Chapter 16

133 26 4
                                    

[2018]
Bas mendatangi panti asuhan dimana ia menitipkan Tee disana. Baru sampai didepan pagar saja Bas dibuat gembira melihat anak-anak kecil berlarian saling mengejar satu sama lain, ada pula yang sedang bermain lompat tali bersama, bermain holahop bersama, dan bahkan ada bermain petak kumpet dan bermain masak-masakan serta bermain ibu-ibuan.

Ia juga melihat seorang wanita tua sedang duduk di kursi roda sedang merajut dengan menggunakan kacamatanya yang bergelantungan di hidungnya, rambutnya sudah mulai memutih dari sejak pertama kali Bas menemuinya. Semua orang yang pernah Bas temu menua di umurnya yang sudah tidak terbilang muda lagi, hanya Bas saja yang tidak bisa menusa selama hampir seribu tahun lamanya.

"Tee!! Tolong ambilkan ibu sebotol air putih dingin!!" Ucap wanita tua itu yang bersuara keras namun lemah menyuruh seseorang yang bernama Tee.

Langsung saja dengan senyum semringah yang menawah Bas masuk kesana untuk menghampiri wanita tua itu. Semua anak panti asuhan yang ada disana berhenti melakukan aktivitas mereka dan melihat kearah Bas semuanya saat mendengar pintu pagar terbuka.

Bas menjadi sorotan banyak anak kecil saat itu, tetapi Bas tak luput memberikan senyuman kepada mereka sebagai salam pertemuannya.

"Tee!! Cepatlah sedikit. Ibu sudah haus!!" Ucap wanita tua itu lagi yang tak henti merajut

Begitu Bas sampai di depan bangunan panti asuhan, ia berkata "Selamat sore."

Wanita tua itu pendengarannya sudah termakan oleh usia sehingga tidak dapat mendengar suara lembutnya Bas. Bas yang menyadari hal itu lantas bersimpuh disampingnya dan meraih tangan wanita tua itu yang kidal untuk di genggamnya. Wanita tua tersebut sedikit terkejut karena melihat tangannya digenggam oleh seseorang, kemudian beliau menengok dan ternyata melihat Bas datang disana.

Wanita itu sempat terkesiap melihat wajah Bas yang masih sama seperti dahulu, dan kebingungan juga menyelimuti beliau yang bertanya "Siapa kau?"

"Ini aku, Bas." Jawab Bas.

Kemudian beliau memegang wajah Bas dengan kedua tangannya dan melihat-lihat dengan seksama. Air matanya berlinang bangga dan senyuman menyambut Bas ditorehkan di wajahnya.

"Apa benar ini kau?" Tanya beliau.

Bas tersenyum menganggung sambil menjawab, "Um. Benar, ini aku. Apa kabarmu?"

Dan tidak lama kemudian Tee keluar dan sedikit bingung melihat ibu pantinya dan seorang pemuda saling bertatapan haru. Bas melihat Tee keluar, ia menatap Tee dengan penuh kebanggaan dan penuh kerinduan karena selama 20 tahun ia hanya mengirimkan uang dan beberapa benda untuk Tee. Wanita paruh baya itu juga menengok kepada Tee, Bas memberi salam kepada Tee sambil berkata "Halo, phi."

"Siapa ini, bu?" Tanya Tee kepada ibu pantinya karena bingung cara pandang Bas kepadanya seolah membuatnya harus terpaksa merasakan kerinduan yang mendalam.

"Perkenalkan, namaku Bas ..." Bas mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Tee, namun Tee hanya melihat tangannya saja tanpa menyambutnya "... Aku adikmu, phi."

Kemudian Tee kembali menatap Bas dengan mata sedihnya itu, dengan eskpresi yang campur aduk Tee menjabat tangan Bas untuk membalas uluran tangannya itu. Kemudian Bas menghampirinya dengan keadaan tangan yang masih bersalaman, setelah itu ia peluk Tee dengan lembut dan lama-kelamaan semakin erat. Bas menangis terharu karena bisa memeluk Tee yang sudah sedewasa itu, Tee juga berlinangan air mata saat menerima pelukan dari Bas kala itu dan tidak bisa berkata apa-apa lagi.

KOINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang