Sementara itu Tee dibawa oleh Tae pergi ke danau dekat kampus yang tak jauh dari fakultas teknik bersama dengan Cafe yang mengikuti mereka. Disanalah mereka berhenti berjalan dan kemudian Tee dilepaskan, wajah bingung dan khawatir Tae masih nampak disana. Sebenarnya apa yang sudah membuat Tae berekspresi seperti itu? Hal itu lantas di tanyakan oleh Tee.
Tee menepuk pundak Tae dan menoleh selepas itu ia bertanya, "Ada apa? Mengapa kau membawaku kemari?"
"Aku mendengar bahwa mereka mencurigaimu." Ujar Tae dan berbicara perlahan agar Tee bisa membaca gerak bibirnya karena sedang tidak menggunakan alat pendengarnya.
"Apa kau yang melakukan pembunuhan terhadap Tar dan teman-temannya?" Tanyanya Tae yang penasaran.
Tee terdiam karena ia teringat akan kejadian semalam mengenai Bas, dan setelah itu Tee menggelengkan kepalanya untuk menjawab 'tidak'.
"Iya, aku tahu kalau kau tidak akan melakukannya dan tidak akan bisa melawan 3 orang sekaligus. Tapi mereka mencurigaimu."
Tee membalas, "Mencurigaiku?"
"Um." Tae mengiyakannya, "Saat mereka menghampirimu tadi sebenarnya mereka ingin membawamu ke kantor polisi. Karena mereka sudah menemukan sebuah bukti bahwa kau adalah tersangka sementara dalam kasus ini." Ujar Tae.
Tee diam saja karena ia tidak bisa mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi, dan mungkin Tee masih belum bisa memberikan kepercayaan kepada pria yang ada didepannya.
"Dengar, aku tetap akan menolongmu. Aku akan melakukan apapun agar kau tidak ditangkap oleh mereka, tapi aku ingin tahu satu hal. Apa kau terlibat dalam pembunuhan itu?"
Tee hanya diam karena ia masih tidak ingin mengungkapkan apapun karena ia juga masih berusaha untuk melindungi Bas.
"Tee, ceritakanlah semuanya. Supaya kami tahu bahwa kau tidak terlibat dalam hal ini." Ucap Cafe kepada Tee pula.
Tapi Tee tetap memilih bungkam daripada mencerirakan hal ini kepada teman-temannya pula.
***
Sementara itu Chen baru saja sampai di halte bus dekat pusat perbelanjaan dimana ia bersama dengan Bas dan yang lain tadi. Bis terlihat berhenti di halte bis tersebut dan hendak pergi namun Chen masih sempat untuk naik. Saat didalam bis Chen tak melihat ada satu kursi pun yang kosong hanya ada satu yang ada di samping Nine.
Chen ingat siapa pria itu, dan saat itu pula Chen menghampirinya dan merasa gugup untuk duduk di bangku yang ada disamping Nine. Setelah berada disebelah bangku tersebut Chen permisi kepada Nine.
"Maaf." Ucap Chen yang membuat Nine menengok, "Bisakah aku duduk disini? Tempat lain sudah penuh." Lanjutnya.
Nine yang mengenali betul Chen saat di toilet membuatnya gugup pula dan mencoba bersikap dingin, "Um. Silahkan." Jawab Nine.
Kemudian Chen duduk di bangku tersebut yang bersebelahan dengan Nine. Bagaikan penumpang yang tak saling mengenal mereka hanya diam diri dan Nine sibuk dengan instagramnya. Chen hendak ingin sekali meminta maaf kepada pria itu tetapi ia takut kalau pria itu justru memarahinya.
"Khotot na krab ..." Ucap Chen dan Nine menoleh, "... Aku minta maaf atas kejadian di toilet tadi. Aku benar-benar tidak sengaja dan ceroboh." Ujar Chen.
Tidak lama kemudian ponsel Chen berdering menerima panggilan masuk. Chen ambil ponselnya dan melihat bahwa Nate sedang menghubunginya, ia bingung harus menjawabnya ataukah tidak karena ia masih dalam suasana patah hati setelah melihat Nate menyatakan cinta kepada Bas dan Bas menanggapinya dengan baik. Langsung saja Chen mematikan panggilan masuk tersebut karena ia masih tidak ingin bicara pada siapapun, Nine yang melirik untuk melihat gelagat Chen sudah bisa ia tebak dengan benar. Hal itu lantas sejenak ia abaikan dan melihat kembali ke instagramnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
KOIN
Fanfiction#1 di #teenromance 🥰🥰 Bas, harus mencari sebuah KOIN yang telah di curi dari surgawi. Salah satu KOIN salah satu bagian dari miliyaran KOIN, yang dimana KOIN tersebut merupakan kesempatan untuk Bas menerima sebuah tempat tinggal sementara yang su...