Chapter 10

134 29 7
                                    

Sementara itu jam pulang kuliah pun tiba. Semua mahasiswa di kelas sedang merapikan buku-buku mereka untuk segera kembali ke rumah masih-masing. Nampak Tee sedang melakukan hal itu tetapi Tar (seseorang yang menghajar dan melakukan pelecehan kepada Tee di toilet) berjalan menabrak meja Tee bersama dengan kedua temannya itu. Sepertinya ia tidak kapok setelah mendapatkan pukulan dari Tae. Dan Cafe (teman gadis dekatnya Tee) menggelengkan kepalanya karena melihat tinggak mereka.

Cafe menepuk pundak Tee sehingga Tee menoleh padanya, "Apa kau baik-baik saja?" Tanya Cafe.

Dan Tee menjawab 'iya' dengan mengangguk.

Tidak lama kemudian mereka keluar dari kelas, namun saat tengah asyik mengobrol Tee justru terkejut melihat adanya Tae yang berdiri berdandar di dinding seperi menunggu seseorang.

"Hoih, P'Tae?" Ucap Cafe yang justru lebih shock dari Tee, karena dia sejak lama mengidolakan senior kampusnya itu.

Tae datang menghampiri mereka karena melihat Tee sudah keluar dari kelas.

"P'Tae, apa yang kau lakukan disini?" Tanya Cafe yang terkesima melihat kegagahannya si Tae.

"Nong .... Cafe, kan?" Ucap Tae berseru menebak-nebak nama gadis yang bersama dengan Tee saat ini.

Cafe pun tertawa cekikikan karena begitu senang Tae mengenal namanya, "Astaga kau taku namaku." Ucapnya dan kembali cekikikan.

"Kau kan juara elimpiade tahun ini? Kau juga mendapatkan beasiswa ke Jerman, kan?"

Cafe kembali cekikikan gembira setengah mati sambil menepuk pundak Tae dan berkata "Ah, bisa saja."

Kemudian Cafe terkesiap karena ia sadar bahwa ia sudah menyentuh salah satu bagian tubuh Tee, lalu ia cengkram pergelangan tangannya dan berkata "OH MY GOD!! Pundaknya!!! Tee ... Aku menyentuh pundaknya. OH MY GOD!! Tidak akan pernah aku cuci selama setahun, sumpah. OH MY GOSHH!! Demi apaa .... Tanganku menyentuh pundaknya. Enggak, ini nggak bisa dibiarkan begitu saja. Aku harus membungkusnya." Ucap gadis itu yang berlebihan.

Kemudian ia membuka tasnya tampa bantuan tangan itu dan mengambil sebuah palstik dan dikenakannya sebagai sarung tangan, setelah itu ia ambil ikat rambut untuk mengikat plastik tersebut di pergelangan tangannya.

"Kau berlebihan, nong." Ucap Tae yang tertawa lucu melihat tingkah konyol Cafe.

Tee sedari tadi bingung karena ia tidak mendengar apa yang dibicarakan temannya itu dengan Tae sedari tadi sehingga ia menepuk tangannya dihadapan mereka dan kemudian Tae dan Cafe menoleh padanya, saat itulah Tee bertanya "Maaf. Aku tidak bisa mendengar. Apa yang sedang kalian bicarakan tadi?"

"Ai'Tee." Panggil Tae sambil menjentikan jarinya ke hadapan Tee yang saat itu melihat kearah Cafe.

Tee pun menoleh kepada Tae, dan kemudian Tae bertanya "Biarkan aku mengantarmu boleh?"

Hal itu semakin mengejutkan Cafe yang padahal Tee sama sekali tidak berlebihan seperti dirinya.

"OH MY GODNESS. Kalau Tee tidak mau ... aku mau kok, phi." Ucap Cafe yang kembali cekikikan diakhir katanya.

Tee pun menjawab ajakan Tae karena ia baru terkoneksi membaca gerak bibir Tae, "Tidak."

"Terima kasih, phi. Tapi aku baik-baik saja. Kau tidak perlu repot-repot untuk mengantarku pulang. Aku juga akan pergi menemui kakakku di cafe tempat kerjanya." Ungkap Tee dengan menggunakam bahasa isyaratnya.

Tae pun tidak mengerti dengan apa yang di ungkapkan oleh Tee sehingga membuatnya bertanya kepada Cafe, "Apa yang dia katakan?"

"Dia mau, phi!!" Sahut Cafe langsung sontak membuat Tee kaget karena membaca gerak bibir Cafe.

KOINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang