Promise

987 64 1
                                    

Dan rangkaian masa lalu tersebut harus terhenti berputar di memory ayah kala kesadaran ayah telah terenggut oleh rasa kantuknya, ia tampak tertidur dengan posisi duduk bersandar pada kepala ranjang tetap dengan digenggamannya foto sobek yang menyisakan potertnya dan Veeyan bayi. Dengan begitu lelapnya ayah tertidur hingga ketukan pintu yang terdengar berulang kali pun tak mampu mengusik lelapnya.

Ceklek!

Namun siapa sangka jika pintu kamarnya terbuka tanpa adanya izin darinya, setelah suara knop pintu yang diputar dan disusul dengan daun pintu yang terbuka masuklah sosok sang sekretaris ayah yang tak lan adalah Ratna, entahlah mengapa ia menjadi sangat lancang seperti in.

“Oh, ternyata bos tampanku sedang tertidur,” batin Ratna kala mendapati ayah yang tertidur lelap, bukannya menghentikan langkahnya dan berjalan keluar namun kedua kaki Ratna tetap berjalan semakin memasuki kamar ayah.

“Pak Ivan, kenapa kamu bisa begitu tampan? Aku sangat menginginkanmu tapi tanpa adanya si bocah kecil menyebalkan itu,” bisik Ratna dengan tangan yang begitu lancang membelai wajah ayah dengan lembut.

“Eumbh …” Namun siapa sangka jika usapan kecil diwajah telah mengusik ayah dari tidur lelapnya hingga lenguhannya terdengar, namun bukannya menjauh pergi sosok Ratna tetap duduk tenang ditepi ranjang dengan kedua mata yang memandang setiap gerak-gerik ayah.

“Apa yang kau lakukan?!” Tak heran lagi jika ayah begitu terkejut hingga kedua matanya tampak melotot shock saat bangun tidur mendapati sosok perempuan berada dikamarnya dan duduk dengan tenang tak jauh darinya, yang membuatnya semakin terkejut dan meradang kala menyadari tangan Ratna berada diwajahnya.

“Saya benar-benar menyukai Bapak.” Dengan tanpa ragunya dan malu Ratna mengutarakannya dengan nada menggoda pula.

“Lancang sekali kau bicara seperti itu padaku?!” bentak ayah mulai tersulut emosi.

“Sudahlah, Pak! Tidak usah jual mahal seperti itu, saya tahu jika selama ini Bapak juga menginginkan saya,” jawab Ratna dengan beraninya, entah kemana perginya urat malu dan takutnya? Apa mungkin telah putus semua? Entahlah.

Dengan pasti tangan kanan Ratna kembali bergerak mendekati wajah ayah yang telah memerah karena menahan amarah yang siap meledak namun tanpa diduga tepisan kasar dari ayahlah yang Ratna dapati.

“Cih! Jangan bermimpi terlalu tinggi! Aku tak akan pernah menyukai wanita murahan sepertimu!” bentak ayah yang tak lagi mampu menahan amarahnya.

“Sudahlah jangan berlagak menolak begitu,” ucap Ratna dengan lancangnya bersama seulas senyum menggodanya.

“Rupanya sebutan wanita murahan tak pantas untukmu, tapi yang pantas adalah wanita jalang.” Kini bukanlah bentakan yang ayah perdengarkan melainkan desisan tajam pula sinisnya yang terdengar menyeramkan.

“Lancang sekali kau masuk kamarku!” bentak ayah murka kala menyadari dimana mereka berada.

“Ambil ini dan pulang kau!” ucap ayah dingin setelah dengan kasar tangannya meraih cek dan menuliskan didalamnya beberapa digit angka yang jujur jumlahnya tak mampu dianggap sedikit tersebut.

“Tapi yang saya butuhkan bukan ini, saya hanya butuh, Bapak.” Dengan tak tahu malunya Ratna menjawab dengan kakinya yang bergerak mendekati ayah bermaksud memeluknya namun untungnya ayah telah menghindar terlebih dahulu.

“Sekarang juga kubilang kau keluar!” teriak ayah kencang dengan jari telunjuk yang menunjuk arah pintu dengan tajam.

“Tapi, Pak …” ucap Ratna mencoba membantah namun telah terpotong dengan teriakan

Father And Son(HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang