Dan nun jauh disana tepat dimana ayah berada dibelahan bumi yang terpisah dengan hamparan laut pula beribu-ribu kilo dengan dimana Veeyan berada.Ayah tampak begitu tenang duduk bersandar pada kepala ranjang besar yang beberapa hari kedepan akan ditempatinya.
Suasan tenang yang menyelimuti begitu mendukungnya yang tengah diam termenung dengan dua kertas yang dipegangnya, dan saat ia menegakkan lembaran kertas tersebut barulah tampak apa wujud dari lembaran tersebut yang ternyata adalah dua buah foto.
Foto yang pertama menampakkan foto seorang wanita yang tengah tersenyum cantik secantik rupanya, dan foto kedua adalah foto sepasang suami istri muda dengan seorang bayi mungil dan imut yang nyaman digendongan si suami.
“Dimana kau sebenarnya Dara?”ayah bergumam dengan mata yang menatap sendu foto dari seorang perempuan cantik tersebut yang memang tak lain adalah sang istri atau kini bisa dikatakan mantan istri? Ya dialah sang bunda Veeyan.
Ikatan anak ibu dan ayah tak akan pernah ada putusnyakan? Ya, itu pasti sebab darah ayah dan ibu telah mengalir pada sang anak.
“Apa hanya karena alasan belum siap menjadi seorang ibu hingga kau begitu tega meninggalkan buah cinta kita? Malaikat kecil kita yang tak tahu menahu akan salahnya”tetap dengan mata yang menatap sosok tak nyata wanita yang pernah singgah dihatinya begitu nyaman, namun entah dengan sekarang nama itu masih membekas atau tidak dihatinya.
“Jujur, aku memang merindukanmu tapi…”gumaman ayah yang terdengar menggantung bersama mata yang setia menatap lekat sosok tak nyata tersebut.
“Sayangnya rasa kecewaku lebih besar hingga perlahan menghapusan rindu pula sosokmu dari hidupku, kini hanya ada malaikatku yang telah tumbuh besar dengan hasil tanganku sendirilah yang begitu melekat dihati”lanjut ayah tetap bergumam.
Kreek!!
Dengan tanpa diduga tangan ayah telah bergerak merobek lembaran fotonya bersama sang putra dan Sandara, hingga foto yang berisi tiga orang didalamnya yang tengah ia pegang kini tampak telah terpisah menjadi dua.
“Maaf, sepertinya aku benar-benar akan menghapusmu dari hati dan hidupku,” gumam ayah menatap sendu foto yang semula berisi kebersamaannya dengan Veeyang dan Sandara, namun foto sosok wanita yang pernah mengisi hatinya tersebut kini telah terpisah darinya dan foto Veeyan kecil.
Ctak!!
Korek api yang semula berada diatas meja nakas kini telah berpindah tempat ditangannya dan beralih fungsi menjadi pembakar foto sosok wanita cantik tersebut, dalam sekejap foto tersebut telah berubah menjadi abu.
“Bintang ... ” gumam ayah yang kini beralih menatap foto Veeyan kecil yang berada digendongannya.
“Ayah merindukanmu, Nak.” Ayah kembali bergumam dengan kedua matanya yang tampak berkaca-kaca menahan tangisnya karena rasa rindu terhadap putranya begitu menyiksanya.
“Hah ... masih lima hari lagi.” Helaan nafas berat terhembus dari bibir ayah, padahal ini baru hari kedua ia berada di Jepang tapi rasa rindunya terhadap sang anak telah begitu besar. Dengan mata yang tampak menatap jauh entah kemana bersama angannya yang turut ia layangkan berkelana untuk kembali memutar memory lalu yang begitu tersimpan rapi diotaknya.
(Flashback on)
Acara dimeja makan merupakan hal yang paling ditunggu oleh keluarga kecil yang didalamnya hanya terdapat para laki-laki, mulai dari dewasa, pertengahan remaja, awal remaja dan pula balita semua itu adalah lelaki tak ada satu pun perempuan didalamnya. Keheningan yang hangat tengah menyelimuti meja makan yang kini sarapan tengah berlangsung, hanya dentingan sendoklah yang terdengar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Father And Son(HIATUS)
FanfictionIvander Kim dan Raeveeyan Ivander Kim sepasang anak dan ayah yang memegang erat prinsip "meskipun hanya kau didunia aku tak apa". Perginya dengan tanpa kata sang bidadarilah yang membuat mereka tak menoleh sedikitpun pada sekitar, hanya orang terdek...