Yaaa ...hujan

869 68 6
                                        

Hujan yang turun dengan cukup derasnya telah sejak beberapa jam lalu, namun sepertinya sang awan tak juga ingin menghentikan tangisannya. Bahkan kubangan-kubangan air pun telah banyak dijalan-jalan dan tak heran pula hawa dingin kini telah terhembus menambah kesan malas bagi siapa pun untuk menerjang hujan.

"Ayah mana sih kok lama banget?" Veeyan yang menjadi salah satu orang yang terkenakorban tak bisa pulang karena hujan ini pun hanya mampu bergumam menunggu sang ayah yang tak juga datang menjemputnya padahal dia sudah menunggu lebih 30 menitan lo.

"Hu ...dingin banget." Veeyan bergumam kala hawa dingin dengan tak belas kasihnya menyapa yang hanya mengenakan sergama sekolah, salahkan dia yang lupa membawa jacket yang biasa tak pernah tertinggal ditasnya.

"Veeyan ..." Panggilan lembut menyapa gendang telinga Veeyan yang refleks menolehkan kepalanya untuk menatap Bu Santi yang ternyata orang yang memanggilnya.

"Kok belum pulang sih, Nak?" tanya Bu Santi dengan lembut.

"Masih nungguin Ayah," jawab Veeyan.

"Pulang sama Ibu saja yuk!" ajak Bu Santi.

"Maaf Bu ...tapi Ayah udah perjalanan kesini pasti bentar lagi udah sampai kok," jawab Veeyan bersama seulas senyumnya yang turut ia tampakkan.

"Untung aja Ibu nemuin jacket Om Ry, pakai ini aja ya? Kamu pasti juga gak mau kalau Ibu kasih jacket Ibu, pakai aja ya? Badan kamu udah dingin banget, nanti malah masuk angin lagi," ucap Bu Santi lembut setelah ia yang rela sedikit menerobos rintikan hujan untuk memberikan jacket abu-abu kepada Veeyan.

"Waaah ...kebesaran banget," gumam Bu Santi tersenyum geli saat melihat badan Veeyan yang tenggelam oleh jacket yang ia pasangkan dengan cekatan ditubuh Veeyan.

"Gak papa kok, Bu ...trima kasih ya, Bu." Seulas senyum teduh Bu Santi tertoreh membalas senyum manis dari Veeyan.

"Hemb...anget banget ..." gumam Veeyan mengundang senyum geli Bu Santi.

"Makasih ya, Bu." Seulas senyum manis dan menggemaskan Veeyan terlihat.

"Ya sama-sama sayang ..." jawab Bu Santi tersenyum.

"Tapi maaf Ibu gak bisa nemenin kamu, soalnya Om Ry udah nungguin Ibu di rumah," ucap Bu Santi dengan khawatir yang turut hadir.

"Gak papa kok, Bu ...pasti Ayah bentar lagi juga datang," jawab Veeyan.

"Yaudah, Ibu pulang dulu ya, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam." Selepas kepergian mobil Bu Santi yang berbelok kearah utara, dan dari arah selatan sebuah mobil audi hitam tampak berbelok lalu berhenti tepat dihadapan Veeyan. Dan tak lama keluarlah ayah dengan sebuah jacket biru serta payung ditangannya, jangan lupakan pula wajah khawatirnya yang turut hadir.

"Maafin Ayah ya, Nak ...udah buat kamu nunggu lama banget," ucap ayah dengan penuh sesal.

"Itu jacket siapa Bintang? Gede banget, bukan milikmu itu," ucap ayah dengan mata yang menatap heran akan jacket besar yag hampir menenggelamkan tubuh kecil putra kesayangannya tersebut.

"Oh, ini tadi diberi pinjam sama Bu Santi, jacket tunangannya, Yah ..." jawab Veeyan.

Sepertinya sepasang ayah dan anak ini begitu asyik dengan dunia mereka hingga tak menyadari bisikan pula tatapan iri, bahagia dan sebagainya untuk mereka berdua dari orang-orang disekitar mereka.

"Yaudah, kita pulang yuk!" ajak ayah dengan gerakan cepat segera memayungi Veeyan sepenuhnya hingga ia pun rela bahu kirinya cukup basah terkena air hujan yang terjatuh dari ujung payungnya.

"Bahu Ayah basah," gumam Veeyan saat mendapati bahu kiri ayah yang basah.

"Gak papa kok." Seulas senyum hangat ayah tertoreh bersama tangannya yang turut mengusap lembut surai Veeyan.

"Yah, tadi Bintang ngerasain gimana rasanya disuapin sama Bunda," ucap Veeyan tiba-tiba saat mobil yang dikendarai ayah baru saja berlalu.

"Ma-maksudmu, Nak?" Yang pasti kini rasa terkejutlah yang hadir dihati ayah, bagaimana tidak shock jika tiba-tiba Veeyan yang tak pernah mengungkit soal bunda tiba-tiba berucap demikian.

"Tadi Bintang disuapin sama Bu Santi, Yah." Seulas senyum manis Veeyan yang tampak begitu cerah dan polos tampak dan jawaban itu telah melegakan hati ayah.

"Eh, udah baikan nih?" tanya ayah terheran.

"Iya, Yah!" jawab Veeyan dengan semangatnya.

"Kok bisa? Siapa yang minta maaf duluan? Pasti Bu Santi," tebak ayah yang seketika mengundang seulas cengiran Veeyan.

"Hehehe iya, tapi terus Bintang juga minta maaf kok, Yah." Cengiran Veeyan masihlah terlihat.

"Soalnya Bintang udah salah mengira Bu Santi, ya meskipun awalnya Bu Santi udah ada niatan buat dapetin Ayah, tapi ternyata setelah difikarkan matang-matang ternyata Bu Santi udah tulus cinta sama tunangannya," lanjut Veeyan.

"Ya gitu dong, jangan lama-lama kalau marah sama orang gak baik tau!" Satu usakan gemas dan lembut mendarat dirambut arang Veeyan yang tak lain tangan ayahlah pelakunya.

"Emang siapa nama tunangan Bu Santi? Siapa tau Ayah kenal, Nak." Meskipun tanya terlontar, namun pandangan dan fokus ayah tetaplah tertuju pada jalanan didepannya, ia tak ingin ambil resiko yang membahayakan nyawa putra tersayangnya.

"Emb ...siapa ya, Yah? Namanya susah, pokoknya Bintang disuruh sama Bu Santi manggil Om Ry terus nama ujungnya itu ...Wallace," jawab Veeyan meski harus terputus-putus karena ia yang juga harus berfikir keras untuk mengingat sosok sang tunangan Bu Santi yang meskipun cukup sering ia temui tapi tetap saja ia lupa nama panjangnya yang memang susah.

"Apa? Wallace? Gak mungkin, kan nama Wallace yang punya tidak hanya satu kepala keluarga saja." Tanpa sadar ayah membatin, tanpa tau Veeyan yang kini tengah menatapnya heran dan penuh tanya.

"Ada apa, Yah?" Tapi akhirnya Veeyan tak juga tahan saat melihat wajah ayah yang tampak tengah berfikir keras.

"Maafin Ayah ya, Nak ...karena Ayah Bintang gak bisa ngerasain kasih sayang Bunda." Tangan ayah mengelus dengan lembut dan penuh kasih sayang surai arang putranya tersebut.

"Gak papa kok, Yah ...kan Bintang udah pernah bilang, cukup Ayah dan 2 Om ganteng Bintang yang ada disamping Bintang itu udah cukup kok." Begitu tulusnya sosok remaja 15 tahun ini menjawab pinta sang ayah, hingga tak ayal jika ayah segera memberikannya pelukan hangat dan nyaman penuh kasih sayang khas seorang ayah yang juga merangkap seorang ibu selama 15 tahun ini.

"Ayah ...lampunya udah hijau tau!" ucap Veeyan mencoba melepaskan pelukan ayah saat ia lihat lampu lalu lintas yang telah berbah hijau, dan iya tadi ayah memberinya pelukan saat lampu lalu lintas dalam keadaan merah.

"Waaah ...kayaknya Ayah terlalu keenakan ya meluk putra kesayangan Ayah ini deh," jawab ayah dengan mobil yang kembali melaju jalanan basah yang masihlah diguyur gerimis yang terkadang pula digantikan oleh rintikan besar hujan hingga membuat jalanan cukup lengang.

Father And Son(HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang