wajah bagian samping Tee, kemudian ia rabah ke bagian atas dan kemudian turun dengan perlahan merabah wajah Tee. Setelah Tae merasa bahwa itu bukanlah mimpi membuatnya langsung memeluk Tee dengan erat dan air matanya itu mulai kembali mengalir.

Tangus haru menjadi awal pertemuan kembali antara Tae dengan Tee sore itu dan hanya dua kata yang dapat diucapkan Tae, "Terima kasih."

***

Dan malam harinya ....

"Renkarnasi?" Tanya sosok hitam itu. "Apa kau mempercayainya?" Sambungnya.

Kemudian sosok hitam itu tertawa dengan sangat jahat, "Kau memang mudah di bodohi oleh Dewa Bangkotan itu."

"Ku beritahu satu hal, reinkarnasi adalah hal yang tidak ada meskipun kau akan terlahir kembali 1000 tahun lagi.

Apa yang kau percayai dari KOIN itu? Apakah didalam sana terdapat nama seseorang yang kelak menjadi hak renkarnasimu?

Bohong. Dewa bangkotan itu mempermainkan dirimu. Aku mencuri KOIN itu dari surga untuk menyelamatkanmu darinya, kau harus menghancurkan KOIN itu agar kau bisa terbebas dari dewa bangkotan itu."

"Berhentilah memanggilnya Dewa BANGKOTAN!!!" Sosok putih itu dibuat geram dan marah.

Kemudian terdengar suara dari pintu masuk yang mengatakan, "Bas?"

Sosok putih itu lantas berbalik dalam keadaan bersayap dan berekor serta matanya yang biru itu. Dan sosok putih tersebut berucap saat melihat Tee ada disana, "P'Tee?"

Kemudian mata birunya itu kembali normal dan sayapnya mulai meringkup dan menghilang dan hanya menyisahkan 9 ekornya yang sulit untuk di redamkan.

Apa yang akan di lakukan oleh Tee setelah mengetahui siapa Bas sebenarnya?

"Kau? Ka-Kau Monster?" Ucap Tee yang sulit mempercayai.

Bas menengok ke belakang, melihat ekornya tak kunjung meringkup untuk menghilang dan ia juga melihat bahwa sosok tadi sudah menghilang begitu saja. Kemudian Tee berjalan menghampirinya dengan pandangan matanya yang benar-benar kecewa serta menahan takut. Bas melihat Tee berhenti didepannya langsung, tapi Bas masih belum bisa menyembunyikan ekornya itu.

"P'Tee. Maaf ..." Ucap Bas meminta maaf dengan penuh penyesalan.

"Maaf untuk apa?" Tanya Tee langsung dengan bahasa isyaratnya sedari tadi.

KOINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang