Chapter 8

171 28 7
                                    

[1995]
Dibawah hujan deras di sebuah kota di bagian barat Thailand, terdengar suara tangisan bayi yang amat kencang sama-sama dengan suara hujan.

Seorang pemuda ber-jas hujan berwarna putih palstik yang menampakan pakaian berjarna lutih dengan sepatu Boot berwarna kuning dengan celana Jeans panjang berwarna biru serta payu yang transparan sedang berjalan mendekati asal suara bayi tersebut. Ia membungkukan sedikit badannya karena ia tidak begitu jeli melihat apa yang sedang di lihat. Sesampailah disebuah pondasi gedung yang baru tahap 60%.

Bas masuk kedalam sana dan menemukan sebuah box cokelat yang berisi seorang bayi yang menangis histeris. Bayi itu di buang oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Dan pemuda yang menemukannya ada Bas.

Bas menyentuh tangan bayi tersebut dan ia lantas merasuki bayi tersebut. Ia melihat selintas kedua orang tua bayi tersebut sedang berjalan di area yang saat ini ia berada. Box yang berisi bayi itu berada di tangan sang ayah, sedangkan ibunya merengek, menangis, dan memohon untuk tidak membuang bayi terserbut. Dan setelah bayi itu diletakan di tempat dimana Bas menemukannya, sang ayah berusaha menarik sang ibu yang memberontak berusaha untuk mendapatkan bayi tersebut.

"Tee!!" Teriak sang ibu.

Ditambah lagi Bas mendengar suara seorang lelaki mengatakan, "Anak ibu mengalami ketulisan. Itu diakibatkan protein yang melebih dari kadar oksigen dan juga jumlah tekanan darah ibu sehingga anak ibu mengalami kecacatan semenjak dalam rahim."

Itulah yang Bas lihat kedalam diri Tee ketika masih bayi. Bas merasa ibah dengan kondisi bayi tersebut. Ia berpikir untuk mengadopsinya tapi Bas tidak mau karena Tee akan mengetahuinya perkembangan dirinya jika Tee sudah besar. Ia takut bahwa Tee menyadari bahwa ayahnya tidak kunjung keriput karena menua.

Dan akhirnya ia memutuskan menitipkan bayi tersebut di sebuah panti asuhan  yang berlokasi di Chiang Mai. Bas bertemu dengan ibu panti dan berbicara cukup banyak.

"Saya menemukan anak ini disebuah gedung yang belum jadi di sebrang kota. Saya ingin menitipkannya disini, kelak dia berumur 20 tahun saya akan mengambilnya. Dan saya akan mengirimkan santunan dan bantuan ke panti asuhan ini untuk seluruh penghuninya, termasuk kelak memberikan anak ini alat pendengar disaat dia menginjak umur 5 tahun."

"Tapi nak, harga alat pendengar itu sangat mahal. Kamu juga masih muda, sebaiknya berikan ini kepada calon istimu." Ucap ibu panti yang berpikir bahwa Bas telah menghamili pacarnya atau semacamnya.

"Ini bukan hasil dari saya bersama perempuan manapun. Saya menemukannya."

"Baiklah. Tapi bagaimana dengan alat pendengar itu? Harganya cukup mahal, dan kamu masih muda."

"Itu tidak masalah, asalkan anak ini memiliki masa depan yang cerah ketika dia besar. Dan saya yang akan membiayai pendidikannya disaat dia sudah memasuki sekolah." Ujar Bas.

***

Setelah disebuah kantor polisi, terlihat kesibukan para polisi di masing-masing pekerjaan mereka. Tidak lama kemudian Aiptu yang menangani kasus pembunuhan di toko barang antik sedang menghampiri detektif untuk mengetahui perkembangan mengenai kasus tersebut.

"Selamat pagi detektif." Sala tegas Aiptu.

"Selamat pagi, kapten." Jawab detektif.

"Bagaimana? Apakah ada perkembangan mengenai kasus pembunuhan di toko barang antik kemarin, apakah ada perkembangan?"

"Uh ... Kami sama sekali tidak menemukan jejak si pembunuh di semua barang bukti yang telah kita temukan. Seperti pembunuh tersebut cukup cerdas dan bersih dalam bertindak."

KOINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang